Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jannus TH Siahaan
Doktor Sosiologi

Doktor Sosiologi dari Universitas Padjadjaran. Pengamat sosial dan kebijakan publik. Peneliti di Indonesian Initiative for Sustainable Mining (IISM). Pernah berprofesi sebagai Wartawan dan bekerja di industri pertambangan.

Langkah Agresif Putin di Ukraina

Kompas.com - 25/02/2022, 11:16 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SETELAH Rusia menginvasi Crimea, Kanselir Jerman Angela Merkel berkomentar bahwa Putin adalah pemimpin abad ke 19 yang hidup dan bekuasa di abad ke 21.

Terkait bagaimana Putin memandang negara-negara bekas anggota Uni Soviet, Angela Merkel memang tidak salah. Misalnya soal Ukraina.

Di mata Putin, Ukraina adalah bagian dari Rusia dan semestinya tetap sebagai bagian dari Rusia hingga hari ini.

Memang, sejak Era Tsar hingga bubarnya Uni Soviet, Ukraina menjadi bagian penting dalam sejarah Rusia.

Namun ketika Uni Soviet bubar tahun 1991, di bawah tekanan Boris Yeltsin, yang secara heroik berhasil menyelamatkan Mikhail Gorbachev dari kudeta, Ukraina dan Belarusia disepakati untuk berdiri sendiri.

Di era kepemimpinan Boris Yeltsin, Rusia tetap berusaha memainkan peran minimalnya di Kyiv, meskipun tidak selalu dominan.

Bukan berarti Boris Yeltsin kurang "aware" dengan ekspansi NATO dan EU. Yeltsin justru berang melihat bekas negara-negara anggota Uni Soviet satu per satu menjadi anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) tersebut.

Tak dipungkiri, bergabungnya negara-negara Eropa Timur ke dalam NATO, diikuti oleh tiga negara Baltik setelah itu, menjadi salah satu sebab mengapa Yeltsin bersedia melepas kekuasaannya kepada Vladimir Putin.

Hal itu diasumsikan memiliki kans untuk menaikkan kembali bendera Rusia di kancah internasional, selain faktor Putin yang sebelumnya telah menyelamatkan keluarga Yeltsin dari tuntutan jaksa agung Rusia atas dugaan kasus korupsi.

Setelah Putin berkuasa, alarm mulai berbunyi di Kremlin saat Orange Revolution di Ukraina pada tahun 2004 yang kemudian mendudukkan Viktor Andriyovych Yushchenko sebagai presiden di pemilihan tahun 2005 dengan mengalahkan Viktor Yanukovych, calon
yang didukung penuh oleh Kremlin.

Yushchenko cenderung sangat pro Barat. Ambisinya adalah memperbaiki performa ekonomi Ukraina dengan membawanya berkiblat ke belahan Eropa (Uni Eropa), termasuk mendorong Ukraina untuk segera menjadi anggota baru pakta pertahanan NATO.

Alarm Kremlin juga berdering lagi tahun 2008 ketika Bush Yunior memberi sinyal jelas bahwa Ukraina dan Georgia berpeluang menjadi anggota NATO.

Bagi Putin, ekspansi NATO sudah lebih dari cukup dan tak bisa dibiarkan terus merangsek ke halaman belakang Rusia seperti di era kekuasaan Yeltsin.

Karena itu, Putin langsung memberikan reaksi keras dengan menyatakan dukungan pada kelompok pemberontak Ossetia dan Abkhazia Selatan. Strategi destabilisasi dimulai untuk melawan ekspansi Barat.

Ketika Tbilisi mengirim pasukan untuk menumpas pemberontakan Abkhazia Selatan, Moskow tanpa basa-basi mengirim pasukannya untuk menduduki Ibu Kota negara Georgia itu, lalu merangsek sekitar 30 km jelang ibu kota Georgia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

Global
Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Global
Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Global
AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

Global
Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Global
Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Global
Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Global
Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Global
Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Global
Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com