Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dr. Eng. IB Ilham Malik
Dosen Prodi Perencanaan Wilayah & Kota ITERA

Ketua Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota ITERA. Wakil Ketua Umum Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat Bidang Kajian Kebijakan Transportasi

IKN dan Logika "Jangan Meninggalkan Masalah" Jakarta

Kompas.com - 13/12/2023, 10:36 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BENAR apa yang dikatakan oleh calon presiden nomor urut satu Anies Baswedan dalam debat capres perdana, Selasa (12/12/2024) malam, soal pemindahan ibu kota negara.

Dalam konsep perencanaan wilayah dan kota, setiap perencana “dilarang” untuk meninggalkan masalah.

Tujuan pembelajaran dalam setiap Program Studi Urban & Regional Planning adalah menyelesaikan masalah dan mencegah masalah baru muncul (setidaknya muncul dalam skala yang membahayakan keberlangsungan hidup para mahluk).

Baca juga: Jawab Ganjar soal IKN, Anies: Masalah di Jakarta Harus Diselesaikan, Jangan Ditinggalkan

Banjir di kawasan bundaran air mancur di samping Patung Arjuna Wiwaha, Jalan MH Thamrin, Jakarta. Foto diambil 9 Februari 2015KOMPAS/LASTI KURNIA Banjir di kawasan bundaran air mancur di samping Patung Arjuna Wiwaha, Jalan MH Thamrin, Jakarta. Foto diambil 9 Februari 2015
Itulah sebabnya konsep Garden City Ebenezer Howard mendapat kritik. Sebab, membuat kota baru, di tempat baru, konsep baru, dengan membayangkan masalah lama di kota baru menjadi nihil, agak bernuansa naif.

Tentu konsep ini bagus dalam bayangan, namun dalam interaksi ruang wilayah, tidaklah demikian yang terjadi.

Setiap ada masalah pada kota eksisting yang sudah ada sekarang ini, harus dapat diselesaikan.

Dalam menyelesaikannya membutuhkan sumber daya besar, itu adalah hal yang mengalir saja. Sebab dalam penanganannya juga tidak perlu langsung jadi, tetapi dilakukan secara bertahap. Toh, setiap kota juga tumbuh secara bertahap. Lama ataupun sangat lama.

Jadi, jangan bayangkan, suatu masalah akan dapat selesai secara instan. Namun, juga jangan terlalu pesimistis bahwa suatu persoalan, ataukah bahkan suatu hal yang baik, akan terwujud dalam waktu lama.

Selama semuanya berada dalam koridor logika perencanaan yang benar, maka semua akan terencana dan mengalir dengan bertahap dan jelas.

Jadi, jika logika Capres nomor urut tiga Ganjar Pranowo bahwa IKN diperlukan karena Jakarta sudah penuh dengan masalah, memang kurang tepat dalam critical thingking perencanaan.

Meskipun, akan selalu ada justifikasi atas setiap keputusan “politik”. Karena itu, logika Anies bahwa ada "jebakan batman" dalam pembangunan IKN, tidak bisa dibantah begitu saja.

Itulah sebabnya, melihat IKN jangan sebagai pengganti Jakarta. Jika IKN ditujukan untuk menjadi kota baru dengan nuansa baru dan konsep baru, itu sah saja dan benar.

Walaupun, suatu kota yang dibangun dengan konsep “public city” agak sulit berkembang dan kadang runyam.

Namun, tidak ada salahnya kota baru ini dibangun dalam pendekatan baru dan cara baru. Dalam bahasa Kepala Badan OIKN: ini adalah laboratorium pembangunan kota bagi seluruh warga Indonesia.

Jadi IKN sangat bagus bagi pemerintah dan seluruh anak bangsa untuk belajar dari proses yang ada saat ini hingga kedepannya, sebagai modal untuk memperbaiki dan membangun hampir 100 kota yang tersebar di seluruh Indonesia, sebagaimana yang tergabung dalam APEKSI (Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com