Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menilik Potensi Kolaborasi Indonesia dan Korea Selatan sebagai Negara "Middle Power"

Kompas.com - 07/01/2024, 15:00 WIB
Nabilla Tashandra,
Irawan Sapto Adhi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Indonesia terbilang cukup vokal dalam berbagai forum global sebagai negara middle power atau negara dengan kekuatan menengah.

Posisi yang kuat sebagai negara middle power pun turut ditegaskan oleh Presiden Joko Widodo dalam pidato sidang Tahunan MPR, DPR, dan DPD RI di Kompleks Parlemen, Senayan, pada Rabu (16/8/2023).

Adapun negara middle power berada di tengah-tengah dan tidak termasuk negara adikuasa (great power) seperti Amerika Serikat, China, dan Rusia.

Baca juga: Kutip Lembaga Australia, Jokowi Sebut Indonesia Negara Middle Power di Asia

Kendati cukup vokal di berbagai forum global, Indonesia dinilai perlu menetapkan tujuan yang lebih tinggi untuk memperkuat posisi sebagai negara middle power.

"Indonesia seharusnya mulai menetapkan tujuan yang lebih tinggi. Tidak hanya sebagai (negara) middle power, tapi kapabilitasnya perlu diperkuat. Harus melihat aspek-aspek diplomasi yang perlu diperkuat lagi," ungkap dosen Universitas Airlangga sekaligus Program Coordinator for FPCI Middle Power Studies Network, Raditya Dharmaputra dalam workshop bertajuk "Indonesia and Korea Middlepower-ship in a Changing World" di Jakarta, Jumat (8/12/2023).

Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah menguatkan relasi dengan sesama negara middle power, seperti Korea Selatan.

Momentum 50 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan Korea Selatan yang jatuh pada 2023 kemarin bisa menjadi waktu yang tepat untuk melihat kembali kolaborasi kedua negara dalam sejumlah aspek, termasuk memperkuat posisi sebagai negara middle power.

Namun, menurutnya perbedaan pandangan dalam beberapa hal perlu dilihat kembali, baik antar-kedua negara maupun dengan negara-negara middle power lainnya, sehingga memiliki landasan bersama.

Indonesia, kata Radityo, perlu lebih fokus terlebih dahulu menyelesaikan isu regional.

"Ada diskusi misalnya Indonesia jadi mediator Rusia dan Ukraina, tapi ada isu konflik Myanmar yang sebetulnya belum terselesaikan," ucapnya.

Jadi, masalah regional sebetulnya perlu diselesaikan terlebih dahulu, baru yang lebih jauh.

"Sebab, jika kita mencoba menggapai yang terlalu tinggi, bisa lupa posisi sebagai middle power, maka kerja-kerjanya menjadi tidak berhasil. Kita mungkin saja dilihat sebagai salah satu global leader, tapi jadinya tidak performed," jelas Radityo.

Baca juga: Korea Selatan Ada dalam Daftar 5 Besar Calon Investor Asing IKN

Kekuatan soft power

Dalam kesempatan yang sama, turut hadir Asisten Profesor di Departemen Cross Cultural and Regional Studies University of Copenhagen, Jin Sangpil.

Baik Radityo maupun Jin menilai, potensi kolaborasi baik antara Indonesia dan Korea Selatan maupun dengan negara middle power lainnya harus dipikirkan dalam beberapa tahun ke depan dan memerlukan upaya untuk membangun landasan bersama.

"Tidak cuma untuk Indonesiam dan Korea Selatan, tetapi juga negara-negara lain di dunia. Kita harus mencari tahu dalam beberapa tahun ke depan. Karena membangun ini butuh proses jangka panjang," ucap Jin.

Baca juga: Ragam Peluang Kerja Sama Indonesia-Korea Selatan, Menginjak 50 Tahun Hubungan Diplomasi

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Hamas Rilis Video 2 Sandera yang Desak Pemerintah Israel Capai Kesepakatan

Hamas Rilis Video 2 Sandera yang Desak Pemerintah Israel Capai Kesepakatan

Global
Hezbollah Tembakkan Peluru Kendali ke Israel

Hezbollah Tembakkan Peluru Kendali ke Israel

Global
Menlu Turkiye Akan Kunjungi Arab Saudi untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Menlu Turkiye Akan Kunjungi Arab Saudi untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Global
Vatikan dan Vietnam Akan Menjalin Hubungan Diplomatik Penuh

Vatikan dan Vietnam Akan Menjalin Hubungan Diplomatik Penuh

Internasional
New York Kembalikan 30 Artefak yang Dijarah ke Indonesia dan Kamboja

New York Kembalikan 30 Artefak yang Dijarah ke Indonesia dan Kamboja

Global
Salah Bayar Makanan Rp 24 Juta, Pria Ini Kesal Restoran Baru Bisa Kembalikan 2 Minggu Lagi

Salah Bayar Makanan Rp 24 Juta, Pria Ini Kesal Restoran Baru Bisa Kembalikan 2 Minggu Lagi

Global
Saat Jangkrik, Tonggeret, dan Cacing Jadi Camilan di Museum Serangga Amerika...

Saat Jangkrik, Tonggeret, dan Cacing Jadi Camilan di Museum Serangga Amerika...

Global
Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza akibat Serangan Israel...

Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza akibat Serangan Israel...

Global
Arab Saudi Imbau Warga Waspadai Penipuan Visa Haji Palsu

Arab Saudi Imbau Warga Waspadai Penipuan Visa Haji Palsu

Global
China Beri Subsidi Rp 22,8 Juta ke Warga yang Mau Tukar Mobil Lama ke Baru

China Beri Subsidi Rp 22,8 Juta ke Warga yang Mau Tukar Mobil Lama ke Baru

Global
Atlet Palestina Bakal Diundang ke Olimpiade Paris 2024

Atlet Palestina Bakal Diundang ke Olimpiade Paris 2024

Global
Rangkuman Hari Ke-793 Serangan Rusia ke Ukraina: Serangan Jalur Kereta Api | Risiko Bencana Radiasi Nuklir

Rangkuman Hari Ke-793 Serangan Rusia ke Ukraina: Serangan Jalur Kereta Api | Risiko Bencana Radiasi Nuklir

Global
Hamas Pelajari Proposal Gencatan Senjata Baru dari Israel

Hamas Pelajari Proposal Gencatan Senjata Baru dari Israel

Global
Rektor Universitas Columbia Dikecam atas Tindakan Keras Polisi pada Pedemo

Rektor Universitas Columbia Dikecam atas Tindakan Keras Polisi pada Pedemo

Global
China Jadi Tuan Rumah Perundingan Persatuan Palestina bagi Hamas-Fatah

China Jadi Tuan Rumah Perundingan Persatuan Palestina bagi Hamas-Fatah

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com