PARIS, KOMPAS.com – Kepala intelijen militer Perancis, Jenderal Eric Vidaud, dikabarkan dipecat dari pekerjaannya setelah gagal memprediksi invasi Rusia ke Ukraina.
Dilansir BBC, Jumat (1/4/2022), Vidaud dipecat dari pekerjaannya setelah mengemban jabatan tersebut selama tujuh bulan.
Salah satu laporan menyebutkan, Vidaud disalahkan karena briefing yang tidak memadai dan kurang menguasai bidangnya.
Baca juga: Perang di Ukraina Disebut Bisa Berlarut-larut Saat Rusia Mengincar Donbass
Sebelum Rusia benar-benar melancarkan invasi, AS berulangkali merilis penilaian intelijen bahwa Moskwa akan melancarkan serangan skala besar.
Di sisi lain, penilaian intelijen Perancis menyebutkan bahwa invasi Rusia ke Ukraina adalah hal yang tidak mungkin.
Karena kesalahan itulah, seorang sumber mengatakan bahwa panglima militer Perancis memecat Vidaud.
Namun, seorang sumber militer mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa tugas Vidaud adalah memberikan informasi intelijen militer dalam operasi, bukan perencanaan.
Baca juga: Ukraina Terkini: Rusia Akhirnya Akan Buka Koridor Kemanusiaan di Mariupol Hari Ini
Ketika dihubungi oleh BBC, seorang juru bicara militer mengatakan panglima angkatan bersenjata Prancis Jenderal Thierry Burkhard tidak mau memberikan berkomentar.
Namun, pada awal Maret Jenderal Burkhard mengakui bahwa informasi intelijen Prancis belum sampai ke tingkat yang setara dengan AS atau Inggris.
"Dinas kami malah berpikir bahwa biaya menaklukkan Ukraina akan sangat besar dan Rusia memiliki pilihan lain (untuk menjatuhkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky),” kata Burkhard.
Di sisi lain, Presiden Perancis Emmanuel Macron juga kerap berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin secara teratur pada hari-hari menjelang invasi pada 24 Februari.
Baca juga: Rangkuman Hari Ke-36 Serangan Rusia ke Ukraina, Dukungan ke Putin Naik, Donbass Memanas
Spesialis intelijen Alexandre Papaemmanuel mengatakan kepada AFP bahwa terlalu mudah untuk menyalahkan intelijen militer atas kegagalan tersebut.
Dia menambahkan, Vidaud, yang merupakan mantan komandan pasukan khusus Perancis, tampaknya juga tersingkir karena alasan lain.
Beberapa pekan setelah Vidaud mengomandoi intelijen militer, dinasnya mendapat kritik ketika Australia membatalkan kontrak kapal selam dengan Prancis demi pakta keamanan dengan AS dan Inggris yang bernama Aukus.
Baca juga: Indonesia, G20, dan Rusia
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.