Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Google Cegah Youtuber Penyangkal Krisis Iklim Hasilkan Uang

Kompas.com - 13/10/2021, 14:45 WIB
Inang Sh ,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

Sumber BBC

KOMPAS.com – Perusahaan mesin pencari Google akan menghalangi penyangkal perubahan iklim di seluruh platform iklannya, termasuk YouTube, mulai November mendatang.

Larangan ini berlaku untuk seluruh iklan di jaringan Google dan layanan monetisasi pada YouTube yang berseberangan dengan konsensus ilmuan pada keberadaan dan penyebab perubahan iklim.

Itu artinya, pembuat konten video di YouTube atau YouTuber yang menyangkal perubahan iklim tidak bisa menghasilkan uang lewat kebijakan ini.

Mengutip BBC, Senin (11/10/2021), Fadi Quran yang bekerja pada proyek disinformasi Avaaz mengatakan, kebijakan ini dapat mengubah haluan pada ekonomi penyangkal perubahan iklim.

Baca juga: Google Ingin seperti Twitter, Jadi Tempat Orang Cari Breaking News

“Adanya misinformasi pada perubahan iklim telah mengacaukan Conference of the Parties (COP) di Glasgow yang tinggal kurang dari tiga minggu lagi. Platform media sosial lainnya harus meniru langkah Google,” ujarnya.

COP sendiri adalah forum tingkat tinggi bagi 197 negara yang membahas perubahan iklim

Adapun Silvia Pastorelli dari Greenpeace menyambut baik pengumuman kebijakan dari Google tersebut.

Namun, kepada BBC, dia menyebut hal tersebut tidak cukup untuk menghentikan banyaknya disinformasi iklim, greenwashing—strategi pemasaran suatu perusahaan untuk memberikan citra ramah lingkungan yang palsu—dan penolakan perubahan iklim langsung pada platform teknologi besar.

Meski demikian, Google telah menyatakan akan berusaha memberikan informasi otoritatif atau dari sumber terpercaya terkait perubahan iklim.

Bahkan platform asal Amerika ini akan melakukan hal yang sama ketika orang mencari informasi tentang konspirasi seputar perubahan iklim.

Sebelumnya, Google mengatakan, beberapa tahun ke belakang banyak mitra periklanan dan penerbit iklan menemukan iklan-iklan di Google yang mempromosikan klaim tidak akurat seputar perubahan iklim.

Baca juga: Google Ingin seperti Twitter, Jadi Tempat Orang Cari Breaking News

“Pengiklan tidak ingin iklan mereka ditampilkan di konten-konten seperti itu. Begitu pula dengan kreator yang tidak ingin kontennya menampilkan iklan-iklan menyangkal perubahan iklim,” ujar Google dalam pernyataan resminya, Kamis (7/10/2021).

Google mengatakan, pihaknya akan berhati-hati ketika mengevaluasi konten iklim, sehingga dapat membedakan antara konten yang menyebarkan klaim palsu sebagai fakta atau yang hanya membahas klaim tersebut.

Google mengaku akan menggunakan kombinasi alat otomatis dan peninjauan manual yang dilakukan manusia untuk menegakkan kebijakan ini, yang diberlakukan kepada pelanggaran konten penayang, iklan yang ditayangkan Google, dan video YouTube yang dimonetisasi melalui Program Mitra YouTube.

"Kami juga akan terus mengizinkan iklan dan monetisasi pada topik terkait iklim lainnya, termasuk debat publik tentang kebijakan iklim, berbagai dampak perubahan iklim, penelitian baru, dan banyak lagi," tulis perusahaan itu.

Google menambahkan, pembuatan kebijakan tersebut merupakan hasil konsultasi dengan sumber resmi tentang topik ilmu iklim, termasuk para ahli dari United Nations Intergovernmental Panel on Climate Change Assessment Reports (UN IPCC).

Baca juga: Orang yang Antivaksin Bisa Membuat Covid-19 Lebih Berbahaya

Langkah tersebut merupakan lanjutan dari kebijakan monetisasi pada isu-isu sensitif. Beberapa minggu sebelumnya, YouTube juga menurunkan sejumlah kanal video dan memblokir semua konten yang mempromosikan antivaksin dan obat palsu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Serangan Rusia di Sumy Ukraina Tewaskan 1 Warga Sipil, 2 Anak Luka-luka

Serangan Rusia di Sumy Ukraina Tewaskan 1 Warga Sipil, 2 Anak Luka-luka

Global
Otoritas Keselamatan Udara AS Selidiki Pemeriksaan Pesawat Boeing

Otoritas Keselamatan Udara AS Selidiki Pemeriksaan Pesawat Boeing

Global
Kesalahan Teknis. Boeing Tunda Peluncuran Kapsul Luar Angkasanya

Kesalahan Teknis. Boeing Tunda Peluncuran Kapsul Luar Angkasanya

Global
5 Teknologi Tertua di Dunia yang Masih Digunakan

5 Teknologi Tertua di Dunia yang Masih Digunakan

Global
AS, Inggris, dan Sebagian Besar Negara Uni Eropa Tak Akan Hadiri Putin

AS, Inggris, dan Sebagian Besar Negara Uni Eropa Tak Akan Hadiri Putin

Global
Israel Larang Al Jazeera, Kantor Ditutup dan Siaran Dilarang

Israel Larang Al Jazeera, Kantor Ditutup dan Siaran Dilarang

Global
Militer Israel Ambil Alih Kendali Penyeberangan Rafah dari Gaza ke Mesir, Ada Maksud Apa?

Militer Israel Ambil Alih Kendali Penyeberangan Rafah dari Gaza ke Mesir, Ada Maksud Apa?

Global
Rafah, Kota Oasis di Sinai-Gaza yang Terbelah Perbatasan Kontroversial

Rafah, Kota Oasis di Sinai-Gaza yang Terbelah Perbatasan Kontroversial

Internasional
Hari Ke-12 Sidang Uang Tutup Mulut, Trump Diperingatkan Bisa Dijatuhi Hukuman Penjara

Hari Ke-12 Sidang Uang Tutup Mulut, Trump Diperingatkan Bisa Dijatuhi Hukuman Penjara

Global
Remaja Ini Temukan Cara Baru Buktikan Teorema Pythagoras Pakai Trigonometri, Diremehkan Para Ahli

Remaja Ini Temukan Cara Baru Buktikan Teorema Pythagoras Pakai Trigonometri, Diremehkan Para Ahli

Global
Dituduh Mencuri, Tentara AS Ditangkap di Rusia

Dituduh Mencuri, Tentara AS Ditangkap di Rusia

Global
Isi Usulan Gencatan Senjata di Gaza yang Disetujui Hamas, Mencakup 3 Fase 

Isi Usulan Gencatan Senjata di Gaza yang Disetujui Hamas, Mencakup 3 Fase 

Global
Sisa-sisa Kerangka Manusia Ditemukan di Bunker Perang Dunia II

Sisa-sisa Kerangka Manusia Ditemukan di Bunker Perang Dunia II

Global
Protes Gaza Kampus AS: Rusuh di MIT, Wisuda Sejumlah Kampus Pertimbangkan Keamanan

Protes Gaza Kampus AS: Rusuh di MIT, Wisuda Sejumlah Kampus Pertimbangkan Keamanan

Global
Warga Kuba Terpikat Jadi Tentara Rusia karena Gaji Besar dan Paspor

Warga Kuba Terpikat Jadi Tentara Rusia karena Gaji Besar dan Paspor

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com