BEIJING, KOMPAS.com - Ketua DPR AS Nancy Pelosi tiba di Taiwan pada Selasa (2/8/2022) dalam kunjungan kontroversial untuk menunjukkan komitmen kuat Washington terhadap pulau yang memiliki pemerintahan sendiri, yang dipandang China sebagai bagian dari wilayahnya.
Baca juga: [BREAKING NEWS] Ketua DPR AS Nancy Pelosi Mendarat di Taiwan
Nancy Pelosi adalah pejabat tertinggi AS setelah Presiden AS Joe Biden dan Wakil Presiden Kamala Harris, yang juga merupakan pengkritik vocal China selama beberapa dekade.
Rencana kunjungan telah membuat marah China, yang baru-baru ini meningkatkan patroli agresif mereka dan penerbangan di zona pertahanan udara Taiwan, sambil sering melakukan latihan militer.
Bagaimana perbandingan militer China vs Taiwan, mampukah Taipei mempertahankan diri melawan Beijing?
Baca juga: Taiwan Sudah Siapkan Tempat Perlindungan dari Kemungkinan Serangan Udara China
Menurut data The Military Balance 2022 IISS yang dikutip dari BBC, dalam konfrontasi militer apa pun, angkatan bersenjata China jelas mengerdilkan angkatan bersenjata Taiwan.
China membelanjakan lebih dari negara mana pun, kecuali AS, untuk sistem pertahanan dan dapat memanfaatkan sejumlah besar kemampuan, mulai dari kekuatan angkatan laut hingga teknologi rudal, pesawat terbang, dan serangan dunia maya.
Sebagian besar kekuatan militer China difokuskan di tempat lain tetapi, secara keseluruhan dari personel aktif misalnya, ada ketidakseimbangan besar antara jumlah tentara China dan Taiwan.
Total Pasukan Aktif : 2.035.000 (pasukan darat, laut, udara dan cadangan)
Tank : 5.400
Pesawat Tempur : 3.227+
Kapal Selam : 59
Kapal Angkatan laut : 86 (hanya kelas kombatan permukaan utama saja)
Artileri : 9.834+
Total Pasukan Aktif : 169.000 (pasukan darat, laut, udara dan cadangan)
Tank : 650
Pesawat Tempur : 504+
Kapal Selam : 4
Kapal Angkatan laut : 26 (hanya kelas kombatan permukaan utama saja)
Artileri : 2.093
Baca juga: Dukung China, Rusia Kecam Rencana Kunjungan Ketua DPR AS ke Taiwan
Menurut laporan DW, beberapa pakar barat memperkirakan dalam konflik terbuka Taiwan setidaknya dapat memperlambat serangan China, mencoba mencegah pendaratan pantai oleh pasukan amfibi China, dan melancarkan serangan gerilya sambil menunggu bantuan dari luar.
Bantuan itu bisa datang dari AS yang menjual senjata ke Taiwan. Walaupun beberapa ahli, menilai tentara China lebih kuat daripada kekuatan yang dapat dibawa oleh pendukung Taiwan, seperti AS atau Jepang, ke wilayah tersebut.
Meski demikian, itu tidak berarti Taiwan akan sama sekali tidak berdaya melawan kemungkinan serangan China.
Potensi risiko invasi China membayangi Taiwan selama beberapa dekade, sehingga memberinya waktu cukup lama untuk mengembangkan sistem pertahanan canggih yang sesuai dengan geografinya.
Baca juga: AS Kerahkan 4 Kapal Perang di Timur Taiwan Saat Pelosi Menuju Taipei
Untuk menghadapi kekuatan raksasa seperti China, Taiwan telah mengadopsi metode perang asimetris yang dikenal sebagai "strategi landak”. Tujuan untuk membuat invasi menjadi sangat sulit dan mahal bagi musuh.
Taiwan telah menumpuk persediaan besar senjata dan amunisi anti-udara, anti-tank, dan anti-kapal. Termasuk kendaraan udara tak berawak (UAV) dan amunisi murah seperti rudal jelajah pertahanan pantai bergerak (CDCM), yang memiliki kapasitas untuk menghancurkan kapal angkatan laut dan peralatan angkatan laut China yang mahal.