Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

10 Juta Warga Thailand Harus Dirawat akibat Polusi pada 2023

Kompas.com - 05/03/2024, 17:11 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber AFP

BANGKOK, KOMPAS.com - Dewan Pembangunan Ekonomi dan Sosial Nasional (NESDC) Thailand mengungkap, lebih dari 10 juta penduduk membutuhkan perawatan kesehatan terkait polusi sepanjang tahun 2023.

Kota-kota di Thailand memang telah seringkali menempati peringkat terburuk di dunia dalam hal partikel PM 2.5 selama bulan-bulan awal tahun karena para petani membakar jerami dan asap knalpot.

Partikel PM 2.5 adalah partikel udara yang berukuran lebih kecil dari 2.5 mikron (mikrometer) atau sangat kecil sehingga dapat masuk ke dalam aliran darah.

Baca juga: Pemandangan Hanoi Diselimuti Kabut Polusi Tebal, Jadi Kota Paling Tercemar di Dunia

NESDC Thailand mengatakan bahwa prioritas harus diberikan pada dampak PM2.5 terhadap kesehatan masyarakat.

"Menurut sistem Pusat Data Kesehatan Kementerian Kesehatan, pada tahun 2023 jumlah pasien dengan penyakit yang berhubungan dengan polusi udara adalah 10,5 juta," kata NESDC dalam pembaruan rutin yang dikeluarkan pada Senin (2/5/2024).

NESDC memberikan saran kepada Perdana Menteri (PM) Thailand Srettha Thavisin tentang masalah pembangunan ekonomi dan sosial yang dihadapi kerajaan, dan membuat rekomendasi.

Data dari Kementerian Kesehatan Thailand menunjukkan bahwa sejak awal 2024, sekitar 1,6 juta orang membutuhkan perawatan untuk masalah yang terkait dengan polusi udara.

Angka-angka tersebut termasuk orang-orang dengan kondisi seperti bronkitis kronis, kanker paru-paru, asma, dan penyakit jantung.

Bulan lalu, para pegawai di kota Bangkok diperintahkan untuk bekerja dari rumah selama dua hari karena lapisan kabut asap yang berbahaya menyelimuti ibu kota Thailand.

Kualitas udara di Thailand secara teratur anjlok pada bulan-bulan awal tahun karena asap dari petani yang membakar tunggul di ladang menambah emisi industri dan asap knalpot kendaraan.

Baca juga: Bangkok Ternyata Punya Nama Resmi Terpanjang di Dunia

Srettha telah berjanji untuk meningkatkan kualitas udara, dan kabinetnya telah mengesahkan Undang-Undang Udara Bersih pada bulan Januari.

Berita ini muncul ketika Hanoi, ibu kota negara tetangga Vietnam, menduduki posisi teratas sebagai kota paling tercemar di dunia.

Pada hari Selasa (5/3/2024) ini, udara Hanoi tercatat memiliki tingkat PM 2,5 sebanyak 24 kali lipat dari pedoman tahunan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com