RIYADH, KOMPAS.com – Perusahaan raksasa minyak milik Kerajaan Arab Saudi, Aramco, mencetak pendapatan jumbo dengan mengantongi laba 161,1 miliar dollar AS (Rp 2.497 triliun) sepanjang 2022.
Jumlah tersebut hampir menyamai realisasi pendapatan RI dalam APBN tahun 2022 sebesar Rp 2.626,4 triliun yang diumumkan awal Januari tahun ini.
Besarnya laba yang berhasil diraup Aramco pada 2022 tak lepas dari melonjaknya harga energi global, terutama minyak, serta meningkatnya volume penjualan.
Baca juga: Untung Besar, Laba Saudi Aramco Setara Tiga Perempat dari Pendapatan RI
Sebagai pengingat, harga minyak acuan Brent sempat melampaui 120 dollar AS per barel-nya pada Maret 2022 dan Juni 2022.
Dilansir BBC, Minggu (12/3/2023), pendapatan Aramco pada 2022 tersebut naik 46,5 persen dibandingkan 2021.
Aramco merupakan perusahaan energi paling mutakhir yang melaporkan besarnya pendapatan yang diperolehnya setelah harga energi melambung tinggi usai Rusia menginvasi Ukraina pada Februari 2022.
Sebelumnya, ExxonMobil dari AS mengumumkan meraup laba 55,7 miliar dollar AS (Rp 863 triliun). Sedangkan Shell dari Inggris melaporkan laba 39,9 miliar dollar AS (Rp 618 triliun).
Baca juga: Pemberontak Houthi Serang Fasilitas Minyak Aramco di Arab Saudi
Aramco juga mengumumkan pembagian dividen sebesar 19,5 miliar dollar AS (Rp 302 triliun) untuk kuartal Oktober hingga Desember 2022, yang akan dibayarkan pada kuartal pertama tahun ini.
Sebagian besar dari dividen tersebut akan masuk ke rekening Kerajaan Arab Saudi yang memiliki hampir 95 persen saham di Aramco.
“Aramco riding the wave harga energi yang tinggi pada 2022,” kata Robert Mogielnicki dari lembaga think tank Arab Gulf States Institute yang berbasis di Washington, AS.
Dalam sebuah pernyataan pada Minggu, Aramco mengatakan, hasil yang didapatkan perusahaan tak lepas dari harga minyak mentah yang lebih kuat, volume penjualan yang lebih tinggi, dan peningkatan margin untuk produk olahan.
Presiden sekaligus CEO Aramco Amin Nasser menyatakan, meski Aramco mencetak laba jumbo, investasi di sektor minyak dan gas tetaplah masih kurang.
Baca juga: China Bicarakan Pembelian Saham Aramco dari Arab Saudi
Hal tersebut, kata Nasser, berpotensi menimbulkan harga energi yang bisa lebih tinggi.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, Nasser menyampaikan bahwa perusahaan tidak hanya berfokus pada perluasan produksi minyak, gas, dan bahan kimia. Akan tetapi, juga berinvestasi dalam teknologi baru yang lebih rendah karbon.
Di sisi lain, BBC melaporkan bahwa Aramco adalah kontributor utama emisi gas rumah kaca (GRK) yang berkontribusi terhadap perubahan iklim.
Menanggapi pengumuman Aramco, Sekretaris Jenderal Amnesty International Agnes Callamard mengaku terkejut karena perusahaan mencetak laba 161,1 miliar dollar AS (Rp 2.497 triliun) dari menjual bahan bakar fosil.
“Ini jauh lebih mengejutkan karena surplus ini terkumpul selama krisis biaya hidup global dan dibantu oleh kenaikan harga energi akibat perang agresi Rusia melawan Ukraina,” kata Callamard.
Baca juga: Serangan Houthi Membuat Lubang Besar di Tangki Minyak Saudi Aramco
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.