Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kanselir Jerman Bersumpah Langsung Jatuhkan Sanksi jika Rusia Invasi Ukraina

Kompas.com - 14/02/2022, 15:30 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber DW

BERLIN, KOMPAS.com - Kanselir Jerman Olaf Scholz memperingatkan Rusia tentang hukuman berat jika menyerang Ukraina menjelang pembicaraannya di Kiev dan Moskwa minggu ini.

Kanselir Jerman Olaf Scholz pada Minggu (13/2/2022) mendesak Moskwa untuk mengurangi kebuntuan dengan Ukraina, dan memperingatkan Rusia akan “langsung” menghadapi sanksi jika menyerang tetangganya.

Baca juga: Konflik Rusia-Ukraina: Memahami Kebijakan Jerman Menolak Kirim Bantuan Senjata

Scholz berbicara pada malam perjalanan ke Kiev dan Moskwa untuk pembicaraan saat prospek konflik militer tampak membesar.

Majalah berita Der Spiegel melaporkan pada Jumat (11/2/2022) bahwa militer Rusia, yang memiliki lebih dari 100.000 tentara di dekat Ukraina, dapat menyerang pada Rabu (16/2/2022), mengutip sumber-sumber intelijen.

Pejabat AS pada Minggu (13/2/2022) mengatakan mereka tidak dapat mengkonfirmasi laporan tersebut.

“Kami tidak dapat memprediksi hari dengan sempurna, tetapi kami sekarang mengatakan untuk beberapa waktu bahwa kami berada di jendela, dan invasi dapat dimulai – aksi militer besar dapat dimulai – oleh Rusia di Ukraina kapan saja sekarang. Itu termasuk minggu depan sebelum akhir Olimpiade," penasihat keamanan nasional Gedung Putih Jake Sullivan mengatakan kepada CNN "State of the Union" dilansir DW.

Rusia membantah memiliki rencana untuk menyerang dan mengatakan tindakannya merupakan tanggapan terhadap agresi oleh negara-negara NATO.

Baca juga: Putin Tarik Kapal Pesiar Mewah Miliknya dari Jerman di Tengah Ancaman Sanksi NATO

Ancaman Sanksi dari Kanselir Jerman

"Jika terjadi agresi militer terhadap Ukraina yang mengancam integritas dan kedaulatan teritorialnya, akan ada sanksi keras yang telah kami persiapkan dengan hati-hati dan yang dapat segera kami terapkan, bersama dengan sekutu kami di NATO dan Eropa," kata Scholz.

Pemimpin Jerman itu tidak menjelaskan secara spesifik, tetapi AS dan UE sebelumnya telah memperingatkan prospek menargetkan bank-bank Rusia untuk sanksi.

Pipa gas Nord Stream 2 yang baru, yang sedang menunggu persetujuan peraturan Jerman untuk mengirimkan gas Rusia ke Eropa di bawah Laut Baltik, juga dapat dihentikan.

Scholz dijadwalkan bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy pada Senin (14/2/2022) dan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Selasa (15/2/2022), tetapi sebuah sumber Jerman mengatakan Berlin tidak mengharapkan "hasil nyata" dari pembicaraan itu.

Kanselir Jerman akan menjelaskan bahwa Barat bersatu dan agresi apa pun akan memicu "sanksi yang menyakitkan dan berat" terhadap Rusia, kata sumber itu kepada kantor berita Reuters.

Wakil Kanselir Scholz dan Menteri Ekonomi Robert Habeck menegaskan Eropa mungkin berada di ambang perang, mengatakan kepada penyiar RTL/NTV bahwa "itu benar-benar menindas dan mengancam."

Baca juga: Ketegangan Rusia-Ukraina Tak Kunjung Reda, Jerman Pertimbangkan Tambah Pasukan di Lituania


Lebih banyak bantuan untuk Ukraina

Sementara itu, Jerman sedang mempertimbangkan untuk meningkatkan dukungan ekonominya ke Ukraina, kata sumber pemerintah kepada kantor berita Minggu.

Sejak aneksasi Krimea pada 2014, Jerman telah mengirimkan bantuan keuangan bilateral senilai 2,3 miliar dollar AS (Rp 32,9 triliun), lebih banyak dari negara lain mana pun.

Kedua negara masih berselisih soal pengiriman senjata "mematikan" ke zona krisis, yang secara prinsip ditolak Berlin, sejalan dengan kebijakan yang ditempuh negara tersebut setelah Perang Dunia II.

Daftar keinginan (bantuan) dari kedutaan Ukraina tertanggal 3 Februari termasuk sistem pelacakan elektronik, peralatan ranjau, pakaian pelindung, radio digital, stasiun radar, dan peralatan penglihatan malam.

Dalam sebuah wawancara dengan radio publik Jerman pada Minggu, duta besar Ukraina untuk Berlin Andrij Melnyk meminta Scholz mengumumkan paket bantuan dalam "miliaran" ketika dia mengunjungi Kiev.

Baca juga: Jerman Dukung AS Setop Proyek Nord Stream 2 jika Rusia Invasi Ukraina

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Anak Mahathir Bantah Diselidiki terkait Korupsi di Malaysia

Anak Mahathir Bantah Diselidiki terkait Korupsi di Malaysia

Global
Dramatis, Pilot Melamar Pramugari dalam Penerbangan Polandia

Dramatis, Pilot Melamar Pramugari dalam Penerbangan Polandia

Global
Menhan Rusia Ingin Negara Sekutunya di Asia Tingkatkan Latihan Militer

Menhan Rusia Ingin Negara Sekutunya di Asia Tingkatkan Latihan Militer

Global
Korea Utara Tuduh AS Politisasi Masalah HAM

Korea Utara Tuduh AS Politisasi Masalah HAM

Global
Rangkuman Hari Ke-794 Serangan Rusia ke Ukraina: Warga Latvia Diminta Siapkan Tempat Berlindung | IOC Bicara Rusia dan Israel

Rangkuman Hari Ke-794 Serangan Rusia ke Ukraina: Warga Latvia Diminta Siapkan Tempat Berlindung | IOC Bicara Rusia dan Israel

Global
 Hubungan Sesama Jenis di Irak Dapat Dihukum 15 Tahun Penjara

Hubungan Sesama Jenis di Irak Dapat Dihukum 15 Tahun Penjara

Global
Video Detik-detik Sopir Mobil Gagalkan Penjabretan di Pinggir Jalan, Pepet Motor Pelaku

Video Detik-detik Sopir Mobil Gagalkan Penjabretan di Pinggir Jalan, Pepet Motor Pelaku

Global
Afrika Selatan Peringati 30 Tahun Apartheid, Kemiskinan Masih Jadi Isu Utama

Afrika Selatan Peringati 30 Tahun Apartheid, Kemiskinan Masih Jadi Isu Utama

Global
Polisi Bubarkan Perkemahan dan Tangkap 192 Demonstran Pro-Palestina di 3 Kampus AS

Polisi Bubarkan Perkemahan dan Tangkap 192 Demonstran Pro-Palestina di 3 Kampus AS

Global
[UNIK GLOBAL] Perempuan 60 Tahun Menang Miss Buenos Aires | Diagnosis Penyakit 'Otak Cinta'

[UNIK GLOBAL] Perempuan 60 Tahun Menang Miss Buenos Aires | Diagnosis Penyakit "Otak Cinta"

Global
Hamas Rilis Video 2 Sandera yang Desak Pemerintah Israel Capai Kesepakatan

Hamas Rilis Video 2 Sandera yang Desak Pemerintah Israel Capai Kesepakatan

Global
Hezbollah Tembakkan Peluru Kendali ke Israel

Hezbollah Tembakkan Peluru Kendali ke Israel

Global
Menlu Turkiye Akan Kunjungi Arab Saudi untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Menlu Turkiye Akan Kunjungi Arab Saudi untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Global
Vatikan dan Vietnam Akan Menjalin Hubungan Diplomatik Penuh

Vatikan dan Vietnam Akan Menjalin Hubungan Diplomatik Penuh

Internasional
New York Kembalikan 30 Artefak yang Dijarah ke Indonesia dan Kamboja

New York Kembalikan 30 Artefak yang Dijarah ke Indonesia dan Kamboja

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com