WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Kementerian Keuangan AS menjatuhkan sanksi pada program drone Iran pada Jumat (29/10/2021), meningkatkan tekanan pada Teheran menjelang pembukaan kembali negosiasi program nuklir negara itu.
Kementerian Keuangan AS mengatakan bahwa drone (Unmanned aerial vehicle/UAV) yang mematikan dari Korps Pengawal Revolusi Islam Iran telah digunakan untuk menyerang pasukan AS dan pelayaran internasional di wilayah Teluk.
Drone Iran disebutkan juga telah dipasok ke Hezbollah, Hamas, dan Houthi di Yaman, dan juga terlihat di Ethiopia, "di mana krisis yang meningkat mengancam untuk mengacaukan kawasan yang lebih luas," kata pihak Kementerian Keuangan AS, seperti yang dilansir dari AFP pada Jumat (29/10/2021).
Baca juga: Rusia Khawatir Drone Turki Ganggu Stabilitas di Ukraina Timur
Sanksi AS kepada Iran tersebut ditujukan kepada Brigadir Jenderal Saeed Aghajani, yang memimpin Komando UAV Pengawal Revolusi.
Kementerian Keuangan AS mengatakan bahwa Jenderal Aghajani berada di balik serangan drone pada 2019 di kilang minyak Arab Saudi, serta serangan pada 29 Juli 2021 terhadap kapal komersial di lepas pantai Oman yang menewaskan dua awak.
Selain Jenderal Aghajani, disebutkan juga ada dua perusahaan yang masuk dalam daftar hitam sanksi AS, yaitu Kimia Part Sivan dan Oje Parvaz Mado Nafar.
Kedua perusahaan itu dianggap sebagai penyedia komponen drone Iran dan membantu mengembangkan UAV bersenjata untuk Pengawal Revolusi.
"Proliferasi UAV Iran di seluruh wilayah mengancam perdamaian dan stabilitas internasional," kata Wakil Menteri Keuangan AS Wally Adeyemo dalam sebuah pernyataan.
"Perbendaharaan akan terus meminta pertanggungjawaban Iran atas tindakan kekerasan dan tidak bertanggung jawab," katanya.
Baca juga: Pemimpin Senior Al-Qaeda Tewas dalam Serangan Drone AS di Suriah
Sanksi AS terhadap drone Iran itu datang 9 hari setelah terjadi serangan terhadap pangkalan militer AS di Al-Tanf, Suriah yang melibatkan adanya aktivitas pesawat tak berawak itu.
Pentagon belum mengidentifikasi sumber insiden itu, yang tidak terdapat korban cedera. Namun, AS telah membeberkan bahwa drone Iran yang melakukan serangan semacam itu di sekitar wilayah tersebut.
"Kami telah melihat serangan semacam ini di masa lalu, dari kelompok milisi Syiah, yang kami tahu didukung oleh Iran," kata Juru Bicara Pentagon John Kirby pada Senin (25/10/2021).
Sanksi AS juga diumumkan hanya dua hari setelah Iran mengatakan akan melanjutkan pembicaraan dengan kekuatan dunia pada November mendatang untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir internasional. Komitmen itu muncul setelah jeda 5 bulan.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Saeed Khatibzadeh mengatakan bahwa sanksi AS menunjukkan "perilaku bertentangan" dari pemerintahan Presiden Joe Biden.
"Sebuah pemerintahan yang ingin kembali ke negosiasi nuklir mengikuti metode yang sama (mantan presiden Donald) Trump. Dengan menjatuhkan sanksi, itu mengirim pesan yang tidak memberikan kepercayaan sama sekali," katanya.
Baca juga: Pasukan Arab Saudi Berhasil Tangkis Serangan Drone Pemberontak Houthi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.