Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertemuan BRICS, Bukti Rusia Masih Punya Sekutu Kuat meski Digempur Sanksi Barat

Kompas.com - 24/06/2022, 16:00 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

MOSKWA, KOMPAS.com - Presiden Vladimir Putin bertemu dengan sekelompok pemimpin dunia terkemuka pada minggu ini.

Ini jadi sebuah pengingat bahwa Rusia masih memiliki sekutu yang kuat meskipun ada reaksi keras internasional terhadap invasi ke Ukraina.

Dilansir dari Insider, Putin menghadiri pertemuan virtual aliansi BRICS pada Kamis (23/6/2022), sebuah kelompok yang terdiri dari Rusia, India, China, Brasil, dan Afrika Selatan yang didirikan pada 2009.

Baca juga: Mantan Presiden Rusia Sebut Para Pemimpin Eropa Saat Ini Berkualitas Rendah

Para pemimpin merilis pidato pra-rekaman pada Rabu (22/6/2022). Semuanya berjalan tanpa kritik terhadap invasi Rusia ke Ukraina.

Baik Brasil, Afrika Selatan, maupun India tidak menyebutkan nama Ukraina.

Presiden China Xi Jinping bahkan mengatakan pendapat tentang referensi terselubung AS dan NATO.

"Krisis Ukraina telah kembali membunyikan alarm bagi umat manusia. Negara-negara pasti akan berakhir dalam kesulitan keamanan jika mereka menempatkan kepercayaan buta pada posisi kekuatan mereka, memperluas aliansi militer, dan mencari keselamatan mereka sendiri dengan mengorbankan orang lain," ujarnya.

Putin juga mengumumkan bahwa negara-negara tersebut telah memperdalam hubungan pada saat ekonomi Rusia telah dirusak sanksi Barat.

Baca juga: Kapan Jokowi ke Rusia dan Ukraina? Ini Agendanya

Setelah invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari, AS, Inggris Raya, Uni Eropa, dan beberapa negara lain memberi sanksi kepada bisnis dan entitas Rusia.

AS dan Uni Eropa melarang impor minyak Rusia. Rusia pun "mengalihkan" arus perdagangannya ke negara-negara BRICS dan "mitra internasional yang dapat diandalkan" lainnya.

Akibatnya, Putin mengatakan, perdagangan dengan China, India, Brasil, dan Afrika Selatan melonjak 38 persen dalam tiga bulan pertama tahun ini.

China dan India telah terburu-buru mengambil minyak Rusia dengan harga rendah karena importir Barat menarik diri, dengan pendapatan ekspor minyak Rusia melonjak sebesar 11 persen pada bulan Mei.

"Mitra Barat mengabaikan prinsip-prinsip dasar ekonomi pasar, perdagangan bebas, dan kepemilikan pribadi yang tidak dapat diganggu gugat," kata Putin tentang sanksi Barat. Dia juga menyebut mereka "punya motivasi politik."

Baca juga: Rusia Dituduh Curi Gandum Ukraina, Turki Langsung Gelar Investigasi

Pertemuan BRICS adalah pengingat nyata bahwa Rusia masih memiliki teman yang sangat kuat di China, India, Brasil, dan Afrika Selatan, meskipun dikucilkan dan dihukum secara finansial oleh Barat.

BRICS telah menutup mata terhadap invasi Rusia ke Ukraina, dan tampaknya tidak akan pernah mengutuk Putin.

Dalam pidatonya sebelum pertemuan BRICS, Xi menegaskan kembali pandangannya yang telah lama dipegangnya bahwa Barat "mempersenjatai" ekonomi global dengan menggunakan sanksi untuk menghukum negara-negara, termasuk Rusia.

Baca juga: Kilang Minyak Rusia Dekat Ukraina Diserang Drone, Sebabkan Ledakan dan Kebakaran

Kekuatan Barat berharap sanksi akan menghalangi Rusia untuk melanjutkan invasi ke Ukraina, tetapi itu tidak terjadi dan para ahli mengatakan bahwa Putin siap untuk pertempuran selama bertahun-tahun untuk Ukraina timur.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com