Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Krisis Energi Mulai Berdampak Pada Bisnis Roti di Jerman

Kompas.com - 10/09/2022, 20:01 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

BONN, KOMPAS.com - Setiap pagi, antrean panjang terlihat di depan toko roti milik Max Kugel di Bonn, Jerman.

Harga rotinya juga lebih mahal. Roti gandum harganya baru saja naik 80 sen menjadi 6,60 euro (Rp 88 ribu), sekitar 2 euro lebih mahal daripada di toko roti yang lain.

Tetapi pelanggan toko roti Max Kugel kelihatannya memang tidak terlalu peduli dengan harga. Pemilik toko roti berusia 32 tahun itu mengaku sedikit terkejut.

Baca juga: Debat Politik Energi, Kanselir Jerman Olaf Scholz Emosi di Parlemen

"Saya selalu berpikir, menaikkan harga akan merugikan penjualan, tapi kami tidak melihat penurunan sama sekali. Ini agak mengejutkan. Bahkan selama bulan-bulan musim panas, kami masih menjual banyak roti," katanya kepada DW.

Toko roti memang memang menggunakan banyak listrik dan gas untuk oven-oven besarnya. Selain itu, harga gandum belakangan melonjak tinggi. Persaingan juga sangat ketat, terutama dengan meluasnya jaringan toko roti besar dan tren baru supermarket yang juga menjual roti buatan sendiri dengan harga murah.

Jerman memang punya tradisi panjang dengan rotinya. Ada sekitar 10.000 toko roti dengan total penjualan senilai hampir 15 miliar euro per tahun.

Perdagangan roti adalah salah satu sektor ekonomi terpenting di negara ini. Setiap rumah tangga mengonsumsi rata-rata 56 Kilogram (Kg) roti dan makanan oven setiap tahun, menurut asosiasi produsen roti Jerman.

Baca juga: Dampak Krisis Energi Eropa, Puluhan Kolam Renang di Perancis Terpaksa Ditutup

Tumbuh di toko roti orang tuanya

Ketika kecil, Max sering bermain di toko roti orang tuanya, setelah remaja dia kemudian menyelesaikan pelatihan kejuruan pembuat roti. Dia memang sejak awal disiapkan untuk mengambil alih toko roti orangtuanya.

Tapi sebelumnya dia belajar dulu ke luar negeri, yaitu ke Vancouver, San Francisco, dan London untuk mendalami bisnis itu.

Pada 2017, dengan modal 200.000 euro dari bank, dia berinvestasi membeli peralatan khusus. Sekarang, lima tahun kemudian, bisnisnya mampu bertahan di masa krisis.

"Semua itu memungkinkan saya bereaksi dengan baik terhadap perkembangan pasar. Kami fleksibel. Kami memutuskan meninggalkan satu jenis roti dalam waktu singkat dan meningkatkan produksi jenis yang lain," katanya.

Baca juga: Dibanjiri Sanksi, Rusia Tetap Kantongi Rp 2.351 Triliun dari Ekspor Energi

Harga biji-bijian meroket

Kenaikan harga energi dan biji-bijian tidak membuat Max Kugel pusing. Pada akhir September nanti, dia tahu tagihan listrik tahunan yang datang akan sangat tinggi, tapi dia sudah mengantisipasinya.

Pengusaha muda itu sudah menaikkan harga rotinya empat minggu lalu. Ada juga biaya tambahan untuk gandum hitam, biji bunga matahari dan labu.

"Kami tidak bergantung pada tepung konvensional, yang seringkali berbahan dasar gandum dari Ukraina. Kami membeli gandum organik yang diproduksi di Jerman. Tapi di sini, para petani juga menahan gandum mereka untuk menunggu harga komoditas naik lebih tinggi lagi. Setelah itu baru mereka menjual hasilnya ke pabrik,” katanya.

Tetapi Max Kugel tidak terlalu setuju kalau dunia usaha selalu berteriak meminta bantuan negara. "Kami pembuat roti selalu menjadi yang terdepan dalam hal mengeluh," katanya.

Baca juga: Putin Tanggapi Tuduhan Barat Soal Penggunaan Energi sebagai “Senjata” oleh Rusia

"Tapi orang lain punya masalah lebih besar. Selama pandemi Covid-19, toko roti tetap buka, karena tergolong bisnis esensial. Sedangkan restoran harus tutup dan menghabiskan cadangan keuangannya. Tentu saja, kami memiliki konsumsi energi yang sangat tinggi. Tapi bagi saya, keluhan para pembuat roti itu benar-benar berlebihan," sambungnya

Dia yakin, setiap pembuat roti yang sekarang mengalami kebangkrutan pasti sebelumnya sudah punya masalah dan melakukan beberapa kesalahan. Dia mengatakan, orang bisa saja memasang sistem fotovoltaik di atap, untuk mengurangi konsumsi energi gas.

Di masa-masa sulit ini, Dia punya pesan sederhana: "Tetap fokus. Dan ingat bahwa bisnis kecil benar-benar bisa menjadi keberuntungan besar."

Baca juga: Eropa Hadapi Krisis Energi, Erdogan: Sedang Menuai Apa yang Ditabur

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com