Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Kekurangan Makanan, Mayat di Mana-mana, Kota Mariupol Butuh Gencatan Senjata

Kompas.com - 14/03/2022, 11:29 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

MARIUPOL, KOMPAS.com - Komite Internasional Palang Merah atau International Committee of the Red Cross (ICRC) memperingatkan Kota Mariupol yang terkepung pasukan Rusia bisa menghadapi "skenario terburuk" jika pihak-pihak yang bertikai tidak segera mencapai perjanjian kemanusiaan konkret.

ICRC mendorong para pihak harus setuju untuk memastikan keselamatan dan akses ratusan ribu warga sipil di Mariupol ke bantuan kemanusiaan.

Kota pelabuhan Laut Azov yang berpenduduk sekitar 500.000 jiwa itu dikepung pasukan Rusia sejak awal bulan ini.

Baca juga: Terkepung Rusia, Warga Kota Mariupol Mulai Saling Serang untuk Dapatkan Makanan dan Bensin

Lebih dari 2.100 penduduk dilaporkan telah tewas sejak pertempuran dimulai antara pasukan Ukraina dan Rusia.

Kepala ICRC Peter Maurer mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Minggu (13/3/2022), bahwa penduduk Mariupol telah mengalami mimpi buruk hidup dan mati selama berminggu-minggu.

Dia mengatakan ratusan ribu orang di Mariupol tengah menghadapi kekurangan kebutuhan dasar yang ekstrem atau total, seperti makanan, air, dan obat-obatan.

Menurut ICRC, mayat warga sipil maupun para petempur masih terperangkap di bawah puing-puing bangunan atau tergeletak di tempat terbuka di mana mereka tumbang.

“Cedera yang mengubah hidup dan kondisi kronis yang melemahkan tidak dapat diobati. Penderitaan manusia sangat besar,” ungkap Maurer, dikutip dari Associated Press (AP).

ICRC meminta para pihak untuk menyetujui persyaratan gencatan senjata, rute untuk perjalanan yang aman, dan untuk memastikan kesepakatan itu dihormati.

Baca juga: Foto-foto Bandingkan Kondisi Kota Mariupol Sebelum dan Setelah Gempuran Rudal Rusia

Badan kemanusiaan yang berbasis di Jenewa, Swiss itu pun menawarkan untuk bertindak sebagai perantara netral dalam negosiasi pihak Rusia dan Ukraina.

"ICRC siap bertindak sebagai perantara netral untuk memfasilitasi dialog tentang masalah kemanusiaan seperti itu," kata Maurer, sebagaimana dilansir dari AFP.

Ukraina dan ICRC mengatakan Kota Mariupol sedang menghadapi "bencana kemanusiaan", kekurangan air, alat pemanas, dan kehabisan makanan.

"Waktu hampir habis untuk ratusan ribu orang yang terperangkap dalam pertempuran itu," kata ICRC.

"Sejarah akan melihat kembali apa yang sekarang terjadi di Mariupol dengan ngeri jika tidak ada kesepakatan yang dicapai oleh kedua pihak secepat mungkin," ungkap ICRC.

ICRC mengatakan bahwa orang-orang di Mariupol, termasuk stafnya sendiri sedang berlindung di ruang bawah tanah tanpa pemanas dan tengah mempertaruhkan hidup jika berlari ke luar untuk mencari makanan maupun air.

Baca juga: Macron dan Scholz Desak Putin untuk Setop Pengepungan Kota Mariupol

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kesaksian Perempuan yang Disandera 54 Hari di Gaza: Bunuh Saja Saya Secepatnya

Kesaksian Perempuan yang Disandera 54 Hari di Gaza: Bunuh Saja Saya Secepatnya

Internasional
India Tangguhkan Lisensi Belasan Produk Obat Tradisional dari Guru Yoga Populer

India Tangguhkan Lisensi Belasan Produk Obat Tradisional dari Guru Yoga Populer

Global
Perlakuan Taliban pada Perempuan Jadi Sorotan Pertemuan HAM PBB

Perlakuan Taliban pada Perempuan Jadi Sorotan Pertemuan HAM PBB

Global
Rudal Hwasong-11 Korea Utara Dilaporkan Mendarat di Kharkiv Ukraina

Rudal Hwasong-11 Korea Utara Dilaporkan Mendarat di Kharkiv Ukraina

Global
Blinken Desak Hamas Terima Kesepakatan Gencatan Senjata Israel

Blinken Desak Hamas Terima Kesepakatan Gencatan Senjata Israel

Global
Status Mahasiswa Pro-Palestina di Universitas Columbia Terancam Ditangguhkan

Status Mahasiswa Pro-Palestina di Universitas Columbia Terancam Ditangguhkan

Global
Keputusan Irak Mengkriminalisasi Hubungan Sesama Jenis Menuai Kritik

Keputusan Irak Mengkriminalisasi Hubungan Sesama Jenis Menuai Kritik

Internasional
Cerita 5 WNI Dapat Penghargaan sebagai Pekerja Teladan di Taiwan

Cerita 5 WNI Dapat Penghargaan sebagai Pekerja Teladan di Taiwan

Global
Rangkuman Hari Ke-796 Serangan Rusia ke Ukraina: Ukraina Gagalkan 55 Serangan di Donetsk | Rusia Rebut Semenivka

Rangkuman Hari Ke-796 Serangan Rusia ke Ukraina: Ukraina Gagalkan 55 Serangan di Donetsk | Rusia Rebut Semenivka

Global
Anak-anak di Gaza Tak Tahan Lagi dengan Panas, Gigitan Nyamuk, dan Gangguan Lalat...

Anak-anak di Gaza Tak Tahan Lagi dengan Panas, Gigitan Nyamuk, dan Gangguan Lalat...

Global
AS Menentang Penyelidikan ICC atas Tindakan Israel di Gaza, Apa Alasannya?

AS Menentang Penyelidikan ICC atas Tindakan Israel di Gaza, Apa Alasannya?

Global
Saat Mahasiswa Columbia University Tolak Bubarkan Diri dalam Protes Pro-Palestina dan Tak Takut Diskors... 

Saat Mahasiswa Columbia University Tolak Bubarkan Diri dalam Protes Pro-Palestina dan Tak Takut Diskors... 

Global
ICC Isyaratkan Keluarkan Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu, Israel Cemas

ICC Isyaratkan Keluarkan Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu, Israel Cemas

Global
[POPULER GLOBAL] Bom Belum Meledak di Gaza | Sosok Penyelundup Artefak Indonesia

[POPULER GLOBAL] Bom Belum Meledak di Gaza | Sosok Penyelundup Artefak Indonesia

Global
Pria Ini Memeluk 1.123 Pohon dalam Satu Jam, Pecahkan Rekor Dunia

Pria Ini Memeluk 1.123 Pohon dalam Satu Jam, Pecahkan Rekor Dunia

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com