MOSKWA, KOMPAS.com - Rusia membantah telah menggunakan bom fosfor putih selama serangan militernya di Ukraina, menanggapi tuduhan oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
Penggunaan amunisi yang dapat menyebabkan luka bakar yang mematikan dan sangat beracun ini telah dilarang, berdasarkan hukum internasional.
“Rusia tidak pernah melanggar konvensi internasional apa pun,” ungkap Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov pada Jumat (25/3/2022), dikutip dari Russia Today (RT).
Baca juga: Rangkuman Hari Ke-29 Serangan Rusia ke Ukraina, KTT NATO Digelar, Klaim Moskwa Gunakan Bom Fosfor
Ytusan Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia, juga mengeklaim bahwa Moskwa telah lama membuang gudang senjata kimia mereka.
Dia menyebut bahwa memalukan jika menuduh Moskwa menggunakan amunisi kimia di Ukraina.
Sebelumnya, pada Kamis (24/3/2022), Zelensky mengeklaim bahwa pasukan Rusia menggunakan bom fosfor terhadap warga sipil di Ukraina.
Dia mengatakan hal itu saat berbicara kepada para pemimpin negara-negara anggota Kelompok Tujuh (G7) melalui tautan video.
Zelensky dilaporkan tidak memberikan bukti untuk mendukung pernyataannya saat itu.
Pejabat Ukraina lainnya juga disebut telah membuat tuduhan serupa kepada Rusia.
Baca juga: Rusia: Fase Pertama Operasi Militer di Ukraina Tuntas, Giliran Fokus Bebaskan Donbas
Pada kenyataanya, Rusia pernah juga menuduh Ukraina menggunakan senjata terlarang bom fosror yang kemudian disangkal juga oleh pihak Kyiv.
Kementerian Pertahanan Rusia mengeklaim pada Februari, bahwa tentara Ukraina secara besar-besaran telah menggunakan amunisi fosfor di luar Kyov ketika mencoba mengusir serangan Rusia.
Zelensky kemudian mengatakan bahwa negaranya tidak memiliki senjata kimia atau bentuk senjata pemusnah massal lainnya.
Rusia diketahui menyerang Ukraina pada mulai 24 Februari.
Rusia kini menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan NATO.
Sedangkan, Ukraina mengatakan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim bahwa pihaknya berencana untuk merebut kembali kedua republik (Donetsk dan Luhansk) dengan paksa.
Baca juga: Intelijen Ukraina: Rusia Gunakan Metode Perang Lama dan Sering Salah Perhitungan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.