KOMPAS.com - Dua tiket terakhir putaran final Piala Dunia 2022 akan diputuskan pekan ini. Pada saat bersamaan akan berlangsung babak playoff intercontinental di Doha, Qatar.
Putaran final yang dimulai pada November mendatang akan menjadi ajang Piala Dunia pertama kalinya diselenggarakan di Timur Tengah.
Namun, keputusan menunjuk Qatar sebagai tempat penyelenggaraan Piala Dunia 2022 juga menuai kontroversi.
Baca juga: FBI Sita Data Pensiunan Jenderal AS, Dituduh Kongkalikong dengan Qatar
Putaran final Piala Dunia akan berlangsung 21 November dan 18 Desember. Saat itu, suhu udara di Qatar diperkirakan mencapai 25 derajat Celsius.
Seandainya putaran final diselenggarakan pada Juni dan Juli, seperti jadwal normalnya, maka pertandingan ini akan berlangsung dalam suhu mencapai 40 derajat Celsius dan bahkan bisa mencapai 50 derajat Celsius.
Qatar awalnya mengusulkan agar pertandingan final selama musim panas ini dilaksanakan di stadion yang dilengkapi pendingin ruangan, namun tawaran ini mendapat penolakan.
Baca juga: Mantan Istri Pangeran Qatar Tewas, Diduga Overdosis
November dan Desember adalah waktu tersibuk bagi klub sepak bola Eropa. Sementara itu, banyak pemain diminta bermain untuk negaranya di Piala Dunia Qatar 2022.
Konsekuensinya, liga Eropa seperti Liga Premier Inggris, Seri A Italia, dan La Liga Spanyol harus menangguhkan musim liga sepekan menjelang turnamen internasional.
Penyelenggaraan liga ini akan kembali digelar setelah Piala Dunia 2022 berakhir.
Pada 2010, Qatar mendapat posisi tuan rumah Piala Dunia setelah memenangkan pemungutan suara dari 22 anggota eksekutif FIFA.
Qatar mengalahkan pesaing lainnya yaitu Amerika Serikat (AS), Korea Selatan, Jepang, dan Australia.
Baca juga: Seorang Pria Terobos Kedutaan Qatar di Paris dan Serang Penjaga hingga Tewas
Qatar merupakan negara Arab pertama yang menjadi tuan rumah pesta olahraga dunia bergengsi.
Tapi penunjukannya diliputi isu penyuapan terhadap pejabat FIFA, yang dilainya diperkirakan sebesar Rp 54,2 miliar.
Suap itu dituding diberikan untuk mengamankan dukungan bagi Qatar sebagai tuan rumah. Akan tetapi setelah penyidikan berjalan selama dua tahun, negara Timur Tengah ini akhirnya bebas dari tuduhan tersebut .
Ketua FIFA saat itu, Sepp Blatter, mendukung Qatar, tapi belakangan ia mengatakan kemungkinan FIFA telah membuat keputusan yang salah.