PARIS, KOMPAS.com - Putaran pertama Pemilihan Presiden (Pilpres) Perancis 2022 akan berlangsung pada Minggu (10/4/2022), dengan pertahana Emmanuel Macron menghadapi tantangan dari 11 kandidat lainnya.
Namun dalam Pilpres Perancis 2022 ini, jajak pendapat terakhir menempatkan beberapa dari kandidat mengungguli rekan-rekan mereka.
Baca juga: Polandia Kritik Pendekatan Perancis ke Rusia: “Tidak Ada yang Bernegosiasi dengan Hitler”
Agar memenuhi syarat untuk mencalonkan diri, para kandidat harus mendapatkan 500 dukungan dari 42.000 pejabat Perancis terpilih yang dibutuhkan untuk berkompetisi.
Presiden petahana Emmanuel Macron adalah favorit untuk menang, tapi kandidat sayap kanan Marine Le Pen menjadi pesaing terbesarnya.
Philippe Marliere, seorang profesor politik Perancis dan Eropa di University College London, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa Pilpres Perancis 2022 mengulang apa yang terjadi pada pemilihan 2017
Pengulangan ini menurutnya adalah hasil dari “penyelarasan politik”. Pasalnya Macron meninggalkan salah satu dari dua partai tradisional yang mendominasi panggung politik, dan menciptakan partai tengah.
Akibatnya banyak orang mengalihkan suara mereka ke partai Macron. Sementara baik Partai Sosialis (PS) yang secara tradisional beraliran kiri, dan Partai Republik dari sayap kanan, keduanya mengalami kemunduran pada 2017.
Baca juga: Jerman dan Perancis Usir Puluhan Diplomat Rusia atas “Kebrutalan Luar Biasa” di Ukraina
“Penataan kembali ini berarti bahwa dua partai yang mendominasi kehidupan politik hingga saat ini tidak memiliki kekuatan sebanyak dulu,” kata Marliere dilansir dari Al Jazeera pada Selasa (5/4/2022).
Dia menambahkan bahwa kemunduran itu sekarang dikonfirmasi dalam pemilihan ini.
Dalam sejarah Perancis, tidak pernah ada calon presiden yang dimenangkan langsung oleh mayoritas.
Sesuai dengan pemilihan sebelumnya, dua kandidat teratas akan muncul pada Minggu (10/4/2022) untuk memperebutkan suara di putaran kedua, yang akan diadakan pada 24 April. Berikut adalah lima kandidat Pilpres Perancis 2022 teratas:
Baca juga: Kepala Intelijen Militer Perancis Dipecat karena Gagal Prediksi Invasi Rusia ke Ukraina
Dalam beberapa pekan terakhir, Presiden petahana Perancis (44 tahun) ini memfokuskan sebagian besar waktunya sebagai sarana diplomasi, dengan analis mengatakan perang habis-habisan Rusia di Ukraina membantu meningkatkan profilnya.
Mantan bankir investasi, yang menjadi presiden termuda Perancis pada 2017 ini, telah bergeser ke pemikiran kanan selama masa jabatan lima tahunnya. Dia menjanjikan pemotongan pajak, reformasi tunjangan dan kenaikan usia pensiun.
Partainya, La Republique En Marche (LREM), pro-Eropa dan telah berhasil menarik pemilih tradisional sayap kiri dan kanan. Angka dari jajak pendapat terbaru menempatkannya di tempat pertama dengan 26,8 persen suara.
Gaspard Estrada, seorang analis politik di Science Po University, menggambarkan “ketahanan” Macron dalam jajak pendapat.