Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Deddy Herlambang
Pengamat Transportasi

Direktur Eksekutif Institut Studi Transportasi (INSTRAN)

KA Cepat Jakarta-Bandung Harus Jualan Non Farebox dengan TOD dan TJD

Kompas.com - 27/11/2021, 14:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SAYA telah berkunjung ke trase KA Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) yang dibangun PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), dari stasiun Halim lanjut ke Karawang, Padalarang dan Tegalluar.

Ternyata, banyak fakta menarik mengenai lahan-lahan stasiun KCJB yang semua masih berupa lahan kosong kecuali lahan stasiun Halim.

Bahkan, lahan calon stasiun KCJB Karawang dan Padalarang masih kosong, lebih mudah untuk dibangun transit joint development (TJD), daripada kawasan padat yang pasti lebih sulit pengolahannya dari aspek biaya dan sosial.

Apalagi masih ramai diperdebatkan sulitnya balik modalnya KCJB apabila hanya jualan tiket (farebox).

Maka, jualan lahan untuk properti dalam skema TJD dan Transit Oriented Development (TOD) menguntungkan bagi KCIC dalam pengembalian modal pembangunan KCJB kepada China Development Bank.

Mendapatkan keuntungan dari aset-aset bergerak dan tidak bergerak KCIC sebagai pemasaran non-tiket (no farebox) menjanjikan optimisme laba besar daripada pasrah dari jualan tiket KCIC.

Namun jualan tiket atau non-tiket tetap ada koherensinya, apabila load-factor (LF) sesuai target pemasaran pengguna, otomatis pemasaran non-tiket juga akan laku keras.

Jualan non-tiket itu apa saja? Sangat banyak apabila kita kreatif mengolah secara komersial dari sarana dan prasarana KCJB.

Pada sarana KCJB dapat dijual menjadi reklame/iklan komersial yang berjalan (dinamis) baik dalam kabin atau luar kabin sarana.

Sementara prasarana KCJB yang statis seperti stasiun dan jalan rel layang (kolom dan girder ) dapat menjadi media iklan/reklame.

Stasiun KCJB juga dapat disewakan secara komersial. Untuk bentangan girder sepanjang 100 kilometer dan ratusan kolom rel layang juga dapat dikomersialkan menjadi media iklan/reklame statis.

Di samping itu, nama-nama stasiun KCJB seperti Halim, Karawang, Padalarang dan Tegalluar dapat dikomersialkan menjadi merek dagang produk-produk tertentu seperti halnya nama-nama stasiun MRT Jakarta.

Tentunya masih kurang banyak memperoleh laba untuk pengembalian modal pembangunan KCJB bila hanya komersialisasi media iklan/reklame pada sarana/prasarana KCJB dan ruang sewa di stasiun.

Perolehan laba akan signifikan jika KCIC juga memasarkan TJD atau TOD lahan sendiri atau KSO dengan lahan pengembang.

Sebelum memasarkan TOD lebih baik disepakati terlebih dahulu apa itu TOD. Hal ini mengingat selama 5-10 tahun terjadi pembahasan TOD oleh para pemangku kepentingan, dengan pemahaman yang masih kurang tepat.

Pembahasan TOD lebih mengutamakan pendapatan ekonomis daripada pembahasan integrasi/transit angkutan umum massal.

Padahal, TOD tidak hanya bicara desain infrastruktur kenyamananpejalan kaki dan pesepeda, namun harus dilengkapi aturan/regulasi pembatasan penggunaan kendaraan pribadi di dalam kawasan.

Transit Oriented Development (TOD)

TOD adalah konsep pembangunan yang berpusat pada fasilitas transit, yang sejatinya telah dikenalkan di awal tahun 1900-an di Amerika Serikat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com