Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siapakah Yahya Sinwar, Sosok yang Disebut Sebagai Dalang Hamas di Gaza?

Kompas.com - 20/12/2023, 18:30 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber Al Jazeera

BEIRUT, KOMPAS.com - Sejak 7 Oktober, ketika Operasi Al-Aqsa Flood yang digagas Hamas menerobos tembok pembatas yang dibangun Israel di sekitar Gaza, menyerbu kota-kota Israel, menewaskan 1.200 orang dan menyandera 240 orang lainnya, pihak berwenang Israel mengincar satu orang: Yahya Sinwar.

Para pejabat Israel mengatakan bahwa Sinwar, pemimpin Hamas di Gaza dan anggota politbiro Hamas sejak tahun 2013, adalah salah satu dalang di balik serangan 7 Oktober, bersama dengan Mohammed Deif, komandan sayap militer Hamas, Brigade Al Qassam, dan Marwan Issa, wakilnya.

Namun Sinwar tampaknya memiliki target terbesar, karena Netanyahu dan pejabat Israel lainnya menganggapnya sebagai ancaman serius atau julukannya: The Walking Dead.

Baca juga: 71 Persen Warga Gaza Alami Kelaparan Akut

Laporan Al Jazeera menyebut bahwa Sinwar, yang juga dikenal sebagai Abu Ibrahim, memiliki banyak sekali cerita tentang dirinya, yang sebagian besar menambah kesan bahwa ia adalah penjahat yang nyaris dikultuskan.

Letnan Kolonel Richard Hecht, juru bicara militer Israel, menyebut Sinwar sebagai "wajah kejahatan", sementara Presiden Amerika Serikat Joe Biden menggambarkan serangan yang diduga direncanakan Sinwar sebagai "kejahatan yang luar biasa".

Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah memperingatkan bahwa jika Hamas tidak dikalahkan, Eropa akan menjadi sasaran berikutnya dan tidak ada yang akan aman.

Netanyahu sendiri telah melakukan upaya bersama untuk menyamakan Hamas dengan ISIL (ISIS).

Pria yang disebut sebagai "wajah kejahatan" ini lahir pada tahun 1962 di sebuah kamp pengungsi di Khan Younis, Gaza selatan, dari sebuah keluarga yang mengungsi dari geng-geng Zionis pada saat Nakba tahun 1948.

Mereka berasal dari al-Majdal, sebuah desa Palestina yang dihancurkan dan dibangun untuk menciptakan kota Israel, Ashkelon.

Sebelum berusia 20 tahun, pada tahun 1982, Sinwar pertama kali ditangkap oleh pihak berwenang Israel karena kegiatan keagamaan.

Baca juga: Pemimpin Hamas Akan ke Mesir Hari Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Pada tahun 1985, ia ditangkap lagi, dan selama masa tahanannya yang kedua inilah ia bertemu dan menjadi dekat dengan pendiri Hamas, Sheikh Ahmed Yassin.

Sinwar tertarik pada Hamas dan, pada usia 25 tahun, ia membantu mendirikan al-Majd, organisasi keamanan internal kelompok tersebut, yang membuatnya memiliki reputasi tanpa kompromi dalam menangani orang-orang Palestina yang berkolaborasi dengan Israel.

Pada tahun 1988, di usia 26 tahun, Sinwar ditangkap dan didakwa merencanakan pembunuhan terhadap dua tentara Israel dan membunuh 12 orang Palestina. Dia dijatuhi empat hukuman seumur hidup.

Selama 22 tahun di penjara, Sinwar tetap disiplin, belajar berbicara dan membaca bahasa Ibrani dengan lancar, dan menjadi pemimpin di antara para tahanan serta menjadi titik fokus negosiasi dengan staf penjara.

Sebuah penilaian pemerintah Israel selama di penjara menggambarkan Sinwar sebagai sosok yang karismatik, kejam, manipulatif, puas dengan sedikit, licik, dan tertutup, demikian menurut BBC.

Baca juga: Hamas: Israel Telat Temukan Terowongan Bawah Tanah Terbesar di Gaza

Ehud Yaari, seorang peneliti di Washington Institute for Near East Policy, yang telah mewawancarai Sinwar di penjara sebanyak empat kali, mengatakan kepada BBC bahwa Sinwar adalah seorang psikopat.

Pada 18 Oktober 2011, Israel menukar lebih dari 1.000 tahanan Palestina dengan Gilad Shalit, seorang tentara Israel yang diculik oleh Hamas, dan Sinwar termasuk di antara orang-orang Palestina yang ditukar dengan Shalit.

Di luar penjara, Sinwar dengan cepat menaiki tangga di Hamas. Namanya masuk ke meja Netanyahu sebagai target pembunuhan, namun perdana menteri Israel itu diduga menolak rencana untuk membunuh Sinwar dalam beberapa kesempatan.

Baca juga: Israel Beri Sinyal Perubahan Operasi di Gaza, Intensitas Perang Lebih Rendah

Pada tahun 2013, ia terpilih sebagai anggota politbiro Hamas di Jalur Gaza, sebelum menjadi pemimpin gerakan di Gaza pada tahun 2017, menggantikan Ismail Haniyeh.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com