KIEV, KOMPAS.com – Beberapa ribu warga Ukraina berunjuk rasa di Kiev pada Sabtu (12/2/2022) untuk menunjukkan persatuan di tengah ketakutan akan invasi Rusia.
Ketegangan meningkat ketika Rusia mengerahkan lebih dari 100.000 tentaranya di dekat Ukraina dan melakukan latihan skala besar.
Pada Jumat (11/2/2022), Amerika Serikat (AS) mengatakan bahwa invasi dapat dimulai kapan saja. Rusia membantah bahwa pihaknya berencana untuk menyerang.
Baca juga: Biden ke Putin: Invasi ke Ukraina Hanya Buat Rusia Menderita
Pada Sabtu, ribuan orang berunjuk rasa di Kiev menentang invasi Ukraina, sebagaimana dilansir Reuters.
Mereka meneriakkan "Kemuliaan bagi Ukraina" dan membawa bendera Ukraina. Mereka juga membawa spanduk bertuliskan "Ukraina akan melawan" dan "Penjajah harus mati".
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy tidak menampik bahwa Rusia bisa melancarkan serangannya kapan saja.
Namun, dia juga mendesak rakyatnya untuk tidak panik dan tidak larut dalam informasi yang berlebihan mengenai ancaman perang besar.
Baca juga: Menteri Luar Negeri AS Peringatkan Rusia Agar Tak Nekat Serang Ukraina
“Sahabat terbaik bagi musuh kita adalah kepanikan di negara kita. Dan semua informasi ini hanya memprovokasi kepanikan dan tidak dapat membantu kita,” ujar Zelenskiy.
"Sejauh ini, tidak ada perang skala penuh di Ukraina,” sambung Zelenskiy.
Dia menambahkan, Ukraina memang perlu siap siaga setiap hari.
Pasalnya, konflik Rusia dan Ukraina sebenarnya sudah pecah sejak 2014 ketika Moskwa mencaplok Crimea dan pemberontakan di timur Ukraina pecah.
Baca juga: Mayoritas Warga AS Sebut Kirim Pasukan AS ke Ukraina adalah Ide Buruk
Dalam pernyataan terpisah, kepala angkatan bersenjata Ukraina Valery Zaluzhny dan Menteri Pertahanan Oleksii Reznikov mengatakan, pihak penyerang tidak bisa akan merebut Kiev, Odessa, Kharkiv, atau kota-kota Ukraina lainnya.
“Kamui telah memperkuat pertahanan di Kiev. Kami juga telah terlibat dalam perang dan sudah melakukan persiapan,” ujar Zaluzhny.
“Kami siap menambut para musuh bukan dengan bunga, tetapi dengan Stinger, Javelin, dan NLAW. Selamat datang di neraka,” kata Zaluzhny merujuk pada senjata-senjata dari Barat.
Intelijen Ukraina dan tentara memiliki kendali atas situasi di perbatasan sedangkan pemerintah di Kiev mengoordinasikan tindakannya dengan sekutu.
“Persatuan demokrasi terkemuka seperti itu belum ada selama beberapa dekade,” kata Zaluzhny dan Reznikov.
Baca juga: Rusia Tuding AS Provokasi Konflik Ukraina Agar Makin Panas
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.