Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

TWC Akan Kaji Penambahan Kuota Pengunjung Candi Borobudur

Kompas.com - 11/07/2023, 05:30 WIB
Aisyah Sekar Ayu Maharani,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko (TWC) akan mengkaji usulan penambahan kuota pengunjung area utama Candi Borobudur.

General Manager TWC, Jamaludin Mawardi menjelaskan, kuota pengunjung untuk naik ke Candi Borobudur saat ini hanya sebanyak 1.200 orang per hari.

"Kemungkinan besar masih ada ruang untuk dikaji ulang, berdasarkan kebutuhan pasar minatnya tinggi," jelas Jamaludin dalam Press Tour Infrastruktur Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada Jumat (7/7/2023).

Rencana penambahan jumlah pengunjung Candi Borobudur juga dilakukan untuk mengejar target Pemerintah agar Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) Borobudur mendapatkan 2 juta wisatawan.

"Apa inline dengan kebijakan Pemerintah menetapkan DPSP Borobudur dengan 2 juta wisatawan? Tentunya ini tidak sebanding," imbuh Jamaludin.

Saat ini harga tiket masuk kawasan Candi Borobudur untuk wisatawan domestik masih dipatok Rp 50.000 per orang dan 25 dolar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp 375.000 untuk wisatawan asing.

Untuk masuk ke Zona 1 Candi Borobudur atau naik ke candi, wisatawan wajib mengenakan upanat atau alas kaki khusus, gelang penanda, dan wajib didampingi pemandu.

Baca juga: Pengelola Sarhunta Borobudur Terlatih, Siap Sambut Piala Dunia U-17

Penggunaan upanat tersebut bertujuan untuk meminimalisir gesekkan di candi yang menyebabkan kerusakan struktur bangunannya.

Oleh karena itu, harga tiket untuk naik ke Candi Borobudur adalah Rp 120.000 untuk wisatawan domestik dan sekitar Rp 455.000 untuk wisatawan mancanegara.

Di sisi lain, TWC juga tengah berupaya untuk mengubah paradigma wisata Candi Borobudur.

Wisata yang dulu hingga saat ini hanya terfokus kepada area utama candi, sedang diupayakan untuk digeser ke kawasan sekitarnya.

"Sekarang pelan-pelan harus digeser Borobudur adalah kawasannya, kalau enggak kesempatan naik, bisa ke tempat lain di kawasan itu," tandas Jamaludin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com