Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Zarifa Ghafari, Wali Kota Wanita Pertama Afghanistan, Putus Asa Taliban Akan Membunuhnya

Kompas.com - 20/08/2021, 09:53 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

KABUL, KOMPAS.com - Zarifa Ghafari (29 tahun) memiliki luka yang dalam di kakinya karena ia harus lari dari kantornya saat Taliban mendekati Kabul.

Selama 10 kilometer "di bawah sinar matahari yang mematikan", dia terus berlari ke tempat yang lebih aman, mengumpulkan saudara perempuannya dari universitas di jalan.

Dengan kondisi Afghanistan sekarang, rencana pesta pernikahan, dan kelulusan saudara perempuannya gagal.

"Kami yang baru saja hidup normal, mendadak, semuanya pergi 'boom'. Setiap orang, semua mimpi kami hancur. Hati kami berhenti. Semua orang sangat kesakitan," protesnya. 

Baca juga: Genjot Proses Evakuasi, AS Terjunkan Lebih Banyak Petugas Konsuler ke Afghanistan

Ghafari pada usia 26 tahun telah menjadi salah satu wali kota wanita pertama Afghanistan di kota konservatif Maidan Shar, barat daya Kabul.

Dia dilarang menjabat selama 9 bulan karena protes dan ancaman oleh politisi lokal tentang usia dan jenis kelaminnya.

Melansir Sydney Morning Herald pada Selasa (17/8/2021), ia juga tidak asing dengan upaya pembunuhan. Tiga kali dia coba dibunuh, syukurnya digagalkan oleh pihak keamanannya.

Namun, selama 3 tahun dia menjalankan pekerjaannya, baru pada Mei 2021, dia mengatakan kepada majalah Time bahwa "bekerja sebagai wali kota wanita, itu adalah upaya terus-menerus agar kekuatan wanita diterima".

Pada November 2020, ayahnya Jenderal Abdul Wasi Ghafari ditembak mati di depan rumahnya oleh Taliban, beberapa hari setelah diketahui ia adalah ayah dari wali kota wanita pertama Afghanistan.

"Taliban membunuh ayah saya hanya karena dia bekerja untuk pemerintah Afghanistan, hanya karena dia seorang tentara. Mereka membunuhnya hanya karena dia berjuang untuk bangsanya dan negara ini. Mereka membunuhnya hanya karena dia adalah ayahku, ayah dari seorang gadis yang berjuang untuk bangsanya, untuk negara ini,” terangnya.

Baca juga: POPULER GLOBAL: Presiden Afghanistan Ada di UEA | Pawang Buaya di AS Nyaris Dimangsa

Dalam kondisi Afghanistan sekarang, Ghafari tahu dia menjadi target Taliban. Pada Minggu (15/8/2021), ketika milisi Taliban tiba di gerbang kota, dia mengatakan kepada seorang jurnalis dari Sunday Independent.

"Saya duduk di sini menunggu mereka (Taliban) datang. Tidak ada yang membantu saya atau keluarga saya. Mereka akan datang untuk orang-orang seperti saya dan membunuh saya," ujarnya putus asa kepada jurnalis tersebut.

Tidak ada kata-kata pertengkaran lagi dari Ghafari dalam panggilan telepon dari Kabul. Hanya ada isak tangis, patah hati, kehancuran, dan keputusasaan.

“Untuk keuntungan yang kami miliki, itu datang dengan pengorbanan yang besar. Kami membayar harga dengan kerja keras kami, kami mendapatkannya dengan darah kami," ucapnya.

"Bukan hanya 20 tahun, bukan hanya hak perempuan, bukan hanya hak asasi manusia, bukan hanya pendidikan, dan kemajuan. Ini tentang kehidupan yang telah dikorbankan untuk kemajuan yang telah dibuat dalam 20 tahun ini,” lanjutnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Global
Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com