Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
DR. (HC) Capt. Marcellus Hakeng Jayawibawa
Pengamat Dunia Maritim

Pengamat Dunia Maritim

Tantangan di Natuna Utara: Potensi Konflik Reklamasi Pulau Vietnam

Kompas.com - 06/12/2023, 13:46 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

LAUT China Selatan semakin menjadi fokus perseteruan di antara negara-negara yang berbagi perbatasan dengan wilayah ini.

Perselisihan wilayah di kawasan tersebut semakin memanas, terutama antara China dan Vietnam, yang saling bersaing dalam klaim teritorial.

Langkah-langkah agresif ini, seperti halnya pembentukan pulau buatan, semakin memperdalam ketegangan di kawasan ini.

Ini bisa saja dimaksudkan menjadi “tembak besar” untuk menghalangi China melakukan invasi.

Meskipun Mahkamah Arbitrase Internasional (Permanent Court of Arbitration/PCA) pada 12 Juli 2016, di Den Haag, Belanda, secara tegas menyatakan tidak sahnya klaim China atas seluruh wilayah Laut China Selatan, tetap saja tindakan provokatif itu terus dilakukan.

Maka dampak dari langkah-langkah agresif ini sangat signifikan, terutama bagi negara-negara tetangga yang berupaya mengelola potensi ekonomi di Laut China Selatan (LCS), seperti sumber daya perikanan, minyak, dan gas.

Indonesia, sebagai salah satu negara yang memiliki kepentingan besar di kawasan tersebut, turut terancam oleh tindakan agresif yang dapat merugikan potensi ekonominya.

Pada kenyataannya, langkah-langkah China dan Vietnam dalam membentuk pulau-pulau buatan tidak hanya merugikan kepentingan ekonomi, tetapi juga meningkatkan risiko ketegangan di seluruh kawasan.

Harus ditegaskan, ketegangan di Laut China Selatan menciptakan risiko besar bagi stabilitas regional.

Tidak bisa dipungkiri pula ketegangan di Laut China Selatan merupakan sumber kekhawatiran besar bagi stabilitas regional. Belum lagi meningkatnya ketegangan sengketa wilayah antara berbagai negara, termasuk Tiongkok, Vietnam, Filipina, dan Malaysia, terus memunculkan ancaman potensial terhadap perdamaian dan keamanan.

Pelibatan militer dan klaim atas wilayah yang saling tumpang tindih telah meningkatkan pula risiko eskalasi konflik di kawasan tersebut.

Tambahan pula adanya ketidakpastian hukum laut dan ketidaksetujuan atas batas-batas maritim memperumit situasi, menimbulkan ketidakpastian politik dan hukum yang dapat merugikan kerja sama regional.

Kehadiran militer yang meningkat, pembangunan pulau buatan, dan peningkatan aktivitas maritim bersifat provokatif, dapat menciptakan situasi yang sulit dikendalikan dan meningkatkan risiko insiden tak terduga.

Maka adanya aktivitas reklamasi pulau Vietnam di Laut Natuna Utara, terutama di Pulau Namyit, Pearson Reef, dan Sand Cay, telah memicu kekhawatiran serius terkait potensi peningkatan kegiatan illegal, unreported, and unregulated (IUU). Serta peningkatan kriminalitas di wilayah tersebut.

Jelaslah ini bisa membahayakan stabilitas regional dan kepentingan negara-negara di sekitarnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com