Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Akan Terapkan Tes PCR untuk Semua Transportasi, Epidemiolog: Antigen Lebih Efektif

Kompas.com - 29/10/2021, 08:00 WIB
Bestari Kumala Dewi

Penulis

KOMPAS.com - Bukan hanya untuk penumpang pesawat, Pemerintah berencana menerapkan kewajiban tes PCR (Polymerase Chain Reaction) untuk penumpang semua moda transportasi.

Seperti telah diberitakan Kompas.com sebelumnya, kebijakan tersebut bertujuan untuk mengantisipasi terjadinya gelombang ketiga Covid-19 saat libur Natal dan tahun baru (Nataru).

Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan beberapa waktu lalu.

Baca juga: Kapan Waktu yang Tepat untuk Swab PCR dan Swab Antigen? Ini Kata Dokter

"Secara bertahap penggunaan tes PCR akan juga diterapkan pada transportasi lainnya, selama dalam mengantisipasi periode Nataru," kata Luhut dalam konferensi pers secara virtual melalui kanal YouTube Sekretariat Presiden, Senin (25/10/2021).

Terkait hal tersebut, epidemiolog Griffith University Dicky Budiman mengatakan, menggunakan PCR sebagai syarat perjalanan tidak tepat, apalagi jika diterapkan untuk semua moda transportasi.

Menurutnya, hal tersebut tidak cost effective. Bukan hanya dari segi harga, tapi juga tidak efektif waktu, tempat, dan sumber daya manusia.

“Kalau tidak cost effective, ya tidak tepat sebagai strategi kesehatan masyarakat. Ini seperti ada salah kaprah dalam memahami kepentingan testing, sehingga terjadi salah penempatan strategi,” kata Dicky saat dihubungi Kompas.com, Kamis (28/10/2021).

Antigen lebih efektif sebagai syarat perjalanan

Lebih lanjut ia mengatakan, bahwa inti strategi kesehatan masyarakat di masa pandemi adalah menyaring dan menemukan orang-orang yang infeksius (terinfeksi Covid-19), yang mana hal ini bisa dicapai dengan rapid test antigen.

“Saat ini rapid test antigen sudah sangat sensitif, efektivitasnya bisa mencapai 97 persen. Ini kan juga sudah direkomendasikan WHO sejak September lalu,” ujar Dicky.

Selain itu, ditambahkan Dicky, rapid test antigen harganya jauh lebih murah, prosesnya lebih mudah dan lebih cepat.

“Karena hasilnya lebih cepat didapat, ketika ada orang terinfeksi maka akan lebih cepat juga untuk diisolasi,” jelasnya.

Sementara tes PCR bisa digunakan sebagai konfirmasi diagnostik.

Baca juga: Tes Antigen untuk Diagnosis Covid-19, Aturan Baru Percepat Testing dan Tracing

Meski pemerintah telah menurunkan harga tes PCR menjadi Rp 275.000, jika tes PCR dipaksakan menjadi syarat perjalanan dengan moda transportasi, Dicky hawatir kebijakan ini justru akan menimbulkan masalah baru, seperti dari sisi kualitas, cost effectiveness, hingga pengawasan sumber daya.

“Tentu kan dibutuhkan pengawasan, jangan sampai ada yang memalsukan misalnya,” kata Dicky.

“Belum lagi munculnya pertanyaan di tengah masyarakat terkait harga yang semakin murah, ‘sebenarnya berapa harga tes PCR? Kok sekarang bisa lebih murah?’ Padahal kan faktanya banyak komponen biaya di sana, selain jasa, ada biaya lain seperti reagennya yang harus impor, yang mana berarti kan ada pajak juga. Jangan sampai malah merugikan fasilitas penyedia tes,” jelasnya.

Oleh sebab itu, jika pemerintah tetap akan menerapkan hasil tes Covid-19 sebagai syarat perjalanan seluruh moda transportasi, Dicky merekomendasikan menggunakan rapid test antigen.

Sehingga, kontinuitas dari efektivitas strategi kesehatan masyarakat di masa pandemi bisa terus dilakukan dengan baik oleh Indonesia.

“Rapid tes antigen bisa memenuhi kebutuhan tersebut. Tapi tentu perlu dipilih yang kualitasnya baik, karena kan sekarang sudah banyak macamnya,” pungkas Dicky.

Baca juga: Sering Dicantumkan di Hasil Tes PCR, Apa Itu CT Value?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com