Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Proyek PLTU Suralaya Gunakan Teknologi Ramah Lingkungan, Hasilkan Sedikit Polusi

Kompas.com - 21/07/2022, 23:28 WIB
Aisyah Sekar Ayu Maharani,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya di Cilegon, Banten menggunakan teknologi ramah lingkungan.

Direktur Operasi II PT Hutama Karya (HK) Ferry Febrianto selaku pengembang mengatakan pihaknya mengadopsi teknologi Ultra-Super Critical (USC) dan sistem penanganan polusi gas buang yang canggih.

Teknologi USC memungkinkan pembangkit ini menghasilkan listrik secara efisien dan cost efficient karena membutuhkan jumlah batu bara serta fuel oil yang lebih sedikit dari sistem pembangkit lainnya.

Karena penggunaan batu bara yang lebih sedikit tersebut, maka proyek ini akan menghasilkan lebih sedikit polusi.

"Selain itu, gas hasil buangan juga di-treatment lebih lanjut agar memenuhi standar lingkungan hidup yang berlaku," ujar Ferry, mengutip rilis, Kamis (21/7/2022).

Baca juga: Gaet Telkom, Hutama Karya Percepat Digitalisasi Infrastruktur Indonesia

Adapun sesuai peraturan, standar baku mutu untuk kandungan gas buang PLTU seperti SOx, Partikulat, dan NOx masing-masing adalah 550 mg/Nm3, 100 mg/Nm3 dan 550 mg/Nm3.

Sedangkan berkat teknologi yang dikembangkan tersebut, maka angka-angka itu dipangkas menjadi di bawah 350 mg/Nm3, 30 mg/Nm3, dan 128mg/Nm3, secara berurutan untuk SOx, Partikulat, dan NOx.

Di sisi lain, teknologi USC memiliki thermal efficiency yang lebih tinggi daripada teknologi Sub-critical dan Supercritical.

Semakin tinggi thermal efficiency yang dihasilkan, maka semakin sedikit jumlah batu bara yang dibutuhkan untuk proses pembakaran.

"Artinya, untuk menghasilkan output energi yang sama, teknologi USC membutuhkan jumlah batu bara yang lebih sedikit dari teknologi Sub-critical atau Supercritical. Ini juga memengaruhi kadar polusi yang dihasilkan," tambahnya.

Baca juga: Tiga Proyek EPC Kelar Dikerjakan Hutama Karya

Lanjut Ferry, batu bara memiliki kandungan sulfur, di mana apabila dibakar akan menghasilkan sulphur dioxide (SO2).

Apabila SO2 dibuang ke atmosfer dan bercampur dengan awan, maka akan menghasilkan hujan asam.

"Karena jumlah batu bara yang dibutuhkan lebih sedikit, teknologi USC dapat menghasilkan kandungan SO2 yang lebih sedikit pula, sehingga lebih ramah lingkungan," jelas Ferry.

Selain USC, PLTU Suralaya dilengkapi dengan sistem penanganan gas buang yang canggih menggunakan sistem Electrostatic Precipitator, Flue Gas Desulphuration System dan Selective Catalytic Converter.

Nantinya, gas buang dari hasil pembakaran akan disalurkan ke sistem-sistem tersebut sehingga kandungan berbahaya dari gas buang dapat dikurangi sampai batas aman atau bahkan dihilangkan.

HK juga mengimplementasikan teknologi mutakhir untuk mengurangi polusi akibat dari pembakaran batu bara menggunakan low NOx Burner.

Berkat pengembangan berbagai teknologi canggih dan ramah lingkungan, khususnya untuk USC, PLTU Suralaya berhasil meraih Indonesia Green Award (IGA) 2021 sebagai PLTU berteknologi maju ramah lingkungan di Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com