KOMPAS.com - Ishmael Toroama terpilih sebagai Presiden Daerah Otonomi Bougainville pada September 2020.
Dilansir laman Dev Policy, Toroama sedikit dikenal di luar Bougainville. Informasi terbatas yang tersedia untuk umum tentangnya, hanya menekankan perannya sebagai pemimpin pertempuran terkemuka.
Dia punya reputasi menakutkan dengan Tentara Revolusioner Bougainville (BRA) dan sebagai perwakilan BRA dalam penandatanganan Perjanjian Perdamaian Bougainville (BPA) 2001.
Baca juga: Alasan Bougainville Memilih Merdeka dari Papua Nugini, Calon Negara Baru Dekat Indonesia
Sejak Autonomous Bougainville Government (ABG) didirikan pada pertengahan 2005, ia sering disebut sebagai "panglima perang".
Salah satu komentator eksternal bahkan menggambarkannya sebagai pemimpin "geng jalanan".
Tetapi, pria ini sangat konsisten sebagai pembangun perdamaian di Bougainville.
Toroama, lahir pada tahun 1969 di desa Roreinang di daerah Kongara yang terjal dan masih cukup terpencil di Bougainville tengah.
Toroama tidak hanya berasal dari keluarga yang sangat religius, tetapi telah memelihara komitmen religius yang mendalam sepanjang hidupnya.
Dia berusia sekitar 19 tahun ketika konflik Bougainville dimulai. Dia bergabung dengan para pejuang BRA pada tahap awal konflik.
Baca juga: Referendum Kemerdekaan Bougainville dari Papua Niugini Ditunda
Ketika aksi pasukan keamanan Papua Nugini (PNG) terhadap BRA yang baru lahir semakin intensif pada paruh pertama tahun 1989, pemilik tanah Panguna dan pemimpin BRA Francis Ona menempatkan dirinya di Kongara.
Sudah diakui sebagai petarung yang berani dan efektif, Toroama menjadi pengawal Ona.
Pada awal tahun 1990, ia memiliki pengikut yang kuat dari para pejuang muda BRA, sebuah unit yang beroperasi dengan otonomi tertentu di bawah BRA yang terstruktur secara longgar.
Pada pertengahan 1990-an ia dianggap dalam BRA sebagai pemimpin pertempuran yang paling dihormati.
ia terluka parah dalam bentrokan dengan Angkatan Pertahanan PNG pada dua kesempatan, membutuhkan intervensi medis yang signifikan di Honiara, Kepulauan Solomon.
Baca juga: 8 Nelayan Indonesia Ditangkap di Papua Nugini, Keluarga Harapkan Bantuan Presiden Jokowi
Pada bulan Oktober 1994, sebuah konferensi perdamaian pan-Bougainville diadakan di kota utama Bougainville, Arawa.