Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Uganda Tendang China dari Proyek Rel Kereta, Beralih ke Turkiye

Kompas.com - 21/01/2023, 10:45 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

KAMPALA, KOMPAS.com - Pemerintah Uganda membatalkan kontrak kerja dengan perusahaan China untuk membangun jalur kereta akibat macetnya pendanaan. Proyek senilai lebih dari 2 miliar dollar AS itu kini ditawarkan kepada perusahaan Turkiye.

Pembatalan kontrak secara sepihak dengan China Harbour and Engineering Company Ltd (CHEC) diputuskan Pemerintah Uganda akhir pekan silam. Kerja sama yang dirintis sejak 2015 itu sedianya akan menghadirkan rel kereta berbadan lebar pertama di Uganda.

Jalur kereta sepanjang 273 kilometer (km) itu kelak akan menghubungkan ibu kota Kampala dengan Nairobi ibu kota negara jiran, Kenya, hingga ke kota pelabuhan Mombasa di tepi Samudra Hindia. Pembangunan ditaksir akan menelan biaya senilai 2,2 miliar dollar AS.

Baca juga: PM Anwar Ibrahim Tinjau Proyek Milliaran Dollar AS yang Disetujui Pendahulunya

Kekisruhan berawal dari kegusaran Pemerintah Uganda terhadap sikap China yang terkesan enggan menyediakan pinjaman uang untuk pembangunan proyek.

"Kini pemerintah di Kampala sedang bernegosiasi dengan perusahaan Turkiye, Yapi Merkezi, untuk memgambil alih proyek tersebut", menurut seorang pegawai senior Kementerian Pekerjaan Umum dan Transportasi kepada Reuters.

Pejabat yang enggan menyebutkan namanya itu menyebut China melanggar komitmen sendiri.

"Salah satu kewajiban yang tertera dalam kontrak dengan China adalah bahwa mereka seharusnya membantu Uganda mencari pendanaan. Sayangnya, hal ini tidak terjadi,” kata dia.

Dia mengatakan, pihaknya sudah menulis kepada perusahaan China pada Desember silam untuk mengabarkan pembatalan kontrak. Hingga kini, CHEC tidak mengindikasikan akan menggugat keputusan tersebut.

Baca juga: Masyarakat Adat Australia Menang Pertarungan Hukum Lawan Proyek Gas Laut Timor

Berpaling ke Turkiye

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin mengatakan, China dan Uganda sebelumnya sudah pernah bekerja sama membangun jalur kereta, bendungan, jalan tol, pengembangan minyak dan gas, serta pembangunan infrastruktur.

"China dan Uganda adalah mitra yang komprehensif dan kerja sama praktis antara kedua negara merupakan pondasi kooperasi antara China dan Afrika,” kata dia kepada media di Beijing.

Sementara dalam kesempatan terpisah, sumber Reuters di Kementerian Transportasi Uganda membenarkan adanya proses negosiasi dengan Yapi Merkezi dari Turkiye.

"Jadi, sekarang diskusi yang kami lakukan adalah dengan Yapi Merkezi. Perusahaan Turkiye itu menyatakan tertarik. Sejauh ini belum ada kontrak dengan mereka, tapi sudah ada nota kesepahaman (MoU) dan prosesnya sekarang dipercepat.”

Baca juga: Qatar Sebut 400-500 Pekerja Migran Tewas dalam Proyek Piala Dunia

Tergiur proyek di negeri tetangga

Yapi Merkezi membenarkan klaim itu--telah menandatangani MoU dengan Pemerintah Uganda--meski belum menyepakati kontrak kerja.

Perusahaan yang bermarkas di Istanbul itu selama ini dikenal lewat proyek kereta ringan di kawasan urban.

Belakangan, Yapi Merkezi mulai merambah ke luar negeri, dengan mengerjakan proyek rel di Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Etiopia, dan Slovenia.

Pemerintah Uganda disebutkan terkesan oleh proyek kereta jarak jauh yang sedang dikerjakan Yapi Merkezi di Tanzania. Menurut sumber Reuters di Uganda, pemerintah di Kampala telah mengirimkan delegasi ke Tanzania untuk menginspeksi proses konstruksi.

Di Tanzania, Yapi Merkezi membangun rel kereta berstandar internasional sepanjang 1.219 kilometer. Rel tersebut kelak menghubungkan Tanzania dengan Uganda dan sejumlah negara jiran lain di tenggara Afrika.

Baca juga: Presiden Timor Leste Ramos-Horta Sebut Indonesia Tertarik Jadi Investor Proyek Gas Alam

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Global
Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Global
Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Global
Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Global
PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

Global
Kata Alejandra Rodriguez Usai Menang Miss Universe Buenos Aires di Usia 60 Tahun

Kata Alejandra Rodriguez Usai Menang Miss Universe Buenos Aires di Usia 60 Tahun

Global
Misteri Kematian Abdulrahman di Penjara Israel dengan Luka Memar dan Rusuk Patah...

Misteri Kematian Abdulrahman di Penjara Israel dengan Luka Memar dan Rusuk Patah...

Global
Ikut Misi Freedom Flotilla, 6 WNI Akan Berlayar ke Gaza

Ikut Misi Freedom Flotilla, 6 WNI Akan Berlayar ke Gaza

Global
AS Sebut Mulai Bangun Dermaga Bantuan untuk Gaza, Seperti Apa Konsepnya?

AS Sebut Mulai Bangun Dermaga Bantuan untuk Gaza, Seperti Apa Konsepnya?

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com