Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PM Inggris: Rusia Akan Segera Kekurangan Senjata dan Tentara untuk Perang di Ukraina

Kompas.com - 23/06/2022, 10:38 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Newsweek

BERLIN, KOMPAS.com - Badan intelijen pertahanan Inggris meyakini momentum Rusia dalam perang di Ukraina akan melambat dalam beberapa bulan ke depan, karena tentaranya kehabisan sumber dayanya.

"Layanan intelijen pertahanan kami meyakini dalam beberapa bulan ke depan, Rusia dapat mencapai titik di mana tidak ada lagi momentum ke depan karena telah menghabiskan sumber dayanya," kata Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengutip laporan intelijen negaranya dalam wawancara yang dirilis Sueddeutsche Zeitung Jerman pada Rabu (22/6/2022).

Baca juga: Rangkuman Hari Ke-119 Serangan Rusia ke Ukraina, Rencana Pertemuan Jokowi-Putin, Koridor Gandum Ukraina Dibuka

Serangan Rusia ke Ukraina timur, kata dia, membuat Moskwa kehilangan banyak pasukan dan sumber daya, yang dapat menggagalkan kemajuan operasi Kremlin di masa depan.

Setelah gagal merebut ibu kota Ukraina, Kyiv, pada awal konflik, militer Rusia telah beralih ke wilayah Donbas di Ukraina timur.

Wilayah tersebut adalah rumah bagi populasi berbahasa Rusia yang besar dan dua republik memisahkan diri yang bersahabat dengan rezim Presiden Rusia Vladimir Putin.

Pasukan Rusia menunjukkan keberhasilan dalam dorongan baru mereka di Donbas, dan telah menguasai sebagian besar kota Severodonetsk yang penting secara strategis.

Namun, Johnson memperkirakan bahwa keuntungan Rusia baru-baru ini tidak akan bertahan.

Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan dalam penilaian konflik awal bulan ini bahwa pasukan Rusia "telah menghasilkan dan mempertahankan momentum" atas pasukan Ukraina dan berada di puncak untuk mengambil kendali penuh atas wilayah Luhansk.

Tetapi, keuntungan itu datang dengan "biaya sumber daya (prajurit dan senjata) yang signifikan" dan untuk mempertahankannya Rusia akan membutuhkan "investasi besar tenaga dan peralatan yang berkelanjutan."

Baca juga: Rusia Bisa Putus Aliran Gas Sepenuhnya di Musim Dingin, Eropa Perlu Rencana Darurat Secepatnya

Johnson mengatakan pihaknya akan memperdebatkan dukungan militer lanjutan untuk Ukraina pada pertemuan puncak G7—sebuah pertemuan negara demokrasi industri maju—di Jerman selama akhir pekan.

"Sebanyak Ukraina berada dalam posisi untuk memulai serangan balasan, itu harus didukung. Dengan peralatan yang mereka minta dari kami," kata Johnson, menurut Reuters.

Ketika ditanya oleh surat kabar Italia Corriere della Sera tentang bagaimana konflik harus berakhir, Johnson mengatakan pasukan Rusia harus diusir dari wilayah Ukraina yang telah mereka invasi.

Agar itu terjadi, dia mengatakan kekuatan Barat harus terus membantu Ukraina.

"Ini bukan waktunya untuk mempertahankan status quo, ini saatnya untuk mencoba dan membalikkan keadaan," katanya kepada surat kabar itu dilansir dari Newsweek.

Baca juga: Media Rusia: Bencana Kelaparan Global Akan Paksa Barat Cabut Sanksi atas Perang di Ukraina

Namun, Dmitry Polyansky, seorang diplomat Rusia untuk PBB, mengatakan kepada kantor berita Rusia TASS bahwa antusiasme negara-negara Barat terhadap Ukraina sedang berkurang.

"Mereka dapat melihat bahwa PBB mulai bosan dengan masalah Ukraina," kata Polyansky.

"Strategi awal mereka adalah mengangkat Ukraina dengan atau tanpa alasan di setiap pertemuan Dewan Keamanan dan Majelis Umum, terlepas dari topiknya, bertindak seolah-olah itu adalah hal paling mengerikan yang pernah terjadi."

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com