WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden pada Senin (7/2/2022) mengancam akan menyetop pipa gas Nord Stream 2 yang dibangun Rusia jika negara pimpinan Presiden Vladimir Putin itu sampai menginvasi Ukraina.
Proyek pipa gas bumi dengan nilai investasi sebesar 11 miliar dollar AS tersebut sedang menunggu persetujuan dari Jerman dan Uni Eropa.
Pada hari itu, Biden menekankan bahwa sudah ada persetujuan dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz saat Barat berkumpul untuk mencegah perang di Eropa.
Baca juga: Bahas Rusia-Ukraina, Putin Siap Kompromi dengan Perancis tapi Masih Salahkan Barat
Pada konferensi pers Gedung Putih dengan pemimpin baru Jerman, Biden mengatakan pasukan Rusia yang menyeberang ke Ukraina akan memicu penutupan pipa Nord Stream 2.
"Jika Rusia menyerang, yang itu berarti tank atau pasukan melintasi perbatasan Ukraina lagi, maka tidak akan ada, tidak ada lagi Nord Stream 2. Kami akan mengakhirinya," kata Biden, dikutip dari Reuters, Selasa (8/2/2022).
Ditanya bagaimana bisa pihaknya akan menghentikan proyek pipa Nord Stream 2, mengingat proyek tersebut berada dalam kendali Jerman, Biden berkata, "Saya berjanji, kami akan dapat melakukannya".
Sementara itu, Scholz mengatakan AS dan Jerman memiliki pendekatan yang sama ke Ukraina, ke Rusia dan sanksi.
Tetapi, dia tidak secara langsung mengonfirmasi soal rencana penghentikan protek Nord Stream 2 atau menyebutkan pipa secara terbuka dengan nama selama kunjungan seharinya.
Apakah AS dan Jerman berada di “halaman” yang sama atas proyek pipa Nord Stream 2 telah menjadi pertanyaan penting karena dua negara demokrasi utama memimpin sekutu NATO dalam mendorong balik terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin.
Baca juga: Presiden Perancis Optimis Kesepakatan untuk Hindari Perang Rusia-Ukraina Bisa Tercapai, Asalkan…
Rusia dilaporkan telah mengumpulkan sekitar 100.000 tentara di dekat perbatasan Ukraina.
Rusia sendiri sudah menyangkal sedang merencanakan invasi.
Para pejabat AS telah memperingatkan bahwa serangan bisa terjadi dalam beberapa hari atau minggu.
Scholz, yang mendapat kecaman di dalam dan luar negeri atas apa yang dipandang sebagai kepemimpinan yang tidak memadai dalam krisis, mengatakan kepada wartawan bahwa Rusia akan membayar harga yang sangat tinggi jika menginvasi Ukraina.
Diajuga mengatakan Jerman dan AS memiliki pendekatan yang sama.
"Kami akan bersatu. Kami akan bertindak bersama. Dan, kami akan mengambil semua langkah yang diperlukan," kata Scholz.