Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

China: Banyak yang Harus Dilakukan Sebelum Konferensi Damai Perang Rusia-Ukraina

Kompas.com - 17/04/2024, 16:43 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

BEIJING, KOMPAS.com - China pada Rabu (17/4/2024) mengatakan, banyak pekerjaan yang perlu dilakukan sebelum konferensi perdamaian perang Rusia-Ukraina di Swiss.

China dan Rusia meningkatkan kerja sama ekonomi dan kontak diplomatik dalam beberapa tahun terakhir. Kemitraan strategis mereka juga semakin erat sejak invasi ke Ukraina.

Meskipun China mengaku netral dalam konflik di Ukraina bahkan berusaha menjadi mediator, "Negeri Tirai Bambu" tetap dikritik karena enggan mengecam serangan Rusia.

Baca juga: Ukraina Kehabisan Rudal untuk Lindungi Pembangkit Listrik Utama

Ketika perang sudah memasuki tahun ketiga, Pemerintah Swiss pekan lalu mengumumkan menjadi tuan rumah konferensi perdamaian tingkat tinggi untuk Ukraina pada pertengahan Juni, tetapi Rusia tidak akan hadir.

Setelah berbicara dengan Presiden China Xi Jinping di Beijing pada Selasa (16/4/2024), Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan bahwa mereka sepakat berkoordinasi secara intensif dan positif dalam mempromosikan konferensi tersebut.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyambut baik pernyataan itu dengan mengatakan, China dapat membantu mewujudkan perdamaian yang adil bagi negaranya.

Namun, China enggan mengonfirmasi secara khusus bahwa mereka akan menghadiri pertemuan tersebut.

China hanya mengatakan, Xi mendukung konferensi yang diakui oleh Rusia dan Ukraina, serta masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan sebelum konferensi dilaksanakan.

"(Xi) mendukung diadakannya konferensi perdamaian internasional pada waktunya... dengan partisipasi yang setara dari semua pihak," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian, dikutip dari kantor berita AFP.

“China percaya bahwa konflik apa pun pada akhirnya harus diselesaikan melalui saluran diplomatik dan negosiasi politik,” tambah Lin.

“Satu-satunya jalan keluar dari krisis Ukraina adalah melalui meja perundingan.”

Baca juga:

Adapun Scholz pada Selasa (16/4/2024) mendesak Xi menggunakan pengaruhnya terhadap Rusia untuk mengakhiri perang di Ukraina dan menarik pasukan.

Stasiun televisi negara China CCTV pada Selasa melaporkan, Xi menetapkan empat prinsip untuk mencegah krisis Ukraina menjadi tidak terkendali dan mengembalikan perdamaian.

"(Bangsa-bangsa harus fokus pada) menegakkan perdamaian dan stabilitas serta menahan diri dari mencari keuntungan egois,” ucap Xi, seraya meminta mereka mendinginkan situasi dan tidak memanas-manasi keadaan.

Empat prinsip tersebut sejalan dengan makalah Beijing tahun lalu yang meminta penyelesaian politik terhadap konflik tersebut, yang menurut negara-negara Barat dapat memungkinkan Rusia menguasai sebagian besar wilayah yang telah direbut dari Ukraina.

Baca juga: Ukraina Mengeluh, Barat Banyak Bantu Israel Saat Diserang Iran

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Kesaksian Perempuan yang Disandera 54 Hari di Gaza: Bunuh Saja Saya Secepatnya

Kesaksian Perempuan yang Disandera 54 Hari di Gaza: Bunuh Saja Saya Secepatnya

Internasional
India Tangguhkan Lisensi Belasan Produk Obat Tradisional dari Guru Yoga Populer

India Tangguhkan Lisensi Belasan Produk Obat Tradisional dari Guru Yoga Populer

Global
Perlakuan Taliban pada Perempuan Jadi Sorotan Pertemuan HAM PBB

Perlakuan Taliban pada Perempuan Jadi Sorotan Pertemuan HAM PBB

Global
Rudal Hwasong-11 Korea Utara Dilaporkan Mendarat di Kharkiv Ukraina

Rudal Hwasong-11 Korea Utara Dilaporkan Mendarat di Kharkiv Ukraina

Global
Blinken Desak Hamas Terima Kesepakatan Gencatan Senjata Israel

Blinken Desak Hamas Terima Kesepakatan Gencatan Senjata Israel

Global
Status Mahasiswa Pro-Palestina di Universitas Columbia Terancam Ditangguhkan

Status Mahasiswa Pro-Palestina di Universitas Columbia Terancam Ditangguhkan

Global
Keputusan Irak Mengkriminalisasi Hubungan Sesama Jenis Menuai Kritik

Keputusan Irak Mengkriminalisasi Hubungan Sesama Jenis Menuai Kritik

Internasional
Cerita 5 WNI Dapat Penghargaan sebagai Pekerja Teladan di Taiwan

Cerita 5 WNI Dapat Penghargaan sebagai Pekerja Teladan di Taiwan

Global
Rangkuman Hari Ke-796 Serangan Rusia ke Ukraina: Ukraina Gagalkan 55 Serangan di Donetsk | Rusia Rebut Semenivka

Rangkuman Hari Ke-796 Serangan Rusia ke Ukraina: Ukraina Gagalkan 55 Serangan di Donetsk | Rusia Rebut Semenivka

Global
Anak-anak di Gaza Tak Tahan Lagi dengan Panas, Gigitan Nyamuk, dan Gangguan Lalat...

Anak-anak di Gaza Tak Tahan Lagi dengan Panas, Gigitan Nyamuk, dan Gangguan Lalat...

Global
AS Menentang Penyelidikan ICC atas Tindakan Israel di Gaza, Apa Alasannya?

AS Menentang Penyelidikan ICC atas Tindakan Israel di Gaza, Apa Alasannya?

Global
Saat Mahasiswa Columbia University Tolak Bubarkan Diri dalam Protes Pro-Palestina dan Tak Takut Diskors... 

Saat Mahasiswa Columbia University Tolak Bubarkan Diri dalam Protes Pro-Palestina dan Tak Takut Diskors... 

Global
ICC Isyaratkan Keluarkan Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu, Israel Cemas

ICC Isyaratkan Keluarkan Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu, Israel Cemas

Global
[POPULER GLOBAL] Bom Belum Meledak di Gaza | Sosok Penyelundup Artefak Indonesia

[POPULER GLOBAL] Bom Belum Meledak di Gaza | Sosok Penyelundup Artefak Indonesia

Global
Pria Ini Memeluk 1.123 Pohon dalam Satu Jam, Pecahkan Rekor Dunia

Pria Ini Memeluk 1.123 Pohon dalam Satu Jam, Pecahkan Rekor Dunia

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com