WIKA Bertransformasi, Lebih Selektif Pilih Pemberi Kerja

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Wijaya Karya (Persero) Tbk atau WIKA melakukan beberapa langkah transformasi agar kinerja perseroan menjadi jauh lebih baik, dan tak lagi menanggung kerugian besar akibat salah pilih proyek dan pemberi tugas.

Corporate Secretary WIKA Mahendra Vijaya menjelaskan, perseroan melaksanakan langkah refocusing bisnis yang berfokus pada proyek-proyek yang memiliki capital recycle (daur ulang modal) yang cepat.

"Yaitu kita fokus pada proyek-proyek yang pola pembayarannya monthly payment (pembayaran tiap bulan), terus juga pada saat project selection (seleksi proyek), kita sangat-sangat selektif. Kita juga selektif dalam memilih pemberi kerja, kita juga selektif dalam memilih pekerjaan yang sesuai dengan kapasitas dan kompetensi WIKA," tutur dia, Jumat (16/6/2023).

Saat ini, WIKA juga telah menerapkan Enterprise Resources Plan (ERP) yang berbasis System Application and Processing (SAP).

Sehingga, dengan adanya penerapan ERP berbasis SAP ini dapat membuat proses evaluasi maupun kontrol biaya menjadi lebih baik. Karena, merupakan sistem yang terintegrasi secara real time.

Ketiga, perusahaan "plat merah" tersebut juga akan mengimplementasikan teknologi Building Information Modelling (BIM) ke seluruh proyek WIKA.

Hal ini dilakukan demi menghindari terjadinya rework (kerja kembali) dan waste di lapangan. Sehingga, dapat menghasilkan metode kerja yang lebih efisien.

Baca juga: WIKA Berencana Jual 3 Ruas Jalan Tol, Ini Profilnya

Keempat, melaksanakan efisiensi biaya usaha di seluruh operasional perusahaan. Sejauh ini, efisiensi biaya usaha sudah berhasil menurunkan 22 persen dibandingkan tahun 2019.

"Jadi, dari 2019 ke 2022 itu biaya usaha WIKA udah turun 22 persen," tambah Mahendra.

Selanjutnya, perusahaan juga telah melakukan penguatan tata kelola. Jadi, sejak tahun 2020, WIKA sudah menerapkan manajemen anti-penyuapan berbasis ISO 37001 sesuai dengan arahan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Lalu, whistleblowing system (sistem penyampaian pengaduan) WIKA terintegrasi dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

WIKA juga telah menerapkan four eyes principle (prinsip empat mata) dalam manajemen risiko perusahaan, baik untuk seleksi maupun proses evaluasi proyek.

Dalam proses good corporate governance (GCG), WIKA telah menerapkan three lines of defense (pertahanan tiga lapis) dalam pengambilan keputusan saat melakukan aksi korporasi, dan membentuk work manual investasi, pembentukan komite manajemen risiko di level Dewan Komisaris hingga Direksi dan korporasi, serta penerapan re-organisasi agar lebih lean (ramping).

"Itu sih transformasi-transformasi yang kita lakukan. Dengan adanya perbaikan tata kelola dan re-organisasi ini diharapkan akan masuk ke service (pelayanan) yang lebih excellent (unggul). Nah, dengan service excellent itu artinya kita bisa melakukan proses produksi yang lebih baik," ucap Mahendra.

Dengan proses produksi yang lebih baik, WIKA bisa memproduksi lebih efektif dan efisien. Sehingga, kapasitas dalam mengerjakan proyek bisa lebih meningkat.

Apabila proses pengerjaan proyek lebih meningkat, pertumbuhan tersebut diharapkan bisa tetap terjaga.

"Walaupun itu sangat-sangat tergantung dengan macro project economy ya (proyek makro ekenomi). Tapi, kita yakin bahwa perbaikan tata kelola dan re-organisasi serta penggunaan sistem yang lebih baik ini itu akan menjadikan operasinya perusahaan itu akan menjadi lebih excellent dan mengurangi risiko-risiko terjadinya penyimpangan dan lain sebagainya itu," tutupnya.