BUDAPEST, KOMPAS.com - Perdana Menteri nasionalis Viktor Orban mencetak kemenangan telak keempat berturut-turut dalam pemilihan umum Hongaria Minggu (3/4/2022).
Para pemilih mendukung ambisinya untuk membuat Hongaria menjadi negara konservatif, "tidak liberal" dan mengabaikan kekhawatiran atas hubungan dekat Budapest dengan Moskwa.
Baca juga: Penyebab Perang Dunia 1, Terbunuhnya Putra Mahkota Austria Hongaria Franz Ferdinand
Invasi Rusia ke Ukraina 24 Februari lalu tampaknya membalikkan kampanye Orban dalam beberapa pekan terakhir.
Kondisi terkini regional memaksanya melakukan manuver yang canggung, untuk menjelaskan hubungan bisnis yang nyaman selama satu dekade dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Namun kampanye yang dilancarkannya berhasil meyakinkan pemilih inti partai Fidesz, bahwa aliansi oposisi enam partai Peter Marki-Zay, yang berjanji memperbaiki hubungan dengan Uni Eropa, justru dapat membawa Hongaria ke dalam perang.
Tuduhannya dibantah oleh oposisi.
Dikelilingi oleh anggota partai terkemuka, Orban (58 tahun) mengeklaim kemenangannya dengan mengatakan itu diraih dengan melawan segala rintangan.
"Kami telah mencetak kemenangan yang begitu besar, bahkan bisa dilihat dari Bulan," katanya. "Kami telah membela kedaulatan dan kebebasan Hongaria."
Baca juga: Kunjungi Hongaria, Paus Fransiskus Peringatkan Ada Ancaman Anti-Semitisme di Eropa
Hasil awal dengan sekitar 98 persen suara daftar nasional terhitung menunjukkan Partai Fidesz pimpinan Orban memimpin, dengan 53,1 persen suara versus 35 persen untuk aliansi oposisi Marki-Zay.
Partai Fidesz juga memenangkan 88 dari 106 daerah pemilihan beranggota tunggal.
Berdasarkan hasil awal, Kantor Pemilihan Nasional Hongaria mengatakan Fidesz akan mendapat 135 kursi, dua pertiga mayoritas, dan aliansi oposisi akan mendapat 56 kursi. Sebuah partai sayap kanan bernama Our Homeland juga akan berhasil masuk ke parlemen, memenangkan 7 kursi.
Kemenangannya yang nyaman dapat menguatkan agenda kebijakan Orban, yang menurut para kritikus merupakan subversi atas norma-norma demokrasi, kebebasan media, dan hak-hak minoritas, terutama kaum gay dan lesbian.
Mengaku kalah, Marki-Zay (49 tahun), mengatakan kemenangan Fidesz adalah karena apa yang disebutnya sebagai mesin propaganda besar, termasuk dominasi media.
"Saya tidak ingin menyembunyikan kekecewaan saya, kesedihan saya ... Kami tahu ini akan menjadi lapangan bermain yang tidak seimbang," katanya sebagaimana dilansir Reuters.
Baca juga: Negara-negara Baltik Hentikan Impor Gas Rusia, Desak Uni Eropa Lakukan Hal yang Sama
"Kami akui Fidesz mendapat suara mayoritas. Tapi kami masih memperdebatkan apakah pemilu ini demokratis dan bebas."