Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Ribuan Tahun Roket dari Mesiu hingga Eksplorasi Alam Semesta

Kompas.com - 07/01/2021, 16:30 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

Sumber Space,NASA

KOMPAS.com- Pusat Sains Antariksa LAPAN mengungkapkan bahwa benda yang diduga merupakan bagian dari roket Chang Zheng (Long March) milik China yang jatuh di Teluk Kramat, Kalimantan Tengah.

Benda yang jatuh pada Selasa (5/1/2021) itu, menurut penjelasan Kepala LAPAN Thomas Djamaluddin, kemungkinan adalah sampah antariksa saat peluncuran satelit Beidou 3-IGSO 3 pada 4 November 2019.

Pada bagian pecahan roket tersebut tampak logo CNSA yakni China National Space Agency yang merupakan badan antariksa negara tersebut.

"Objek bertuliskan CNSA di Kalimantan menurut analisis orbit sampah antariksa adalah bagian roket CZ-3B (Long March-3B) dengan nomor catalog 44710," kata Thomas seperti dikutip Kompas.com dari akun Instragram @LAPAN_RI, Kamis (7/1/2021).

Baca juga: Sampah Roket China Jatuh di Kalteng, Kenapa Lapan Tak Beri Peringatan?

 

 

Sejarah roket sejak ribuan tahun lalu

Terlepas dari kisah jatuhnya sampah antariksa tersebut, perlu diketahui bahwa roket adalah bagian penting dalam setiap misi eksplorasi ruang angkasa.

Selama 70 tahun terakhir ini, teknologi roket telah secara rutin dimanfaatkan untuk membawa pesawat ruang angkasa ke planet lain di Tata Surya kita.

Roket di masa kini adalah kumpulan kecerdasan manusia yang berakar pada sains dan teknologi di masa lalu. Teknologi ini merupakan hasil alami dari eksperimen dan penelitian tentang roket selama ribuan tahun.

Baca juga: Saat SpaceX Diluncurkan, China Juga Orbitkan 2 Roket dengan 4 Satelit

 

Seperti dikutip dari NASA, salah satu alat pertama yang berhasil menerapkan prinsip-prinsip penerbangan roket adalah burung kayu.

Berangkat dari sebuah kisah tentang teknologi roket pada 400 SM, seorang filsuf dan ahli matematika Yunani, Archytas, memamerkan burung merpati kayu yang digantung pada kabel.

Archytas, yang tinggal di kota Tarentum, yang kini wilayah ini menjadi bagian dari Italia selatan, membuat heran dan bingung warga di tempat tinggalnya saat menerbangkan burung kayu tersebut.

Keluarnya uap mendorong burung kayu yang tergantung tersebut. Merpati kayu yang dibuatnya itu menggunakan pronsi aksi-reaksi, yang tidak dinyatakan sebagai hukum ilmiah hingga abad ke-17.

Baca juga: Boeing Selesaikan Inti Roket SLS untuk Pesawat Antariksa NASA

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com