Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cuaca Ekstrem Bayangi Rencana Ekspedisi Trilogi Alpen oleh Pendaki Indonesia

Kompas.com - 28/08/2023, 20:26 WIB
Krisna Diantha Akassa,
Irawan Sapto Adhi

Tim Redaksi

ZERMATT, KOMPAS.com - Rencana matang para pendaki Indonesia dari Perhimpunan Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung (Wanadri) dalam menempuh Ekspedisi Trilogi Alpen berjalan berantakan di tengah jalan.

Cuaca ekstrem yang melanda Eropa barat menjadi penyebab utamanya.

"Karena pertimbangan keselamatan, akhirnya beberapa jadwal kami sesuaikan," ujar Nurhuda, Ketua Tim Ekspedisi Trilogi Alpen Wanadri kepada Kompas.com pada Minggu (27/8/2023) petang.

Baca juga: Pendaki Indonesia Rencanakan Pendakian Tebing Maut di Gunung Eiger Swiss

Saat mendarat di Jenewa, Swiss, pada 22 Agustus 2023 lalu, Nurhuda bercerita, di Eropa Barat, khususnya Swiss sedang dilanda heatwave atau gelombang hangat dari Sahara.

Saat berada di Chamonix, desa di kaki Gunung Montblanc, gelombang panas sedang berada di puncaknya.

Freezing zone atau titik beku di Mont Blanc merayap hingga di ketinggian 5.200 mdpl.Salju meleleh, glasial juga berubah strukturnya.

"Crevasse (celah di antara dinding glasial) semakin lebar, bahkan banyak yang runtuh, dan ancaman batu longsor juga makin besar," imbuh Nurhuda.

Usaha Wanadri untuk naik Mont Blanc dari sisih Italia juga sama.

"Semua jalur pendakian Mont Blanc ditutup akibat cuaca yang panas," kata Nurhuda.

Dia mengaku mendapat informasi ada dua pendaki yang mengalami kecelakaan dan meninggal dunia di Mont Blanc, sehingga jalur pendakian ditutup karena dikhawatirkan berbahaya.

Empat pendaki Wanadri yang terdiri dari Muhammad Wahyudi, Iwan Irawan, Nurhuda, dan Muhammad Miftakhudin akhirnya memutuskan menunda pendakian Mont Blanc.

Baca juga: Menyaksikan Detik-detik Pelepasan Burung Nasar di Pegunungan Alpen Swiss: Dulu Diburu, Kini Disayang

"Kalau satu atau dua hari ditutup, kami masih bisa tunggu di Chamonix. Tapi penutupan itu belum bisa dipastikan berapa lama, jadi kami akhirnya menunda Mont Blanc dan menuju Zermatt untuk pendakian berikutnya, puncak Matterhorn," jelasnya.

Mereka kemudian meninggalkan Chamonix dan menuju Zermatt, desa terdekat dengan Matterhorn.

Kurang beruntung, setelah panas mengerkah, cuaca berbalik haluan. Swiss kini dilanda hujan angin.

"Kami baru bisa paling cepat 28 Agustus menuju Hornlihütte, pondok utama untuk basecamp menuju Matterhorn," kata Nurhuda.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com