Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Naik dan FLPP Terbatas, MBR Berlomba Beli Rumah Subsidi

Kompas.com - 28/01/2024, 09:33 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Per 1 Januari 2024 harga rumah subsidi di Jabodetabek naik berkisar 7 persen yang sebelumnya sebesar Rp181 juta (2023), menjadi Rp185 juta (2024).

Bukan hanya harga yang naik, tapi tahun ini juga pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) hanya menargetkan 166.000 unit rumah subsidi Fasilitas Likuiditas pembiayaan Perumahan (FLPP) atau senilai Rp 13,72 triliun.

Target tersebut lebih kecil dibanding tahun lalu, di mana alokasi FLPP sepanjang 2023 tembus pada angka 220.000 unit. Sementara backlog kepemilikan rumah sebesar 12,71 juta rumah tangga.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono memperkirakan anggaran FLPP habis tersalurkan pada pertengahan tahun 2024, mengingat sudah ada antrean 16.000 untuk (FLPP) tahun 2024. Itu berarti, pada awal tahun ini kuota rumah subsidi tinggal 150.000 unit saja.

Baca juga: Biaya Bangun Kantor Desa Rancah Rp 2 Miliar Bisa buat Berapa Rumah Subsidi?

Kondisi ini kontan saja membuat masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) terutama yang belum memiliki rumah pertama dilanda kekhawatrian.

Sebagian besar kalangan MBR yang tak ingin kehabisan kuota, ditambah lagi mulai 2024 harga rumah subsidi naik, tak lagi lagi menunda fasilitas bantuan untuk membeli rumah subsidi.

Sebut saja Hendrik (32 tahun), karyawan pabrik di Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, yang pertengahan Januari 2024 melakukan akad kredit di perumahan Pertama Puri Harmoni 2, Cileungsi, yang dikembangkan Vista Land Group.

Menurut Hendrik, harga rumah subsidi sudha naik, dia pun tak akan menunda-nunda pembelian. sementara usia produktifnya makin berkurang. Belum lagi kuotanya juga makin mengecil.

"Yang jelas saya tak mau keluarga saya hidup di rumah kontrakan yang dua tahun sekali harus pindah, karena sewa kontrakan dinaikkan sepihak oleh pemilik. Jika tidak dipaksakan sekarang, saya khawatir keluarga saya hidupnya nomaden (berpindah-pindah),” jelas Hendrik usai melakukan akad kredit massal bersama 62 konsumen dengan PT Bank Tabungan Negara (PErsero) Tbk (BTN) di Perumahan Permata Puri Harmoni 2, Cileungsi, Kab. Bogor, Jawa Barat, beberapa waktu lalu.

Baca juga: Daftar Asosiasi Pengembang yang Sediakan Rumah Subsidi FLPP Tahun 2024

Sama seperti Hendrik, Wati (27 tahun) yang datang bersama suaminya juga pada akad kredit massal itu, juga dilanda kekhawatiran saat membaca berita kuota rumah subsidi berkurang.

Sebelumnya dia berencana mengajukan KPR FLPP pasca pemilu (14 Februari 2024), namun setelah tahu kuota terbatas dan peminatnya sangat banyak, dia pun lantas mengajukan permohonan kredit melalui BTN.

Agar dapat segera disetujui BTN, mereka mengajukan joint-income, disetujui dan bisa akad kredit.

"Yang penting kami dapat rumah pertama dulu tahun ini, hingga kami tidak perlu keluarkan uang untuk sewa Rp 12 juta hingga Rp 14 juta per tahun, tapi tidak dapat rumah,” kata Wati karyawan industri, sementara suami bekerja di perusahaan swasta di Bekasi.

Sementara itu, General Manager Vista Land Group Oka Mahendra mengatakan, sejak November 2023 lalu permintaan rumah subsidi di beberapa proyeknya meningkat sinigfikan.

Sebut saja Permata Puri Harmoni 2, Gran Harmoni Cibitung, Grand Harmoni Indah Jonggol, dan Puri Harmoni Cisoka 2 yang rata-rata akad kredit di 4 perumahan tersebut di atas 60 unit per bulan.

Baca juga: Gen Z Usia 19-25 Tahun Paling Banyak Serap Bantuan Rumah Subsidi FLPP

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com