Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi di Kanada: PR Matematika Lebih Banyak Bawa Rugi daripada Untung

Kompas.com - 07/04/2024, 13:26 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

OTTAWA, KOMPAS.com - Sebuah studi baru di Kanada menemukan bahwa memberikan pekerjaan rumah (PR) matematika kepada siswa terkadang lebih banyak mudaratnya daripada manfaatnya.

Itu terutama bisa terjadi ketika tugas-tugas yang diberikan terlalu rumit untuk diselesaikan oleh anak-anak, bahkan dengan bantuan orang tua mereka.

Para peneliti dari University of South Australia dan St Francis Xavier University di Kanada mewawancarai delapan keluarga Kanada.

Baca juga: Alasan Kenapa Orang Singapura Pintar Matematika, berkat Metode Ini...

Mereka menanyakan tentang pengalaman para orang tua dengan PR matematika dan dampaknya terhadap keluarga.

Semua keluarga memiliki anak di kelas 3 SD, biasanya berusia 8 atau 9 tahun, usia di mana tes matematika standar pertama kali diperkenalkan di daerah tempat survei dilakukan.

Secara keseluruhan, matematika dianggap sebagai mata pelajaran yang tidak disukai, dan melibatkan terlalu banyak pekerjaan ekstra.

"Pekerjaan rumah telah lama diterima sebagai praktik yang memperkuat pembelajaran anak-anak dan meningkatkan keberhasilan akademia. Namun, ketika soal-soal tersebut terlalu rumit untuk diselesaikan oleh siswa, bahkan dengan bantuan orang tua, hal ini menimbulkan pertanyaan mengapa soal tersebut ditetapkan sebagai tugas pekerjaan rumah," kata Lisa O'Keeffe, seorang dosen senior dalam pendidikan matematika di University of South Australia.

Masalah yang diidentifikasi oleh penelitian ini termasuk PR yang terlalu sulit -bahkan dengan bantuan orang tua  serta pekerjaan yang menunda waktu tidur, mengganggu waktu keluarga, dan menyebabkan perasaan tidak mampu dan frustrasi.

Seperti halnya banyak mata pelajaran lainnya, pendekatan untuk mengajar dan belajar matematika dapat berubah seiring waktu.

Orang tua yang ketika kecil telah diajarkan cara mengatasi masalah dengan cara yang berbeda dengan anak-anak mereka adalah salah satu rasa frustrasi yang dicatat oleh para peneliti.

Baca juga: Pria Ini Tinggalkan Perusahaan Bergaji Fantastis demi Jadi Guru Matematika

"Seperti banyak hal lainnya, pengajaran matematika telah berevolusi dari waktu ke waktu. Tetapi, ketika orang tua menyadari bahwa metode yang mereka gunakan berbeda dengan metode yang dipelajari oleh anak-anak mereka, akan sulit untuk beradaptasi, dan hal ini dapat menambah tekanan yang tidak semestinya," jelas O'Keeffe, sebagaimana dilansir Science Altert, Sabtu (6/4/2023).

Menurut para peneliti, hal ini dapat menyebabkan "hal negatif dari generasi ke generasi".

Para ibu dalam penelitian ini ditemukan cenderung bertanggung jawab untuk membantu mengerjakan PR.

Para penulis penelitian mengungkap, ketika mereka juga merasa bahwa tugas-tugas tersebut sulit, hal tersebut dapat memperkuat stereotip negatif tentang matematika yang bukan merupakan mata pelajaran yang "secara alamiah unggul" bagi anak perempuan.

"Stereotip negatif ini dapat berdampak jangka panjang pada nilai dan aspirasi karier mereka," ungkap peneliti.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com