Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Virdika Rizky Utama
Peneliti PARA Syndicate

Peneliti PARA Syndicate dan Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Politik, Shanghai Jiao Tong University.

Implikasi bagi Indonesia bila Normalisasi Hubungan dengan Israel Terjadi

Kompas.com - 15/04/2024, 09:46 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BARU-baru ini, The Jerusalem Post melaporkan bahwa Indonesia tengah berupaya menormalisasi hubungan dengan Israel sebagai bagian dari usaha menjadi anggota Organization for Economic Cooperation and Development (OECD).

Namun, pengungkapan rencana normalisasi ini mengejutkan banyak pihak, terutama karena konflik antara Palestina dan Israel yang telah meningkat sejak Oktober 2023. Situasi ini menempatkan Indonesia dalam dilema diplomasi yang rumit.

Selama beberapa dekade, Indonesia telah dikenal atas dukungannya terhadap Palestina, berdasarkan prinsip anti-kolonialisme dan anti-imperialisme—suatu sikap yang diresmikan oleh Presiden pertama Indonesia, Sukarno, dalam kebijakan luar negeri negara.

Oleh karena itu, usulan normalisasi dengan Israel menandai perubahan signifikan yang dapat membawa dampak luas, baik secara nasional maupun global.

Kendati demikian, wacana normalisasi ini bukan pertama kali muncul. Selama kepresidenan Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pada 1999-2001, ada upaya menjalin hubungan perdagangan dengan Israel, mirip dengan hubungan Indonesia dengan beberapa negara Arab.

Gus Dur juga sempat mempertimbangkan pembangunan hubungan diplomatik dengan Israel, berargumen bahwa Indonesia perlu berhubungan formal dengan kedua pihak untuk berkontribusi pada perdamaian Palestina-Israel.

Namun, pengumuman ini berlangsung di saat ketegangan Timur Tengah sedang memuncak, dan reaksi masyarakat Indonesia—yang secara historis mendukung Palestina—terhadap perubahan drastis ini berpotensi menjadi signifikan, mengingat solidaritas yang ditunjukkan oleh negara-negara mayoritas Muslim lain terhadap Palestina.

Dampak politik domestik Indonesia

Potensi normalisasi hubungan Indonesia dengan Israel berisiko memperdalam polarisasi politik domestik.

Isu ini bisa dimanfaatkan oleh politikus dan partai untuk menguatkan kekuasaan dengan memainkan sentimen nasionalisme atau agama.

Konflik bisa memuncak antara kelompok progresif yang mendukung diplomasi global dan kelompok konservatif yang teguh mendukung Palestina, mempersulit pengelolaan pemerintahan dan proses pembuatan kebijakan.

Sejarah solidaritas Indonesia dengan Palestina bisa memicu protes besar dan kerusuhan jika normalisasi dilakukan tanpa kemajuan dalam perdamaian Israel-Palestina, menggoyahkan stabilitas nasional.

Usulan membuka hubungan diplomatik juga telah menempatkan Menteri Pertahanan dan presiden terpilih Prabowo Subianto dalam posisi sulit.

Ia belum mendukung atau menolak usulan ini, membuat segala hal yang berkaitan dengan kebijakan ini dapat menjadi isu politik yang sensitif. Ketidakpastian dalam sikap pemerintah hanya menambah ketidakpastian dan spekulasi publik.

Kementerian Luar Negeri telah memberikan klarifikasi bantahan tentang normalisasi. Namun, responsnya yang kurang tegas meningkatkan ambigu dalam interpretasi kebijakan ini, menimbulkan debat intens mengenai niat dan tindakan pemerintah yang akan datang.
Ambiguitas ini diperburuk oleh konteks pemilihan umum terbaru.

Publik mungkin belum menyadari seberapa jauh diskusi tentang normalisasi telah berlangsung. Dukungan pemerintah terhadap Palestina sejak perang Oktober 2023 dapat dilihat sebagai gimmick.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Israel: 4 Jenazah Sandera Diambil dari Terowongan Gaza

Israel: 4 Jenazah Sandera Diambil dari Terowongan Gaza

Global
Polandia Tangkap 9 Orang yang Diduga Bantu Rencana Sabotase Rusia

Polandia Tangkap 9 Orang yang Diduga Bantu Rencana Sabotase Rusia

Global
Ikut Pelatihan, 1 Tentara Korea Selatan Tewas akibat Ledakan Granat

Ikut Pelatihan, 1 Tentara Korea Selatan Tewas akibat Ledakan Granat

Global
Hasil Penyelidikan Awal Ungkap Helikopter Presiden Iran Tak Punya Transponder

Hasil Penyelidikan Awal Ungkap Helikopter Presiden Iran Tak Punya Transponder

Global
Ebrahim Raisi Meninggal, Iran Akan Adakan Pemilihan Presiden pada 28 Juni

Ebrahim Raisi Meninggal, Iran Akan Adakan Pemilihan Presiden pada 28 Juni

Global
Apa Itu Mahkamah Pidana Internasional (ICC) dan Mengapa ICC Mempertimbangkan Surat Perintah Penangkapan bagi Pemimpin Israel dan Hamas?

Apa Itu Mahkamah Pidana Internasional (ICC) dan Mengapa ICC Mempertimbangkan Surat Perintah Penangkapan bagi Pemimpin Israel dan Hamas?

Internasional
Pemakaman Presiden Iran Akan Diadakan pada Kamis 23 Mei, Berikut Prosesinya

Pemakaman Presiden Iran Akan Diadakan pada Kamis 23 Mei, Berikut Prosesinya

Global
Rangkuman Hari Ke-817 Serangan Rusia ke Ukraina: 29 Drone Dijatuhkan | Penembakan Rusia Tewaskan 2 Orang

Rangkuman Hari Ke-817 Serangan Rusia ke Ukraina: 29 Drone Dijatuhkan | Penembakan Rusia Tewaskan 2 Orang

Global
Di Iran, Meninggalnya Presiden Disambut Duka dan Perayaan Terselubung

Di Iran, Meninggalnya Presiden Disambut Duka dan Perayaan Terselubung

Global
Israel-Hamas Tolak Rencana ICC untuk Menangkap Para Pemimpinnya

Israel-Hamas Tolak Rencana ICC untuk Menangkap Para Pemimpinnya

Global
Tsai Ing-wen, Mantan Presiden Taiwan yang Dicintai Rakyat

Tsai Ing-wen, Mantan Presiden Taiwan yang Dicintai Rakyat

Internasional
Sebelum Ebrahim Raisi, Ini Deretan Pemimpin Lain yang Tewas dalam Drama Penerbangan

Sebelum Ebrahim Raisi, Ini Deretan Pemimpin Lain yang Tewas dalam Drama Penerbangan

Global
Joe Biden Kecam ICC karena Berupaya Menangkap PM Israel

Joe Biden Kecam ICC karena Berupaya Menangkap PM Israel

Global
[POPULER GLOBAL] Presiden Iran Meninggal Kecelakaan | Kronologi Penemuan Helikopter Raisi

[POPULER GLOBAL] Presiden Iran Meninggal Kecelakaan | Kronologi Penemuan Helikopter Raisi

Global
China: Dinamika Politik Taiwan Tak Akan Ubah Kebijakan 'Satu China'

China: Dinamika Politik Taiwan Tak Akan Ubah Kebijakan "Satu China"

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com