Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Risiko Kesehatan Mental Mengintai Nakes Selama Pandemi Covid-19

Kompas.com - 16/08/2021, 16:02 WIB
Aisyah Sekar Ayu Maharani,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 yang sudah menyerang dunia kurang lebih selama 20 bulan telah memengaruhi banyak aspek kehidupan. Salah satunya adalah kesehatan mental tenaga kesehatan yang merupakan garda terdepan dalam penanganan penyakit.

Sebuah tinjauan sistematis baru dari para peneliti di Pusat Tinjauan dan Diseminasi Universitas York dan Yayasan Kesehatan Mental di Inggris yang diterbitkan di jurnal PLOS ONE, berupaya untuk mengetahui hal tersebut.

Dikutip dari Medical News Today, Selasa (16/8/2021), Dr. Noortje Uphoff, selaku penulis utama studi menjelaskan bahwa tenaga kesehatan mungkin memiliki risiko lebih tinggi terhadap kesehatan mental yang merugikan. Hal ini dikarenakan sifat pekerjaan mereka yang penuh dengan tekanan.

"Ada beberapa indikasi bahwa kesehatan mental dapat terpengaruh lebih jauh sebagai akibat dari bekerja di garis depan selama wabah penyakit menular ini,” kata Dr. Uphoff.

Baca juga: Begini Hubungan Obesitas dengan Kesehatan Mental

Ditemukan bahwa setahun setelah pandemi, tenaga kesehatan enam kali lebih mungkin mengalami masalah kesehatan mental daripada yang lain.

Hampir dua tahun setelah krisis, sebesar 30 persen dari mereka yang paling dekat dengan pasien Covid-19 masih melaporkan kelelahan emosional yang signifikan.

Karantina juga dikaitkan dengan peningkatan konsumsi alkohol, gangguan stres akut dan PTSD atau Gangguan stres pascatrauma.

Untuk diketahui, PTSD merupakan gangguan yang ditandai dengan kegagalan untuk pulih setelah mengalami atau menyaksikan peristiwa yang mengerikan.

Selain itu, diketahui bahwa insomnia lebih sering terjadi pada petugas kesehatan daripada populasi umum.

Dr. Jo Billings dari University College London, Inggris, yang tidak terlibat dalam penelitian ini mencatat bahwa sulit untuk melacak kondisi kesehatan mental tenaga kesehatan selama krisis dengan cara yang tidak terlalu membebani atau terlalu invasif.

Dr. Billings juga merasa prihatin dengan kesediaan pekerja untuk angkat bicara.

“Stigma tentang kesehatan mental yang buruk masih meresap dalam pengaturan perawatan kesehatan. Kita perlu menciptakan budaya di mana petugas kesehatan dapat secara terbuka berbicara tentang kesulitan kesehatan mental mereka sendiri tanpa ini merugikan karir mereka,” kata Dr. Billings.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com