Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

160 Perusuh Ditangkap, Kondisi Perancis Mulai Kondusif

Kompas.com - 04/07/2023, 08:30 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber Reuters

PARIS, KOMPAS.com - Pertemuan digelar di luar balai kota di seluruh Perancis pada Senin (3/7/2023) menyusul gelombang kerusuhan yang dipicu oleh penembakan fatal polisi terhadap seorang remaja keturunan Afrika utara.

Polisi melakukan kurang dari 160 penangkapan dalam semalam, menimbulkan sedikit kelegaan bagi Presiden Emmanuel Macron dalam perjuangannya untuk menegakkan kembali ketertiban, hanya beberapa bulan setelah protes pecah terkait reformasi pensiun yang tidak populer dan setahun setelah menjadi tuan rumah Olimpiade.

Kematian Nahel, seorang remaja berusia 17 tahun dengan orang tua Aljazair dan Maroko, telah memicu kebencian anti-polisi yang mendalam di pinggiran kota-kota besar Perancis yang miskin dan menghadapi masalah rasial, dimana komunitas Muslim di utara Keturunan Afrika khususnya telah lama menuduh polisi membuat praktik rasial dan taktik kekerasan.

Baca juga: [POPULER GLOBAL] Ibu Nahel Salahkan Polisi Perancis | Bos Wagner Dapat Miliaran Rubel

Dilansir dari Reuters, sejak peristiwa penembakan pekan lalu, perusuh telah membakar mobil, menjarah toko dan menargetkan balai kota, sekolah negeri, dan properti milik negara.

Pinggiran kota Paris dan Marseille di selatan telah menjadi titik api.

Apa yang dimulai sebagai protes berubah menjadi kebencian dan kemarahan yang lebih luas terhadap negara dan kekerasan oportunistik.

Kerusuhan, bagaimana pun, tidak mendorong pemerintah mengatasi masalah terkait ras yang mengikuti gejolak atas insiden serupa di negara-negara Barat lainnya, seperti protes Black Lives Matter di Amerika Serikat atau kerusuhan ras yang kadang-kadang di Inggris.

Sebaliknya, pemerintah Perancis menunjuk pada kemiskinan di lingkungan perkotaan berpenghasilan rendah dan kenakalan remaja, cerminan dari keyakinan negara bahwa warga negara masih bersatu di bawah satu identitas Perancis, tanpa memandang ras atau etnis.

Menteri Dalam Negeri Gerald Darmanin fokus pada keluarga yang membiarkan anak-anak membuat kekacauan di jalanan, mengatakan rata-rata dari mereka yang ditangkap berusia 17 tahun dengan beberapa di antaranya berusia 12 tahun.

"Ini bukan tugas polisi nasional, wali kota atau negara untuk menyelesaikan masalah pembakaran sekolah berusia 12 tahun. Ini masalah otoritas orang tua," kata Darmanin saat berkunjung ke Reims.

Baca juga: Kerusuhan Perancis Malam Keenam, 157 Orang Ditangkap, Pemadam Kebakaran Tewas

Sekitar 45.000 polisi akan dikerahkan selama empat malam berturut-turut, katanya, untuk mencoba menghentikan kerusuhan yang telah menyebabkan lebih dari 5.600 mobil dibakar, 1.000 properti pribadi dibakar atau dirusak, dan 250 kantor polisi diserang.

Nenek Nahel mengatakan bahwa para perusuh menggunakan kematiannya sebagai alasan untuk menyebabkan kekacauan.

Baca juga: Banjir Kritik, Penggalangan Dana untuk Polisi Perancis yang Tembak Nahel M Capai Rp13,9 Miliar

"Kami tidak ingin mereka menghancurkan segalanya," katanya kepada BFM TV. "Nahel sudah mati, hanya itu yang ada."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com