BRUSSEL, KOMPAS.com - Ratusan migran tidak berdokumen di Brussel, Belgia, mengakhiri mogok makan setelah 60 hari.
Dilansir Guardian, mereka sudah melepaskan tuntutan untuk regularisasi kolektif status mereka.
Seorang perwakilan dari kelompok tersebut mengumumkan pada Rabu (21/7/2021), bahwa orang-orang yang berkemah di Gereja St John the Baptist di Béguinage, pusat kota Brussel, telah mengakhiri mogok makan atau minum.
Baca juga: Unggah Video TikTok Ngomel Soal Cuaca, Pria Migran Langsung Ditahan
Orang-orang di luar gereja, yang telah berkumpul dalam solidaritas dengan para pemogok makan, bertepuk tangan atas pengumuman itu.
Kelompok lain di sebuah gedung universitas juga menangguhkan pemogokan mereka, media lokal melaporkan.
Menurut LSM yang terlibat, total ada 476 orang yang melakukan mogok makan.
Para pemogok makan segera dibawa ke rumah sakit, dengan beberapa orang masih dalam perawatan intensif, kata pemerintah Belgia.
Setelah pulih, mereka dapat pindah ke "zona netral" untuk membuat aplikasi individu untuk izin tinggal.
Pemerintah telah menolak amnesti kolektif, dengan mengatakan aturan saat ini sudah adil dan manusiawi.
Baca juga: Belgia Pulangkan 6 Ibu dan 10 Anak Terduga Anggota ISIS dari Suriah
Sekretaris negara Belgia untuk suaka dan migrasi, Sammy Mahdi, mencuit bahwa dirinya merasa lega.
“Bagi saya itu bukan pertarungan melawan orang, tetapi untuk kebijakan yang benar. Kami berharap tidak ada yang mengalami cedera berkepanjangan,” cuitnya.
Berbicara kepada penyiar publik francophone Belgia RTBF, dia mengatakan pemerintah tidak mengubah kebijakannya.
“Ada kebijakan dan aturan yang harus diikuti. Hal ini telah kami jelaskan dalam beberapa kesempatan. Kami telah berdiskusi dengan masyarakat sipil. Prosedur kami adil, benar, dan manusiawi.”
Perdana Menteri Belgia, Alexander De Croo, menyambut baik keputusan tersebut.
Dia menambahkan bahwa “pemerintah tidak akan pernah bisa menerima pemerasan"