Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ASEAN Upayakan Dialog Junta Militer dan Aung San Suu Kyi, Massa Sambut dengan Kritikan

Kompas.com - 02/03/2021, 20:13 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber REUTERS

NAYPIYDAW, KOMPAS.com - Polisi Myanmar melepaskan tembakan pada Selasa (2/3/2021) untuk membubarkan massa anti-kudeta militer, ketika para menteri luar negeri tetangga bersiap untuk mengadakan pembicaraan dengan junta.

Melansir Reuters pada Selasa (2/3/2021), pembicaraan akan diadakan dalam video call, 2 hari setelah kerusuhan paling berdarah sejak kudeta Myanmar 1 Februari yang menimbulkan kemarahan seluruh negeri.

Sejauh ini, setidaknya sudah ada 21 pengunjuk rasa yang tewas sejak kerusuhan di mulai. Pihak tentara mengatakan satu polisi tewas.

Baca juga: Jerman Kecam Tindakan Keras Rezim Militer Myanmar yang Bunuh Demonstran

Menteri Luar Negeri Singapura Vivian Balakrishnan mengatakan anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) berencana untuk terang-terangan mengkritik junta militer perihal kekerasan yang meluas terhadap massa protes damai.

Dalam wawancara televisi pada Senin (1/3/2021), Balakrishnan mengatakan ASEAN akan mendorong dialog antara pemerintahan terpilih Aung San Suu Kyi dengan para jenderal kudeta Myanmar.

"Mereka perlu berdialog, dan kita perlu membantu mempertemukan mereka bersama," ujar Balakrishnan.

ASEAN merupakan organisasi yang terdiri dari Myanmar, Singapura, Filipina, Indonesia, Thailand, Laos, Kamabodia, Malaysia, Brunai, dan Vietnam.

Baca juga: Kudeta Myanmar: Mengapa Indonesia Diharapkan Membantu Mengatasi Krisis Politik Sahabat Lama

Sementara itu, niat Balakrishnan dan anggota ASEAN lainnya untuk terlibat dengan militer Myanmar dalam misi dialog 2 sisi, telah dikritik oleh para masa anti-kudeta.

Komite yang terdiri dari anggota parlemen Myanmar yang digulingkan menganggap junta militer adalah kelompok "teroris".

Sehingga, massa berkeyakinan keterlibatan ASEAN dengan junta akan memberikan legitimasi kekuasaan atas negara kepada rezim militer.

Sa Sa, utusan yang ditunjuk komite untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, mengatakan ASEAN seharusnya tidak berurusan dengan "rezim yang dipimpin militer yang tidak sah ini".

Baca juga: Junta Tembak Mati Demonstran Myanmar meski Berdemo Secara Damai

Ratusan pengunjuk rasa dengan banyak yang mengenakan safety helmet dan membawa perisai darurat, berkumpul di belakang barikade di berbagai bagian kota utama Yangon untuk meneriakkan slogan-slogan menentang kekuasaan militer.

“Kalau kita tertindas, pasti ada ledakan. Jika kami dipukul, kami akan membalas,” teriak para demonstran sebelum polisi menembakkan granat kejut untuk membubarkan massa di 4 bagian kota yang berbeda.

Tidak ada laporan korban luka di Yangon, tetapi 4 orang cedera di kota barat laut Kale.

Baca juga: Pertama Kalinya, Aung San Suu Kyi Muncul sejak Kudeta Myanmar

Di Kale polisi menembakkan peluru tajam untuk membubarkan kerumunan, setelah pengunjuk rasa melemparkan barang-barang ke arah polisi yang maju, kata seorang saksi mata.

"Mereka bertindak seperti berada di zona perang," kata seorang guru tentang polisi dalam protes tersebut.

"Saya merasa sangat marah dan sedih pada saat bersamaan," imbuhnya.

Guru yang menolak disebutkan namanya itu mengatakan selain 4 orang yang terluka oleh peluru tajam, beberapa orang terluka oleh peluru karet.

Baca juga: Suster di Myanmar Menangis dan Berlutut di Hadapan Polisi, Memohon agar Demonstran Tak Ditangkapi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com