Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kepala Intelijen Militer Perancis Dipecat karena Gagal Prediksi Invasi Rusia ke Ukraina

Kompas.com - 01/04/2022, 13:01 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber BBC

PARIS, KOMPAS.com – Kepala intelijen militer Perancis, Jenderal Eric Vidaud, dikabarkan dipecat dari pekerjaannya setelah gagal memprediksi invasi Rusia ke Ukraina.

Dilansir BBC, Jumat (1/4/2022), Vidaud dipecat dari pekerjaannya setelah mengemban jabatan tersebut selama tujuh bulan.

Salah satu laporan menyebutkan, Vidaud disalahkan karena briefing yang tidak memadai dan kurang menguasai bidangnya.

Baca juga: Perang di Ukraina Disebut Bisa Berlarut-larut Saat Rusia Mengincar Donbass

Sebelum Rusia benar-benar melancarkan invasi, AS berulangkali merilis penilaian intelijen bahwa Moskwa akan melancarkan serangan skala besar.

Di sisi lain, penilaian intelijen Perancis menyebutkan bahwa invasi Rusia ke Ukraina adalah hal yang tidak mungkin.

Karena kesalahan itulah, seorang sumber mengatakan bahwa panglima militer Perancis memecat Vidaud.

Namun, seorang sumber militer mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa tugas Vidaud adalah memberikan informasi intelijen militer dalam operasi, bukan perencanaan.

Baca juga: Ukraina Terkini: Rusia Akhirnya Akan Buka Koridor Kemanusiaan di Mariupol Hari Ini

Ketika dihubungi oleh BBC, seorang juru bicara militer mengatakan panglima angkatan bersenjata Prancis Jenderal Thierry Burkhard tidak mau memberikan berkomentar.

Namun, pada awal Maret Jenderal Burkhard mengakui bahwa informasi intelijen Prancis belum sampai ke tingkat yang setara dengan AS atau Inggris.

"Dinas kami malah berpikir bahwa biaya menaklukkan Ukraina akan sangat besar dan Rusia memiliki pilihan lain (untuk menjatuhkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky),” kata Burkhard.

Di sisi lain, Presiden Perancis Emmanuel Macron juga kerap berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin secara teratur pada hari-hari menjelang invasi pada 24 Februari.

Baca juga: Rangkuman Hari Ke-36 Serangan Rusia ke Ukraina, Dukungan ke Putin Naik, Donbass Memanas

Spesialis intelijen Alexandre Papaemmanuel mengatakan kepada AFP bahwa terlalu mudah untuk menyalahkan intelijen militer atas kegagalan tersebut.

Dia menambahkan, Vidaud, yang merupakan mantan komandan pasukan khusus Perancis, tampaknya juga tersingkir karena alasan lain.

Beberapa pekan setelah Vidaud mengomandoi intelijen militer, dinasnya mendapat kritik ketika Australia membatalkan kontrak kapal selam dengan Prancis demi pakta keamanan dengan AS dan Inggris yang bernama Aukus.

Baca juga: Indonesia, G20, dan Rusia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Saat Mahasiswa Columbia University Tolak Bubarkan Diri dalam Protes Pro-Palestina dan Tak Takut Diskorsing... 

Saat Mahasiswa Columbia University Tolak Bubarkan Diri dalam Protes Pro-Palestina dan Tak Takut Diskorsing... 

Global
ICC Isyaratkan Keluarkan Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu, Israel Cemas

ICC Isyaratkan Keluarkan Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu, Israel Cemas

Global
[POPULER GLOBAL] Bom Belum Meledak di Gaza | Sosok Penyelundup Artefak Indonesia

[POPULER GLOBAL] Bom Belum Meledak di Gaza | Sosok Penyelundup Artefak Indonesia

Global
Pria Ini Memeluk 1.123 Pohon dalam Satu Jam, Pecahkan Rekor Dunia

Pria Ini Memeluk 1.123 Pohon dalam Satu Jam, Pecahkan Rekor Dunia

Global
Ukraina Gagalkan 55 Serangan Rusia di Donetsk

Ukraina Gagalkan 55 Serangan Rusia di Donetsk

Global
Datangi Arab Saudi, Menlu AS Bujuk Normalisasi Hubungan dengan Israel

Datangi Arab Saudi, Menlu AS Bujuk Normalisasi Hubungan dengan Israel

Global
Saat Bangladesh Liburkan Sekolah secara Nasional karena Gelombang Panas...

Saat Bangladesh Liburkan Sekolah secara Nasional karena Gelombang Panas...

Global
Sepak Terjang Alexei Navalny, Pemimpin Oposisi Rusia yang Tewas di Penjara

Sepak Terjang Alexei Navalny, Pemimpin Oposisi Rusia yang Tewas di Penjara

Internasional
Bendungan Runtuh Akibat Hujan Lebat di Kenya Barat, 40 Orang Tewas

Bendungan Runtuh Akibat Hujan Lebat di Kenya Barat, 40 Orang Tewas

Global
3 Wanita Mengidap HIV Setelah Prosedur 'Facial Vampir' di New Mexico

3 Wanita Mengidap HIV Setelah Prosedur "Facial Vampir" di New Mexico

Global
Hamas Luncurkan Roket ke Israel dari Lebanon

Hamas Luncurkan Roket ke Israel dari Lebanon

Global
PM Singapura Lee Hsien Loong Puji Jokowi: Kontribusinya Besar Bagi Kawasan

PM Singapura Lee Hsien Loong Puji Jokowi: Kontribusinya Besar Bagi Kawasan

Global
Sejak Apartheid Dihapuskan dari Afrika Selatan, Apa Yang Berubah?

Sejak Apartheid Dihapuskan dari Afrika Selatan, Apa Yang Berubah?

Internasional
Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Global
Punggung Basah dan Kepala Pusing, Pelajar Filipina Menderita akibat Panas Ekstrem

Punggung Basah dan Kepala Pusing, Pelajar Filipina Menderita akibat Panas Ekstrem

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com