KOMPAS.com - Burung sering dianggap sebagai spesies penjaga yang menandai kesehatan ekosistem secara keseluruhan. Hal itulah yang menjadikan para ilmuwan sangat tertarik untuk menyelidiki bagaimana burung merespons perubahan iklim.
Studi terbaru menunjukkan bahwa banyak spesies burung paling sensitif di kawasan hutan hujan Amazon mulai berevolusi sebagai respons terhadap pemanasan global.
Sebuah laporan tahun 2019 oleh National Audubon Society menemukan, lebih dari dua pertiga spesies burung di Amerika Utara rentan terhadap kepunahan pada tahun 2100 jika tren pemanasan terus berlanjut.
Dilansir dari National Geographic, Sabtu (13/11/2021), penelitian selama empat dekade terakhir mengenai data spesies burung menunjukkan bahwa ketika musim kemarau di Amazon semakin panas dan gersang, beberapa spesies tampaknya berubah secara fisik.
Baca juga: Pertama di Dunia, Burung Condor California Lahir Tanpa Pejantan
Sejauh ini tim mengumpulkan data terbesar tentang burung-burung penghuni Amazon, mewakili 77 spesies yang tidak bermigrasi dan berlangsung selama 40 tahun dari 1979 hingga 2019.
Mereka menuliskan pada 12 November lalu di jurnal Science Advances bahwa 36 spesies telah kehilangan substansial meliputi penurunan berat badan sebanyak 2 persen per dekade sejak tahun 1980.
Penelitian itu menemukan bahwa tulang kaki bagian bawah burung-burung itu yang biasa digunakan sebagai indikator ukuran tubuh, menyusut rata-rata 2,4 persen dan lebar sayapnya meningkat rata-rata 1,3 persen.
Selama periode penelitian, suhu rata-rata di wilayah tersebut meningkat, sementara curah hujan menurun. Suhu meningkat satu derajat celcius pada musim hujan dan 1,65 derajat celcius pada musim kemarau.
Curah hujan meningkat sebesar 13 persen selama musim hujan tetapi menurun sebesar 15 persen pada musim kemarau, membuat iklim yang lebih panas serta kering secara.
Para peneliti menyebut, perubahan iklim ini tumpang tindih dengan perubahan bentuk burung, dengan iklim kering yang semakin menjelaskan perubahan tersebut.
“Ini adalah laporan yang berharga dan menarik berdasarkan data 40 tahun, hampir tidak pernah terdengar di daerah tropis. Karena rangkaian waktu yang lama dan ukuran sampel yang besar, penulis dapat menunjukkan efek morfologis dari perubahan iklim pada burung tropis yang tinggal di sana” ujar ahli burung di Fakultas Ilmu Biologi Universitas Utah Cagan Sekercioglu yang tidak terlibat dalam penelitian.
Para peneliti fokus pada spesies burung yang tidak bermigrasi dan mengesampingkan faktor-faktor seperti habitat yang berbeda sebagai penyebab perubahan fisik.
Burung-burung dalam penelitian ini menghabiskan seluruh hidup mereka di bawah hutan hujan yang tidak terganggu, tepat di bawah kanopi pohon, sehingga degradasi habitat juga tidak menjadi faktor.
Tim peneliti sendiri tidak yakin manfaat apa yang diberikan oleh perubahan panjang sayap pada burung, tetapi burung yang lebih kecil mungkin lebih mudah untuk tetap tenang.
Secara umum, hewan yang lebih kecil memiliki rasio luas permukaan dan ukuran tubuh yang lebih besar, sehingga mereka mengeluarkan lebih banyak panas lebih cepat daripada hewan yang lebih besar.