Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Respons Kudeta Niger, Negara-negara Barat Hentikan Bantuan ke Sana

Kompas.com - 30/07/2023, 07:43 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber Reuters

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Uni Eropa dan Perancis telah menghentikan bantuan keuangan kepada Niger.

Amerika Serikat juga mengancam akan melakukan hal yang sama setelah para pemimpin militer di negara tersebut mengumumkan penggulingan presiden yang terpilih secara demokratis, Mohamed Bazoum.

Niger adalah salah satu negara termiskin di dunia, menerima hampir 2 miliar dollar AS per tahun dalam bentuk bantuan pembangunan resmi, menurut Bank Dunia.

Baca juga: Pemimpin Tentara Bayaran Wagner Diduga Dukung Kudeta Niger

Niger juga merupakan mitra keamanan bagi mantan kekuatan kolonial Perancis dan Amerika Serikat, yang menggunakannya sebagai basis untuk memerangi pemberontakan Islamis di wilayah Sahel yang lebih luas di Afrika Barat dan Tengah.

Dilansir dari Reuters, sekutu-sekutu asing Niger sejauh ini menolak untuk mengakui pemerintahan militer baru yang dipimpin oleh Jenderal Abdourahamane Tiani, yang sebelumnya adalah kepala pasukan pengawal presiden, yang oleh para perwira dinyatakan sebagai kepala negara pada hari Jumat (28/7/2023).

Bazoum belum terdengar kabarnya sejak Kamis (27/7/2023) pagi ketika ia dikurung di dalam istana kepresidenan.

Uni Eropa, Prancis dan negara-negara lain mengatakan bahwa mereka masih mengakuinya sebagai preseiden yang sah.

"Selain penghentian segera dukungan anggaran, semua tindakan kerja sama di bidang keamanan ditangguhkan tanpa batas waktu dengan segera," kata kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell dalam sebuah pernyataan.

Kementerian luar negeri Perancis mengatakan negaranya telah menangguhkan semua bantuan pembangunan dan dukungan anggaran dengan segera, menuntut kembalinya tatanan konstitusional dengan Bazoum yang kembali berkuasa.

Bantuan pembangunan Perancis untuk Niger mencapai sekitar 120 juta euro (130 juta dollar AS) pada tahun 2022, dan diperkirakan akan sedikit lebih tinggi tahun ini.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan bahwa bantuan yang sangat signifikan yang disediakan AS untuk orang-orang di Niger jelas dalam bahaya.

Baca juga: Usai Lakukan Kudeta Niger, Jenderal Abdourahamane Tchiani Nyatakan Diri sebagai Pemimpin Baru

Amerika Serikat memiliki dua pangkalan militer di Niger dengan sekitar 1.100 tentara, dan juga menyediakan ratusan juta dollar ASuntuk negara itu dalam bentuk bantuan keamanan dan pembangunan.

Di jalan-jalan yang ramai di ibukota Niamey, para pemilik bisnis khawatir tentang ketidakpastian yang merusak perdagangan, dan tentang prospek arus keuangan dari luar negeri yang tiba-tiba mengering.

"Kami menyadari bahwa pelanggan kami menurun. Hampir tidak ada pelanggan sama sekali," keluh pemilik toko elektronik Abdoul Karim Mahama.

Baca juga: Kudeta Niger: Kepala Militer Dukung Pemberontak Demi Hindari Pertumpahan Darah

Ekonom yang berbasis di Niamey, Abdoulaye Soly, mengatakan semua proyek yang didanai oleh pihak luar akan terhenti.

"Proyek-proyek pembangunan yang dibiayai oleh Uni Eropa, Bank Dunia, IMF dan lainnya akan dihentikan. Bantuan anggaran yang diberikan kepada Niger akan dihentikan," ujarnya.

Baca juga: Kudeta Niger, Perancis dan Rusia Desak Pemulihan Kekuasaan

Niger adalah mitra utama Uni Eropa dalam membantu mengekang arus migran tak beraturan dari sub-Sahara Afrika. Uni Eropa juga memiliki sejumlah kecil pasukan di Niger untuk misi pelatihan militer.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Terkini Lainnya

Sepak Terjang Subhash Kapoor Selundupkan Artefak Asia Tenggara ke New York

Sepak Terjang Subhash Kapoor Selundupkan Artefak Asia Tenggara ke New York

Global
Penyebab Kenapa Menyingkirkan Bom yang Belum Meledak di Gaza Butuh Waktu Bertahun-tahun

Penyebab Kenapa Menyingkirkan Bom yang Belum Meledak di Gaza Butuh Waktu Bertahun-tahun

Global
30 Tahun Setelah Politik Apartheid di Afrika Selatan Berakhir

30 Tahun Setelah Politik Apartheid di Afrika Selatan Berakhir

Internasional
Rangkuman Hari Ke-795 Serangan Rusia ke Ukraina: Buruknya Situasi Garis Depan | Desa Dekat Avdiivka Lepas

Rangkuman Hari Ke-795 Serangan Rusia ke Ukraina: Buruknya Situasi Garis Depan | Desa Dekat Avdiivka Lepas

Global
Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Global
[KABAR DUNIA SEPEKAN] Tabrakan Helikopter Malaysia | Artefak Majapahit Dicuri

[KABAR DUNIA SEPEKAN] Tabrakan Helikopter Malaysia | Artefak Majapahit Dicuri

Global
Bangladesh Liburkan 33 Murid dan Mahasiswa karena Cuaca Panas

Bangladesh Liburkan 33 Murid dan Mahasiswa karena Cuaca Panas

Global
Dilema Sepak Bola Hong Kong, dari Lagu Kebangsaan hingga Hubungan dengan China

Dilema Sepak Bola Hong Kong, dari Lagu Kebangsaan hingga Hubungan dengan China

Global
Panglima Ukraina: Situasi Garis Depan Memburuk, Rusia Unggul Personel dan Senjata

Panglima Ukraina: Situasi Garis Depan Memburuk, Rusia Unggul Personel dan Senjata

Global
Jam Tangan Penumpang Terkaya Titanic Laku Dilelang Rp 23,75 Miliar

Jam Tangan Penumpang Terkaya Titanic Laku Dilelang Rp 23,75 Miliar

Global
Rusia Masuk Jauh ke Garis Pertahanan Ukraina, Rebut Desa Lain Dekat Avdiivka

Rusia Masuk Jauh ke Garis Pertahanan Ukraina, Rebut Desa Lain Dekat Avdiivka

Global
Filipina Tutup Sekolah 2 Hari karena Cuaca Panas Ekstrem

Filipina Tutup Sekolah 2 Hari karena Cuaca Panas Ekstrem

Global
Rusia Jatuhkan 17 Drone Ukraina di Wilayah Barat

Rusia Jatuhkan 17 Drone Ukraina di Wilayah Barat

Global
Intel AS Sebut Putin Tidak Perintahkan Pembunuhan Navalny

Intel AS Sebut Putin Tidak Perintahkan Pembunuhan Navalny

Global
Sosok Subhash Kapoor, Terduga Pencuri Artefak Majapahit di New York

Sosok Subhash Kapoor, Terduga Pencuri Artefak Majapahit di New York

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com