Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ratusan Mahasiswa China Dipindahkan ke Karantina Ketat Usai Temuan Wabah Covid di Asrama

Kompas.com - 12/09/2022, 14:31 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

BEIJING, KOMPAS.com - Hampir 500 siswa di perguruan tinggi terkemuka China untuk jurusan media jurnalis telah dikirim ke pusat karantina, setelah beberapa kasus Covid-19 terdeteksi di asrama mereka.

Sebanyak 488 mahasiswa di Communication University of China, bersama dengan 19 guru dan lima asisten, dipindahkan dengan bus mulai Jumat (9/9/2022) malam.

Mengkarantina siapa pun yang dianggap telah melakukan kontak dengan seseorang yang dites positif terkena virus telah menjadi pilar kebijakan ketat "nol-Covid" China.

Baca juga: Pembatasan Covid-19 Kian Ketat, Siswa Hong Kong Makin Sulit

Namun, pusat karantina termasuk rumah sakit lapangan serta stadion dan pusat pameran yang diubah darurat, telah dikritik karena kepadatannya, sanitasi dan makanan yang buruk.

Hingga pekan lalu, sekitar 65 juta penduduk China berada di bawah penguncian (lockdown) Covid-19 meskipun hanya 1.248 kasus baru penularan domestik yang dilaporkan pada Minggu (11/9/2022) sebagaimana dilansir New York Post

Sebagian besar dari mereka yang terkurung di bawah lockdown China tidak menunjukkan gejala.

Lockdown telah memicu protes online dan konfrontasi dengan petugas kesehatan dan polisi, dan telah menimbulkan korban besar pada ekonomi, serta mempengaruhi rantai pasokan global untuk elektronik dan produk lainnya.

Penguncian selama berminggu-minggu di kota Shanghai terbesar di China selama musim panas dilaporkan mendorong eksodus pekerja migran dan pebisnis asing.

Baca juga: [POPULER GLOBAL] Krisis Energi Eropa, Pembalasan atas Sanksi | Vaksin Covid-19 Tanpa Suntikan

Dengan rilis data ekonomi minggu ini, analis akan mencari informasi tentang bagaimana penanganan pandemi China berdampak pada aktivitas ekonomi di ekonomi terbesar kedua di dunia itu.

Lockdown China telah disertai dengan pengujian hampir setiap hari, pembatasan perjalanan dan penangguhan kelas di semua tingkatan.

China telah mengejar penegakan kebijakan tanpa henti, bahkan ketika hampir setiap negara lain telah berusaha kembali ke kehidupan normal, dengan bantuan vaksin dan obat-obatan untuk memerangi virus.

New York Post mewartakan bahwa kebijakan nol Covid China terkait erat dengan Presiden dan pemimpin Partai Komunis Xi Jinping, yang mengarah pada tuduhan bahwa pemerintah telah mempolitisasi krisis kesehatan masyarakat.

Baca juga: Imbas Wabah Covid-19, 10,5 Juta Anak di Dunia jadi Yatim Piatu

Pemerintahannya menolak pernyataan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa kebijakan tersebut tidak berkelanjutan, dan telah menolak menyetujui vaksin asing.

Xi, yang tidak bepergian ke luar negeri sejak awal pandemi pada awal 2020, telah mengambil alih semua komando kekuasaan dan memberikan nada konfrontatif dalam kebijakan luar negeri, sambil mengesampingkan atau memenjarakan saingannya.

Pemimpin berusia 69 tahun itu telah menghilangkan batasan masa jabatan kepresidenan, dan diperkirakan akan menerima masa jabatan lima tahun ketiga sebagai pemimpin Partai Komunis pada kongres partai bulan depan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Terkini Lainnya

Afrika Selatan Peringati 30 Tahun Apartheid, Kemiskinan Masih Jadi Isu Utama

Afrika Selatan Peringati 30 Tahun Apartheid, Kemiskinan Masih Jadi Isu Utama

Global
Polisi Bubarkan Perkemahan dan Tangkap 192 Demonstran Pro-Palestina di 3 Kampus AS

Polisi Bubarkan Perkemahan dan Tangkap 192 Demonstran Pro-Palestina di 3 Kampus AS

Global
[UNIK GLOBAL] Perempuan 60 Tahun Menang Miss Buenos Aires | Diagnosis Penyakit 'Otak Cinta'

[UNIK GLOBAL] Perempuan 60 Tahun Menang Miss Buenos Aires | Diagnosis Penyakit "Otak Cinta"

Global
Hamas Rilis Video 2 Sandera yang Desak Pemerintah Israel Capai Kesepakatan

Hamas Rilis Video 2 Sandera yang Desak Pemerintah Israel Capai Kesepakatan

Global
Hezbollah Tembakkan Peluru Kendali ke Israel

Hezbollah Tembakkan Peluru Kendali ke Israel

Global
Menlu Turkiye Akan Kunjungi Arab Saudi untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Menlu Turkiye Akan Kunjungi Arab Saudi untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Global
Vatikan dan Vietnam Akan Menjalin Hubungan Diplomatik Penuh

Vatikan dan Vietnam Akan Menjalin Hubungan Diplomatik Penuh

Internasional
New York Kembalikan 30 Artefak yang Dijarah ke Indonesia dan Kamboja

New York Kembalikan 30 Artefak yang Dijarah ke Indonesia dan Kamboja

Global
Salah Bayar Makanan Rp 24 Juta, Pria Ini Kesal Restoran Baru Bisa Kembalikan 2 Minggu Lagi

Salah Bayar Makanan Rp 24 Juta, Pria Ini Kesal Restoran Baru Bisa Kembalikan 2 Minggu Lagi

Global
Saat Jangkrik, Tonggeret, dan Cacing Jadi Camilan di Museum Serangga Amerika...

Saat Jangkrik, Tonggeret, dan Cacing Jadi Camilan di Museum Serangga Amerika...

Global
Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza akibat Serangan Israel...

Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza akibat Serangan Israel...

Global
Arab Saudi Imbau Warga Waspadai Penipuan Visa Haji Palsu

Arab Saudi Imbau Warga Waspadai Penipuan Visa Haji Palsu

Global
China Beri Subsidi Rp 22,8 Juta ke Warga yang Mau Tukar Mobil Lama ke Baru

China Beri Subsidi Rp 22,8 Juta ke Warga yang Mau Tukar Mobil Lama ke Baru

Global
Atlet Palestina Bakal Diundang ke Olimpiade Paris 2024

Atlet Palestina Bakal Diundang ke Olimpiade Paris 2024

Global
Rangkuman Hari Ke-793 Serangan Rusia ke Ukraina: Serangan Jalur Kereta Api | Risiko Bencana Radiasi Nuklir

Rangkuman Hari Ke-793 Serangan Rusia ke Ukraina: Serangan Jalur Kereta Api | Risiko Bencana Radiasi Nuklir

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com