Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi Sebut Tanaman Mampu Obati Dirinya Sendiri dengan Memproduksi Aspirin

Kompas.com - 19/07/2022, 09:03 WIB
Monika Novena,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Saat merasa sakit, biasanya Anda akan segera mencari obat untuk meredakannya. Rupanya hal itu terjadi tak hanya pada manusia.

Sebuah penelitian baru menemukan, bahwa tanaman juga melakukan hal serupa. Studi baru ini menyebut saat berada di bawah tekanan dan bahaya di sekitar mereka, tanaman mampu memproduksi aspirin yang berfungsi sebagai obat mereka sendiri.

Dikutip dari Science Alert, Senin (18/7/2022) dalam penelitian tersebut, peneliti melihat lebih dekat mekanisme pertahanan diri pada tanaman dan bagaimana produksi aktif aspirin (asam salisilat) diatur.

Baca juga: Tanaman Bisa Stres Saat Disentuh, Ahli Jelaskan Penyebabnya

Asam salisilat sendiri telah digunakan oleh manusia selama berabad-abad sebagai pengobatan untuk rasa sakit dan peradangan.

Sementara pada tanaman, itu memainkan peran mendasar dalam sinyal, regulasi, dan pertahanan terhadap patogen.

Menurut peneliti, asam salisilat diproduksi di kloroplas (organel hijau kecil tempat proses fotosintesis dilakukan) sebagai respons terhadap stres.

"Ini seperti tanaman yang menggunakan obat penghilang rasa sakit untuk sakit dan nyeri, seperti yang kita lakukan," kata Wilhelmina van de Ven, ahli biologi tanaman dari University of California, Riverside (UCR).

Untuk lebih memahami rantai reaksi kompleks yang dilakukan tanaman saat mengalami stres, van de Ven dan timnya melakukan analisis biokimia pada tanaman yang bermutasi untuk memblokir efek jalur sinyal stres utama.

Tekanan lingkungan disebut menghasilkan spesies oksigen reaktif (ROS) di semua organisme hidup. Salah satu contoh yang mungkin Anda kenal adalah sengatan matahari pada kulit, jika Anda terlalu lama terpapar sinar matahari langsung tanpa tabir surya.

Dalam kasus tanaman, tekanan ini termasuk serangga yang tidak ramah, kekeringan, dan panas yang berlebihan. Tingkat ROS yang tinggi pada tanaman dapat mematikan.

Lebih lanjut, peneliti lantas menggunakan tanaman Rockcress atau Arabidopsis sebagai tanaman model untuk percobaan.

Tim fokus pada molekul peringatan dini yang disebut MEcPP, yang juga terlihat pada bakteri dan parasit malaria. Tampaknya MEcPP terakumulasi dalam tanaman dan memicu reaksi dan respon kimia yang meliputi asam salisilat.

Temuan ini pun dapat membantu kita memodifikasi tanaman agar lebih tahan terhadap bahaya lingkungan di masa depan.

"Kami ingin dapat menggunakan pengetahuan yang diperoleh untuk meningkatkan ketahanan tanaman. Itu akan sangat penting untuk pasokan makanan di dunia kita," ungkap Jin-Zheng Wang, ahli genetika tanaman dari UCR.

Baca juga: Tanaman Mendapat Cahaya Matahari yang Berlebihan, Apa Efeknya?

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com