Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sanksi Barat Bikin Produksi Senjata Canggih Rusia Pincang

Kompas.com - 17/09/2022, 07:31 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber Reuters

KYIV, KOMPAS.com – Sanksi-sanksi yang dijatuhkan Barat mulai mengganggu kemampuan Rusia untuk membuat persenjataan canggih dalam perang di Ukraina.

Hal tersebut disampaikan penasihat militer NATO, Rob Bauer, sebagaimana dilansir Reuters, Jumat (16/8/2022).

Kendati demikian, Bauer menuturkan bahwa industri Rusia masih dapat memproduksi banyak amunisi.

Baca juga: Paus Fransiskus: Memasok Senjata ke Ukraina dapat Diterima secara Moral

Saat Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari, AS beserta sekutunya langsung menjatuhkan beberapa sanksi terhadap Moskwa, termasuk larangan penjualan teknologi canggih.

“Mereka semakin terhambat oleh sanksi. Karena beberapa komponen yang mereka butuhkan untuk sistem senjata mereka berasal dari industri Barat,” kata Bauer.

“Kami sekarang melihat tanda-tanda serius pertama dalam hal kemampuan mereka untuk memproduksi, misalnya, penggantian rudal jelajah dan persenjataan yang lebih canggih,” sambung Bauer.

Baca juga: Tentara Ukraina Poles Tank Rusia yang Direbut, Dipakai Hancurkan Tuannya Sendiri

Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell mengatakan pada Selasa (13/9/2022) bahwa hilangnya teknologi karena sanksi Uni Eropa sangat merugikan kemampuan Moskwa dalam memproduksi senjata.

Bauer menuturkan, baik Rusia dan Ukraina perang menghadapi tantangan karena konflik konvensional telah mengharuskan pengeluaran pasokan militer yang sangat besar.

“Sejauh yang kami tahu, Rusia masih memiliki basis industri yang cukup besar dan mampu menghasilkan banyak amunisi. Dan mereka masih memiliki banyak amunisi,” ujar Bauer.

Baca juga: Ukraina Terkini: Kuburan Massal Ditemukan di Izium, Kota yang Baru Direbut Lagi dari Rusia

Pertempuran gaya kuno dari Rusia

Pada Senin (12/9/2022) Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa Rusia bertahan dengan baik dalam menghadapi sanksi Barat.

“Taktik blitzkrieg ekonomi, serangan gencar yang mereka andalkan, tidak berhasil,” ujar Putin di saluran televisi pemerintah saat memimpin pertemuan tentang ekonomi.

Bauer berujar, sekitar 85 persen tentara Rusia sudah bertempur di Ukraina.

Hal itu membatasi kemampuan Rusia untuk memperbesar kehadiran militernya karena tidak dapat mengumumkan mobilisasi umum tanpa menyatakan perang.

Baca juga: Jerman Ambil Alih Kilang Minyak Rusia di Negaranya

“Kami melihat jumlah pasukan baru yang masuk terbatas. Dan satu hal yang kami yakini adalah tingkat pelatihan pasukan itu tidak terlalu tinggi,” papar Bauer.

Di sisi lain, Ukraina telah mengejutkan Rusia dengan serangan balasan yang berhasil di wilayah timur laut Kharkiv.

Pejabat Ukraina mengatakan, 9.000 Kilometer (Km) persegi telah direbut kembali, seukuran Pulau Siprus.

Baca juga: Kepada Putin, Xi Sampaikan China Siap Kerja Bareng Rusia Selaku Kekuatan Besar

Bauer mengatakan, kemajuan itu berhasil sebagian besar karena pelatihan pasukan Ukraina berstandar NATO sejak 2014 yang memungkinkan unitnya mengambil inisiatif.

“Salah satu alasan mengapa mereka begitu sukses saat ini adalah bahwa Rusia berperang dengan cara yang sangat kuno,” kata Bauer.

“Setiap unit Rusia mendapat arahan dari otoritas yang lebih tinggi. Oleh karena itu, jika ada perubahan, mereka menunggu perintah baru. Ukraina maju begitu cepat sehingga Rusia tidak mendapatkan (perintah baru) dan harus mundur dan mundur,” lanjut Bauer.

Baca juga: Diserang Balik Ukraina, Pasukan Rusia Mundur dengan Panik

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perlakuan Taliban pada Perempuan Jadi Sorotan Pertemuan HAM PBB

Perlakuan Taliban pada Perempuan Jadi Sorotan Pertemuan HAM PBB

Global
Rudal Hwasong-11 Korea Utara Dilaporkan Mendarat di Kharkiv Ukraina

Rudal Hwasong-11 Korea Utara Dilaporkan Mendarat di Kharkiv Ukraina

Global
Blinken Desak Hamas Terima Kesepakatan Gencatan Senjata Israel

Blinken Desak Hamas Terima Kesepakatan Gencatan Senjata Israel

Global
Status Mahasiswa Pro-Palestina di Universitas Columbia Terancam Ditangguhkan

Status Mahasiswa Pro-Palestina di Universitas Columbia Terancam Ditangguhkan

Global
Keputusan Irak Mengkriminalisasi Hubungan Sesama Jenis Menuai Kritik

Keputusan Irak Mengkriminalisasi Hubungan Sesama Jenis Menuai Kritik

Internasional
Cerita 5 WNI Dapat Penghargaan sebagai Pekerja Teladan di Taiwan

Cerita 5 WNI Dapat Penghargaan sebagai Pekerja Teladan di Taiwan

Global
Rangkuman Hari Ke-796 Serangan Rusia ke Ukraina: Ukraina Gagalkan 55 Serangan di Donetsk | Rusia Rebut Semenivka

Rangkuman Hari Ke-796 Serangan Rusia ke Ukraina: Ukraina Gagalkan 55 Serangan di Donetsk | Rusia Rebut Semenivka

Global
Anak-anak di Gaza Tak Tahan Lagi dengan Panas, Gigitan Nyamuk, dan Gangguan Lalat...

Anak-anak di Gaza Tak Tahan Lagi dengan Panas, Gigitan Nyamuk, dan Gangguan Lalat...

Global
AS Menentang Penyelidikan ICC atas Tindakan Israel di Gaza, Apa Alasannya?

AS Menentang Penyelidikan ICC atas Tindakan Israel di Gaza, Apa Alasannya?

Global
Saat Mahasiswa Columbia University Tolak Bubarkan Diri dalam Protes Pro-Palestina dan Tak Takut Diskors... 

Saat Mahasiswa Columbia University Tolak Bubarkan Diri dalam Protes Pro-Palestina dan Tak Takut Diskors... 

Global
ICC Isyaratkan Keluarkan Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu, Israel Cemas

ICC Isyaratkan Keluarkan Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu, Israel Cemas

Global
[POPULER GLOBAL] Bom Belum Meledak di Gaza | Sosok Penyelundup Artefak Indonesia

[POPULER GLOBAL] Bom Belum Meledak di Gaza | Sosok Penyelundup Artefak Indonesia

Global
Pria Ini Memeluk 1.123 Pohon dalam Satu Jam, Pecahkan Rekor Dunia

Pria Ini Memeluk 1.123 Pohon dalam Satu Jam, Pecahkan Rekor Dunia

Global
Ukraina Gagalkan 55 Serangan Rusia di Donetsk

Ukraina Gagalkan 55 Serangan Rusia di Donetsk

Global
Datangi Arab Saudi, Menlu AS Bujuk Normalisasi Hubungan dengan Israel

Datangi Arab Saudi, Menlu AS Bujuk Normalisasi Hubungan dengan Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com