Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Tanggapan Warga Gaza yang Lelah dengan Perang dan Berbagai Seruan Gencatan Senjata

Kompas.com - 26/03/2024, 07:54 WIB
Albertus Adit

Penulis

Sumber AFP

JALUR GAZA, KOMPAS.com - Warga Gaza Palestina menyambut baik tuntutan atau seruan gencatan senjata oleh Dewan Keamanan PBB.

Pasalnya, warga sudah sangat lelah dengan perang Israel-Hamas yang berkecamuk lima bulan ini. Meski demikian, warga juga tidak percaya hal itu akan memberikan kelonggaran dalam perang ini.

Seperti diungkapkan salah seorang pengungsi Gaza, Bilal Awad (63). Di menyambut seruan Dewan Keamanan PBB pada Senin (25/3/2024) kemarin.

Baca juga: DK PBB untuk Kali Pertama Serukan Gencatan Senjata Gaza

Tetapi menurut dia, tanpa tindakan tegas dari Amerika Serikat (AS) sebagai pendukung Israel, yang abstain dalam pemungutan suara yang membuat sekutu dekatnya kecewa, pemerintah Israel tidak mungkin mengalah.

Pemungutan suara tersebut memicu reaksi marah dari Israel, yang mengatakan bahwa mereka harus menghancurkan Hamas sebagai pembalasan atas serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada 7 Oktober 2023 dan tidak akan berhenti sebelum para sandera dibebaskan.

"Resolusi hari Senin ini merupakan permintaan pertama Dewan Keamanan untuk gencatan senjata segera sejak perang dimulai, dan didukung oleh 14 anggota semuanya kecuali Amerika Serikat," terang dia, dikutip dari AFP, Selasa (26/3/2024).

Mereka menyerukan gencatan senjata selama bulan suci Ramadhan yang sedang berlangsung, dan menuntut kelompok Hamas harus melepaskan warga Israel yang disandera selama serangan Hamas, yang menurut Israel sekitar 130 orang masih berada di Gaza.

Namun Awad, yang sama seperti mayoritas penduduk Gaza yang berjumlah 2,4 juta jiwa, mencari perlindungan di kota selatan Rafah dekat perbatasan Mesir, menginginkan lebih dari gencatan senjata.

"Jika Israel menentang dunia, ini merupakan pukulan bagi Amerika, pendukung Israel. Keputusan Amerika hanya akan menjadi tinta di atas kertas jika tidak menghentikan Israel," kata dia.

Baca juga: Pasukan Israel Kepung 2 RS di Gaza dan Tembaki Tim Medis

Kini, populasi Rafah membengkak dengan kedatangan banyak warga Palestina seperti Awad, yang terpaksa mengungsi akibat perang dan mencari perlindungan di wilayah selatan.

Kota ini sekarang menjadi rumah bagi sekitar 1,5 juta warga Palestina, naik dari beberapa ratus ribu orang sebelum perang, dan banyak di antara mereka yang tinggal di kamp pengungsian sementara.

Israel telah berjanji untuk melakukan serangan terhadap Hamas di wilayah padat penduduk, sebuah janji yang memicu kekhawatiran akan memperburuk jumlah korban sipil dan krisis kemanusiaan yang sudah membesar ini.

Warga Gaza lain, Qassem Muqaddad (74), mengatakan bahwa dirinya tidak terlalu optimis setelah pemungutan suara di PBB.

"Kami berharap keputusan ini akan efektif, dan negara-negara besar akan menggunakan kekuatan dan otoritas mereka untuk melawan Israel jika Israel tidak menyetujui gencatan senjata," tutur dia.

"Inilah yang kami harapkan, namun kami tidak terlalu optimis Israel akan menyetujui keputusan ini, karena Israel telah mengabaikan banyak resolusi (PBB)," tambahnya.

Meski Dewan Keamanan PBB menyerukan gencatan senjata segera, tetapi Israel langsung menentang resolusi tersebut pada hari itu juga.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengkritik Amerika Serikat karena gagal memvetonya dan Menteri Pertahanan Yoav Gallant mengatakan pemerintahnya tidak punya hak moral untuk menghentikan perang sementara masih ada sandera yang ditahan di Gaza.

Namun, Ihab al-Assar (60), seorang pria yang mengungsi dari Kota Gaza di utara, memuji sikap Washington tersebut.

Baca juga: Pimpinan CIA-Mossad Tinggalkan Qatar Usai Perundingan Gencatan Senjata

"Keputusan tersebut berpihak pada rakyat Palestina, dan mudah-mudahan Israel akan mematuhinya," harap dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com