Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bukan Rusia dan China, Ini Ancaman Terbesar dan Paling Mematikan yang Dihadapi AS

Kompas.com - 10/04/2023, 11:01 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber NZ Herald

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Apa ancaman paling besar yang dihadapi Amerika Serikat (AS)? Ternyata bukanlah Rusia atau pun China.

Menurut laporan komunitas intelijen AS, ancaman paling besar dan paling mematikan yang dihadapi "Negeri Paman Sam" saat ini adalah paham neo-Nazi dan kelompok rasialis lainnya.

Kelompok-kelompok tersebut diyakini merekrut personel militer dan veteran yang akan membantu mereka mengorganisasi sel-sel guna menyerang minoritas dan institusi yang berlawanan dengan ideologi mereka.

Baca juga: AS Pantau Latihan Militer China di Sekitar Taiwan

Hal tersebut disampaikan dalam laporan tahunan berjudul Annual Threat Assessment yang dirilis tahun 2023 ini, sebagaimana dilansir NZ Herald, Minggu (9/4/2023).

Laporan tersebut diamini oleh sejumlah lembaga think tank, salah satunya Brookings Institution.

Dalam surveinya, 16 persen warga AS meyakini pernyataan yang berbunyi, "Berbagai hal sudah keluar jalur sehingga patriot sejati Amerika mungkin harus menggunakan kekerasan untuk menyelamatkan negara."

Selain itu, statistik yang dirilis institusi penegak hukum pun juga melaporkan peningkatan jumlah ekstremis yang melakukan kekerasan.

Pada 2022, ada 26 serangan fasilitas aktual terhadap sejumlah fasilitas ketenagalistrikan di seluruh AS. Padahal pada 2021 hanya ada enam.

Baca juga: Mantan Pilot AS: UFO Itu Nyata, Kami Menghadapi Tiap Hari

Sasar militer

Dalam foto file ini yang diambil pada 9 Juni 2022, Stewart Rhodes, pendiri Oath Keepers, terlihat di layar selama sidang Komite Pemilihan DPR untuk Menyelidiki Serangan 6 Januari di Capitol AS, di Gedung Kantor Cannon House di Capitol Hill di Washington, DC. Stewart Rhodes, pendiri milisi Penjaga Sumpah sayap kanan, dinyatakan bersalah atas penghasutan pada 29 November 2022 atas perannya dalam serangan 6 Januari 2021 di Capitol AS oleh pendukung mantan presiden Donald Trump.AFP/BRENDAN SMIALOWSKI Dalam foto file ini yang diambil pada 9 Juni 2022, Stewart Rhodes, pendiri Oath Keepers, terlihat di layar selama sidang Komite Pemilihan DPR untuk Menyelidiki Serangan 6 Januari di Capitol AS, di Gedung Kantor Cannon House di Capitol Hill di Washington, DC. Stewart Rhodes, pendiri milisi Penjaga Sumpah sayap kanan, dinyatakan bersalah atas penghasutan pada 29 November 2022 atas perannya dalam serangan 6 Januari 2021 di Capitol AS oleh pendukung mantan presiden Donald Trump.

Meningkatnya paham sayap kanan garis keras dan rasialis bisa menjadi bom waktu di tubuh militer dan kepolisian AS.

"Kelompok-kelompok ekstremis telah lama mendorong anggotanya untuk bergabung ke dinas militer supaya mereka mendapat pelatiha penggunaan senjatam taktik, dan kepemimpinan," tulis laporan spesial dari military.com.

Selain itu, para veteran pun juga berpotensi terpapar ekstremisme sayap kanan ketika mereka mencoba memulai kembali kehidupannya sebagai warga sipil.

Baca juga: Dokumen Rahasia Bocor, AS dan NATO Siapkan Ukraina Serang Balik Rusia

Kelompok-kelompok ekstremis yang aktif merekrut para veteran seperti Patriot Front, Atomwaffen, Oath Keepers, dan Boogaloo.

Kelompok-kelompok semacam itu sudah meniru militer dan secara aktif merekrut veteran bahkan personel militer aktif karena dilihat sebagai aset untuk mencapai tujuan mereka.

Survei dari Brookings Institution menemukan, satu dari 10 orang AS mengidentifikasi diri sebagai penganut “nasionalisme Kristen”.

Baca juga: Ilmuwan AS Siapkan Vaksin Baru untuk Kanker dan Penyakit Jantung

Sebanyak 19 persen lainnya mengatakan bahwa mereka mendukung banyak tujuan gerakan tersebut.

“Ada ideologi dasar rasialisme di antara gerakan nasionalis Kristen yang menghubungkan mereka dengan kelompok nasionalis kulit putih yang mengandalkan kiasan lama dan baru untuk mempromosikan supremasi kulit putih,” ungkap temuan survei tersebut.

Implementasi ide tersebut diungkapkan melalui gerakan konspirasi, termasuk teori bahwa imigran non-Eropa menyerang AS dan menggantikan budaya serta etnis di sana.

Baca juga: AS Akan Ubah Aturan Larangan Atlet Transgender

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Filipina Tutup Sekolah 2 Hari karena Cuaca Panas Ekstrem

Filipina Tutup Sekolah 2 Hari karena Cuaca Panas Ekstrem

Global
Rusia Jatuhkan 17 Drone Ukraina di Wilayah Barat

Rusia Jatuhkan 17 Drone Ukraina di Wilayah Barat

Global
Intel AS Sebut Putin Tidak Perintahkan Pembunuhan Navalny

Intel AS Sebut Putin Tidak Perintahkan Pembunuhan Navalny

Global
Sosok Subhash Kapoor, Terduga Pencuri Artefak Majapahit di New York

Sosok Subhash Kapoor, Terduga Pencuri Artefak Majapahit di New York

Global
Respons Cepat Emirates Airlines Tangani Kekhawatiran Penumpang Anak Tuai Pujian

Respons Cepat Emirates Airlines Tangani Kekhawatiran Penumpang Anak Tuai Pujian

Global
Anak Mahathir Bantah Diselidiki terkait Korupsi di Malaysia

Anak Mahathir Bantah Diselidiki terkait Korupsi di Malaysia

Global
Dramatis, Pilot Melamar Pramugari dalam Penerbangan Polandia

Dramatis, Pilot Melamar Pramugari dalam Penerbangan Polandia

Global
Menhan Rusia Ingin Negara Sekutunya di Asia Tingkatkan Latihan Militer

Menhan Rusia Ingin Negara Sekutunya di Asia Tingkatkan Latihan Militer

Global
Korea Utara Tuduh AS Politisasi Masalah HAM

Korea Utara Tuduh AS Politisasi Masalah HAM

Global
Rangkuman Hari Ke-794 Serangan Rusia ke Ukraina: Warga Latvia Diminta Siapkan Tempat Berlindung | IOC Bicara Rusia dan Israel

Rangkuman Hari Ke-794 Serangan Rusia ke Ukraina: Warga Latvia Diminta Siapkan Tempat Berlindung | IOC Bicara Rusia dan Israel

Global
 Hubungan Sesama Jenis di Irak Dapat Dihukum 15 Tahun Penjara

Hubungan Sesama Jenis di Irak Dapat Dihukum 15 Tahun Penjara

Global
Video Detik-detik Sopir Mobil Gagalkan Penjabretan di Pinggir Jalan, Pepet Motor Pelaku

Video Detik-detik Sopir Mobil Gagalkan Penjabretan di Pinggir Jalan, Pepet Motor Pelaku

Global
Afrika Selatan Peringati 30 Tahun Apartheid, Kemiskinan Masih Jadi Isu Utama

Afrika Selatan Peringati 30 Tahun Apartheid, Kemiskinan Masih Jadi Isu Utama

Global
Polisi Bubarkan Perkemahan dan Tangkap 192 Demonstran Pro-Palestina di 3 Kampus AS

Polisi Bubarkan Perkemahan dan Tangkap 192 Demonstran Pro-Palestina di 3 Kampus AS

Global
[UNIK GLOBAL] Perempuan 60 Tahun Menang Miss Buenos Aires | Diagnosis Penyakit 'Otak Cinta'

[UNIK GLOBAL] Perempuan 60 Tahun Menang Miss Buenos Aires | Diagnosis Penyakit "Otak Cinta"

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com