Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS Jatuhkan Sanksi Baru untuk China, Myanmar, Korea Utara

Kompas.com - 13/12/2021, 19:28 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber DW

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Amerika Serikat (AS) menjatuhkan sanksi baru terhadap China, Myanmar, Korea Utara. Washington memberlakukan sanksi ekstensif dan larangan visa terhadap lusinan orang dan entitas yang terkait dengan China, Myanmar, Korea Utara, dan Bangladesh.

Penerapan aksi ini dilakukan bersamaan dengan peringatan Hari Hak Asasi Manusia, pada Jumat (10/12/2021). Lima negara lain, termasuk Rusia, juga menjadi sasaran tindakan hukuman tersebut.

Sementara Kanada dan Inggris bergabung dengan AS dalam menjatuhkan sanksi terkait pelanggaran hak asasi manusia di Myanmar.

Baca juga: Usai Putus Hubungan dengan Taiwan, Nikaragua Langsung Terima 1 Juta Vaksin dari China

China menanggapi sanksi

"Tindakan kami hari ini, terutama yang bermitra dengan Inggris dan Kanada, mengirimkan pesan bahwa demokrasi di seluruh dunia akan bertindak melawan mereka yang menyalahgunakan kekuasaan negara, untuk menimbulkan penderitaan dan penindasan," kata Wakil Menteri Keuangan Wally Adeyemo dalam sebuah pernyataan melansir DW.

Kedutaan Besar China di Washington mengecam langkah itu. Beijing menilai sanksi AS itu menunjukkan "campur tangan serius dalam urusan dalam negeri China" dan "pelanggaran berat terhadap norma-norma dasar yang mengatur hubungan internasional."

Sanksi AS ini bertepatan dengan KTT virtual dua hari Presiden AS Joe Biden untuk Demokrasi. Di mana dalam pada pertemuan puncak itu, Biden mengatakan komitmen lebih dari 100 pemimpin dunia akan membantu melawan meningkatnya otokrasi.

"Ini akan membantu benih dalam lahan subur bagi demokrasi untuk berkembang di seluruh dunia," kata Biden dalam pidatonya di KTT.

Baca juga: Ebrahim Raisi Resmi Jadi Presiden Iran, Bersumpah Cabut Sanksi AS

Sasaran sanksi AS

AS menambahkan grup SenseTime, perusahaan teknologi kecerdasan buatan (AI) dari China, ke dalam daftar hitam investasi "perusahaan kompleks industri militer China."

Departemen Keuangan AS menuduh perusahaan tersebut mengembangkan program pengenalan wajah, yang dapat menentukan etnis target. Teknologi itu diklaim khususnya dibuat untuk mengidentifikasi Uighur, kelompok etnis mayoritas Muslim.

SenseTime hampir menjual 1,5 miliar saham (senilai 767 miliar dollar AS, Rp 10,9 kuadriliun) dalam penawaran umum perdana. Tapi setelah berita tentang pembatasan dari AS, perusahaan itu mulai mendiskusikan nasib penawaran yang direncanakan.

Pakar PBB memperkirakan lebih dari satu juta orang, terutama Uighur dan anggota minoritas Muslim Turki lainnya, telah ditahan dalam beberapa tahun terakhir di sistem kamp di wilayah Xinjiang China.

Juga dalam daftar sanksi terbaru AS adalah European Institute Justo di Moskwa. Perusahaan itu dituduh mensponsori visa kerja untuk pekerja konstruksi dari Korea Utara. Serta lain itu ada juga sanksi yang dijaruhkan kepada empat pejabat junta militer Myanmar.

Baca juga: Uni Eropa Jatuhkan Sanksi Baru ke Belarus Usai NATO Peringatkan Pergerakan Militer Rusia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Global
Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Global
Tasbih Antikuman Diproduksi untuk Musim Haji 2024, Bagaimana Cara Kerjanya?

Tasbih Antikuman Diproduksi untuk Musim Haji 2024, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Kata Netanyahu Usai Biden Ancam Setop Pasok Senjata ke Israel

Kata Netanyahu Usai Biden Ancam Setop Pasok Senjata ke Israel

Global
Hubungan Biden-Netanyahu Kembali Tegang, Bagaimana ke Depannya?

Hubungan Biden-Netanyahu Kembali Tegang, Bagaimana ke Depannya?

Global
Kampus-kampus di Spanyol Nyatakan Siap Putuskan Hubungan dengan Israel

Kampus-kampus di Spanyol Nyatakan Siap Putuskan Hubungan dengan Israel

Global
Seberapa Bermasalah Boeing, Produsen Pesawat Terbesar di Dunia?

Seberapa Bermasalah Boeing, Produsen Pesawat Terbesar di Dunia?

Internasional
Terkait Status Negara, Palestina Kini Bergantung Majelis Umum PBB

Terkait Status Negara, Palestina Kini Bergantung Majelis Umum PBB

Global
Hamas Sebut Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza Kini Tergantung Israel

Hamas Sebut Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza Kini Tergantung Israel

Global
Antisemitisme: Sejarah, Penyebab, dan Manifestasinya

Antisemitisme: Sejarah, Penyebab, dan Manifestasinya

Internasional
Terjadi Lagi, Perundingan Gencatan Senjata Gaza Berakhir Tanpa Kesepakatan

Terjadi Lagi, Perundingan Gencatan Senjata Gaza Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
Presiden Ukraina Pecat Kepala Pengawalnya atas Rencana Pembunuhan

Presiden Ukraina Pecat Kepala Pengawalnya atas Rencana Pembunuhan

Global
Blinken: AS Menentang Pengusiran Warga Palestina dari Rafah

Blinken: AS Menentang Pengusiran Warga Palestina dari Rafah

Global
[POPULER GLOBAL] Biden Menyesal Kirim Senjata ke Israel | Rangkuman Perang Rusia-Ukraina

[POPULER GLOBAL] Biden Menyesal Kirim Senjata ke Israel | Rangkuman Perang Rusia-Ukraina

Global
Perang di Gaza, Hambat Pembangunan Manusia hingga 20 Tahun

Perang di Gaza, Hambat Pembangunan Manusia hingga 20 Tahun

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com