WASHINGTON DC, KOMPAS.com - China dengan cepat meningkatkan ukuran persenjataan nuklirnya dan dapat memiliki sebanyak 1.000 hulu ledak nuklir pada 2030, menurut laporan Pentagon baru yang dirilis Rabu (3/11/2021).
Perkembangan itu terjadi setelah uji coba senjata hipersonik China baru-baru ini, yang telah menimbulkan kekhawatiran serius tentang pembangunan militer China dan kemampuannya yang berkembang.
Baca juga: Asia Tenggara Akan Bergejolak, AS Tak Boleh Konfrontasi Fisik dengan China
“Percepatan ekspansi nuklir RRC (Republik Rakyat China) dapat memungkinkan RRC memiliki hingga 700 hulu ledak nuklir yang dapat direalisasikan pada 2027,” kata versi laporan tahunan Pentagon tahun ini, yang secara resmi dikenal sebagai “Perkembangan Militer dan Keamanan yang Melibatkan Republik Rakyat China."
“RRC kemungkinan bermaksud untuk memiliki setidaknya 1.000 hulu ledak pada 2030, melebihi kecepatan dan ukuran yang diproyeksikan DoD pada 2020,” tambahnya melansir ABC News pada Kamis (4/11/2021).
Peningkatan itu secara dramatis berbeda dari yang diproyeksikan dalam versi laporan tahun lalu. Pentagon memperkirakan hanya akan ada penggandaan dari beberapa ratus hulu ledak persenjataan nuklir China yang saat ini ada.
Dengan peningkatan dramatis China, persenjataan nuklirnya yang lebih besar masih akan jauh lebih sedikit daripada persediaan AS.
Sebelumnya “Negeri Paman Sam” menyatakan memiliki 3.750 hulu ledak yang mampu dikerahkan oleh ratusan rudal berbasis darat dan laut serta armada pembom strategis.
Baca juga: Pentagon Akui Persenjataan China Jauh Berkembang Pesat dari Prediksi
Dalam beberapa bulan terakhir, pertumbuhan kekuatan nuklir China telah ditangkap oleh citra satelit komersial. Gambar menunjukkan pembangunan ratusan silo rudal di tiga lokasi di utara dan barat China.
"Perkembangan baru pada 2020 lebih lanjut menunjukkan RRC bermaksud meningkatkan kesiapan kekuatan nuklirnya di masa damai, dengan beralih ke postur peluncuran dengan peringatan (LOW) menggunakan kekuatan berbasis silo yang diperluas," kata laporan itu.
Para pemimpin China telah secara terbuka menyatakan ingin militer China menjadi kekuatan global pada 2050. Mereka ingin bergerak melampaui apa yang saat ini dinilai sebagai kekuatan militer yang hanya memiliki kemampuan regional.
Laporan tersebut mengindikasikan pertumbuhan China dari kemampuan militernya sejalan dengan rencana yang mencatat, bahwa mereka terus memperkuat kemampuan RRC untuk "melawan dan memenangkan perang" melawan "musuh yang kuat" (kemungkinan eufemisme untuk AS).”
“Rencana itu termasuk memaksa Taiwan dan penuntut saingan dalam sengketa teritorial, melawan intervensi oleh pihak ketiga dalam konflik di sepanjang pinggiran RRC, dan memproyeksikan kekuatan secara global.”
Baca juga: Jenderal Top Pentagon Tegaskan AS Mampu Pertahankan Taiwan dari Serangan China
Kemampuan militer yang berkembang itu ditunjukkan baru-baru ini, setelah muncul laporan bahwa selama musim panas China menguji senjata luncur hipersonik baru. Kemampuannya diduga mampu mengorbit bumi, yang pada akhirnya dapat membawa senjata nuklir.
Pengembangan "sistem pengeboman orbital pecahan" menimbulkan kekhawatiran tentang bagaimana AS dapat melawan sistem semacam itu, yang dapat bergerak dengan kecepatan hipersonik, atau lebih besar dari lima kali kecepatan suara, setelah memasuki kembali atmosfer.
Seperti kendaraan hipersonik lainnya, jenis senjata itu akan sulit untuk dilacak. Pasalnya, kendaraan luncur dapat bermanuver di atmosfer, tidak seperti hulu ledak balistik yang mengikuti lintasan tetap.