LIMA, KOMPAS.com - Pemerintah Peru menyatakan tumpahan minyak di Peru akibat gelombang tinggi yang disebabkan oleh letusan gunung berapi bawah laut Tonga akhir pekan lalu menjadi "bencana ekologi".
Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Peru mengatakan bahwa tumpahan minyak telah membahayakan kehidupan flora dan fauna di zona lindung di area seluas 18.000 km persegi di sekitar pulau dan wilayah penangkapan ikan.
Baca juga: Berhasil Selamat Berenang 27 Jam Setelah Tsunami, Pria Tonga Ini Dijuluki Aquaman
Tumpahan minyak dari kapal tanker yang tengah melakukan bongkar muat minyak mentah di kilang La Pampilla milik perusahaan minyak Spanyol Repsol diduga dipicu oleh gelombang besar luar biasa akibat erupsi gunung bawah laut di Tonga, yang berjarak 10.000 km, dan memicu peringatan tsunami di seluruh Samudra Pasifik.
Diberitakan Reuters, Kamis (20/1/2022), Kemlu Peru telah meminta Repsol untuk membayar ganti rugi atas tumpahan minyak tersebut.
"Ini bencana ekologi terparah yang terjadi di sekitar Lima dalam beberapa waktu terakhir dan telah merugikan ratusan keluarga nelayan. Repsol harus segera membayar ganti rugi," tulis Kemlu di Twitter.
Kejaksaan Peru sendiri telah menyelidiki salah satu unit Repsol akibat insiden tersebut.
Baca juga: Kisah Warga Tonga Hadapi Letusan Gunung dan Tsunami: Hanya Gereja yang Masih Berdiri
Sementara, Menteri Lingkungan Ruben Ramirez telah menemui sejumlah petinggi Repsol dan mengatakan bahwa sekitar 6.000 barel minyak telah tumpah.
Insiden itu terhitung meninggalkan minyak di 21 pantai di negara tersebut.
Badan Pengawas Investasi Energi dan Tambang Peru (Osinergmin) lewat pernyataan mengatakan telah memerintahkan penutupan salah satu dari empat terminal kilang tersebut sampai diketahui penyebab dari tumpahan minyak.
Baca juga: Upaya Pengiriman Bantuan ke Tonga Dihantui Ancaman Infeksi Covid-19
La Pampilla merupakan kilang terbesar di Peru dan memasok lebih dari separuh pasar bahan bakar di dalam negeri.